30. Kerikil Kecil

8K 1.2K 98
                                    

Enjoy!

__

"Tutup pintunya. Kamu mandi. Aku pesenin makan malam."

Jaehyun berlalu dengan wajah datarnya dari hadapan Jiyeon. Lelaki itu berjalan menuju arah dapur, menghindari berada dalam ruangan yang sama dengannya.

Melihat itu Jiyeon mendesah pelan. Menutup pintu di belakangnya lalu berjalan menuju kamar. Kalau sudah seperti ini rasanya Jiyeon tidak ingin buru-buru mendekati Jaehyun. Mereka sama-sama butuh waktu. Toh dalam keadaan terjepit pun Jiyeon tidak akan bisa menjelaskan apa-apa pada suaminya itu. Dan tentu saja, dalam keadaan emosi Jaehyun tidak akan menerima apapun penjelasan darinya.

Jiyeon menurut untuk membersihkan diri. Mengguyur tubuhnya dengan air hangat dari shower sambil memikirkan bagaimana ia harus meredakan emosi Jaehyun nanti. Lagipula kenapa semesta begitu jahat membuat keadaan menjadi tidak tepat seperti ini sih? Jiyeon pikir Jaehyun masih sibuk di lab, rupanya ia justru sudah di rumah dan menunggu kedatangan Jiyeon yang kebetulan saja sedang pulang bersama Ten.

Saat turun dari lantai dua, sudah ada beberapa makanan tertata di atas meja. Jaehyun, masih dengan wajah dinginnya berjalan mondar-mandir menata piring dan sendok.

"Aku bantu ya mas.."

"Hm."

Jiyeon menghela nafas. Ia berjalan menuju konter, meraih dua gelas mug lalu meletakkannya di atas meja. Gadis itu sibuk mencari seledri juga nanas dan apel dari dalam kulkas, tak lama dua gelas jus sudah tersaji di atas meja.

Keduanya melanjutkan makan dalam diam. Suasana rumah menjadi begitu hening. Hanya terdengar dentang piring bersama alat makan yang terdengar nyaring. Lalu semua berakhir begitu saja.

Jiyeon masih sibuk mencuci piring kotor saat Jaehyun beranjak menuju kamar. Rasanya begitu aneh dan tidak biasa. Jaehyun yang selalu murah senyum dan memiliki binar mata penuh cinta itu kini tidak sama sekali berbicara dan selalu menjauhkan pandangannya dari Jiyeon.

Jiyeon tidak dapat berbohong perihal rasa sedih yang perlahan menggerogoti perasaannya.

Begitu selesai dengan pekerjaannya Jiyeon segera beranjak menuju kamar. Pada dasarnya Jiyeon sama seperti wanita lain, ia sangat overthink dan Jiyeon pikir tidak baik jika mereka terus saling berdiam diri seperti ini.

Begitu membuka pintu kamar, Jiyeon melihat Jaehyun yang baru saja keluar dari kamar mandi. Sebuah laptop tampak terbuka dengan layar menyala di dekat sofa kamar. Dan Jaehyun berjalan melalui Jiyeon tanpa menatapnya sama sekali.

"Mas.." Jiyeon berusaha menahan langkah suaminya. "Tumben diem, biasanya kalau ada masalah selalu diomongin dulu." 

Jemarinya yang semula berada pada lengan mulai menjalar turun, berusaha meraih jemari Jaehyun.

"Emosiku masih belum stabil. Aku nggak mau nyakitin kamu." Suara Jaehyun terdengar begitu dingin dan ia sudah hampir beranjak sebelum lagi-lagi Jiyeon menahannya.

"Mas nggak akan nyakitin aku. Nggak berubah jadi monster, kan? Berarti—"

"Kamu pasti masih percaya kalau aku nggak bisa marah, ya?" Jaehyun memotong. Suaranya masih begitu dingin. Tapi kini lelaki itu berbalik, menatap Jiyeon tegas. "Kamu tau, nggak ada manusia yang sempurna. Aku punya banyak kekurangan. Dan aku juga bisa marah, Jiyeon."

Sejenak, keduanya terdiam meresapi keadaan malam itu. Selain di kampus, Jaehyun tidak pernah memanggil nama lengkap Jiyeon semenjak mereka menikah. Ia selalu sibuk dengan panggilan sayang dan nada-nada lembut yang begitu menenangkan. Mendapati Jaehyun menatapnya seperti itu tiba-tiba saja perasaan Jiyeon menjadi berantakan.

[✔] Undaunted | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang