"Ka-kamu... Si-siapa?" gagapku
Pemuda itu duduk di samping ranjang ku dan tersenyum, tanpa memperdulikan ketakutanku.
"kau lupa denganku?"
Aku mengernyitkan keningku, entah apa yang terjadi pada diriku saat ini, kenapa aku jadi ngerasa depresi dan ketakutan mendadak. Bahkan, aku tidak mengerti alasannya atau mungkin..., pernah terjadi sesuatu sebelumnya, sehingga diriku menjadi seperti ini, tapi apa?, dan apa hubunganku dengan kehidupan ini?.
Pemuda itu masih bungkam, hingga sebuah tangan ter-ulur mendekati puncak kepalaku. Aku reflek menjauhkan kepalaku. "Jangan sentuh aku!" sinisku.
Pemuda itu tersenyum, dan ucapannya membuatku reflek mengerutkan kening ku, "kau kenapa?, lagipula sejak kapan pingsan membuat seseorang jadi amnesia, itu gak masuk akal putri" ucap pemuda itu
Aku mengerutkan kening ku, 'putri?'
Aku menggeleng lemah, nafasku memburu, "A-aku... gak tau siapa kamu, a-aku gak tau mak-sud ucapan kamu, dan.. Ak-a-ku... Gak tau- kehidupan siapa yang aku ma--"terpotong
"Aku tau kondisimu masih belum stabil, putri. Istirahatlah sejenak," potong pemuda itu
Aku mengernyitkan keningku, bingung. Mencoba mengingat semuanya, mengingat arti mimpi ini, hubunganku dengan kehidupan ini, dan seorang pemuda yang ada di hadapanku saat ini, yang notebenenya mengenalku dan memanggilku 'putri', rasanya aku ingin sekali mengingat semuanya, sayangnya nihil. Aku tidak bisa mengingat apapun, semuanya kandas dan semakin aku memaksa mengingatnya, kesakitan kembali menyerang kepalaku.
Aku pun memegang kepalaku, "aku ingin pulang" rintihku
Pemuda itu tersenyum lagi, "bukankan kamu sudah pulang" ucapnya
Kerutan keningku semakin jelas, "aku ingin pulang!" rengekku lagi, "aku... aku ingin bangun dari mimpi aneh ini"
Pemuda itu tidak menggubris ucapanku, ia hanya menatapku dengan tatapan tajam dan mengintimidasi. Hal itu membuatku tidak nyaman, aku tidak suka tatapan itu, lebih tepatnya aku tidak suka ditatap olehnya, bahkan aku sendiri tidak mengenalnya.
Hening.
Kemudian, aku beranjak berdiri dengan degup jantung yang tidak karuan, karena kesal dengan tatapan matanya yang tidak lepas mengarah ke diriku hingga aku memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. Namun langkah ku terhenti oleh sebuah suara yang menyiratkan ancaman
"jika kau pergi dariku, akan aku pastikan kamu akan mendapat hukuman yang setimpal setelah ini" ancam pemuda itu.
Aku berdecak, membalikkan tubuhku menghadap kearahnya, berusaha untuk tidak terlihat gugup dihadapannya, mengatur deru nafasku yang mulai sesak karena ketakutan, lalu mendekatinya dengan tatapan menantang seolah aku pernah melakukan hal itu sebelumnya, sedangkan pemuda itu hanya menyunggingkan senyum misteriusnya yang membuatku bergidik, ngeri sekali tatap. Namun hal itu tidak mengurangi rasa kesalku padanya.
"Aku tidak mengenalmu, dan kamu sudah berani mengacamku?, kamu pikir aku takut?, bahkan aku tidak peduli. Karena bagaimanapun, mimpi ini tetaplah mimpi buruk bagiku!" sinisku, membuat Pemuda itu tersenyum getir
"kau tidak pernah berubah, putri" ucapnya, "aku kira setelah kamu pergi, kau bisa menghilangkan kebiasaan burukmu itu"
Mulutku menganga tak percaya, "Namaku Freya, dan aku bukan seorang putri!" protesku Penuh penekanan dan tidak terima dengan nada mengejek yang diucapkan pemuda itu.
pemuda itu berdecak, dan tersenyum getir "Kau seorang putri, dan kau... tetaplah kekasihku dari takdir dan ramalan itu" jelasnya "kau tidak bisa mengelak sayang, karena bagaimanapun, kita tetap terikat oleh takdir itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Mimpi dan Dia
AcakFreya, seorang gadis yang memaknai semua hal dengan kata bintang.. Hatiku seperti halnya angin terkadang berubah tidak tentu arahnya, terkadang aku tak mengerti tujuanku? yang aku tau, aku hanya tidak ingin merasakan bimbang dan bayangan yang mengh...