Wooseok melakukan pekerjaanya menggairahkan seperti biasa. Drama ini memang memiliki banyak kissing scene hanya dalam dua puluh episode.
Posisinya yang terduduk di sofa membuatnya dapat menatap kamera dengan hanya ujung matanya. Oh bukan kameranya, tapi seseorang yang tengah menggertakkan rahang di balik kamera itu menatapnya dengan sorot serius yang sangat jelas di buat-buat.
"CUT!!" Tautan bibirnya dengan sang aktris terlepas lalu keduanya saling melemparkan senyum sebelum gadis itu turun dari pangkuannya dan pergi menuju managernya.
Wooseok mengusap sudut bibirnya, benar saja sisa lipstik tercetak di ibu jarinya.
"Permisi PD-nim."
"Ya?" Jinhyuk benar-benar hampir mengumpat karena suara serak aneh yang keluar dari mulut sialannya.
"Apa PD-nim sudah menetapkan tempat perayaan setelah ini?" Syuting hari ini adalah yang terakhir.
Jinhyuk menggeleng, sebenarnya ada beberapa opsi. Tapi bodohnya otak pria jangkung itu blank di tatap aktornya.
"Ah begitu, bagaimana jika aku saja yang menentukan. Aku tahu restoran yang bisa menampung kita semua sekitar sini, bagaimana?"
"Ya sudah kalau begitu." Jinhyuk berlalu begitu saja menghindari kegilaan yang muncul di otaknya hanya karena bibir lembap seorang Kim Wooseok.
Jinhyuk menenggak botol keduanya selama ia berdiri di balkon restoran tempat mereka merayakan keberhasilan syuting drama seri yang akan tayang minggu depan.
Restoran ini buka 24 jam, dengan dua lantai berinterior seperti restoran daging pada umumnya. Tidak ada yang aneh.
Kecuali fakta bahwa restoran ini berada tepat di depan gedung apartemennya.
"PD-nim tidak mau bergabung." Mungkin jika self controlnya payah Jinhyuk sudah pasti terkejud dan memunculkan ekspresi bodoh.
Jinhyuk menoleh ke belakang, beberapa crewnya memainkan game entah apa padahal sudah pasti mereka mabuk parah saat ini. Ia menggeleng sebelum menatap Wooseok yang sialnya tak membantu pikirannya sama sekali.
"Apa kau sengaja?" Jinhyuk malah balik bertanya. Ia menenggak isi botol di tangannya hingga tandas lalu beralih menatap Wooseok yang memamerkan senyum menggoda.
"Tidak–––atau mungkin iya." Wooseok mendekatkan wajahnya yang sudah beresmu karena alkohol pada raut keras Jinhyuk.
Sebelum akhirnya bibir mungil nan segar itu mendarat pada pipi sutradaranya, kecupan ringan namun seduktif membuat Jinhyuk hampir gila karena masih berusaha mempertahankan akal sehatnya.
Tapi sepertinya sia-sia saja ia melakukan itu sejak awal, karena saat jari-jemari lentik Wooseok yang mabuk meraba tengkuknya,
Hal selanjutnya yang ia lakuka adalah membuang botol di tangannya dan meraih kasar pinggang ramping itu. Melumat bibir Wooseok seakan mengemut jelly kenyal.
Wooseok?
Aah, semua yang ia lakukan hari ini adalah sengaja.
Semuanya
Termasuk saat tangannya meraba pinggang lawan mainnya ketika mereka berciuman di sofa tadi, tempat makan ini, bahkan sejak ia menanda tangani kontrak kerja mereka.
Jinhyuk adalah targetnya sejak lama, melihat sutradara muda itu pertama kali saat sebuah acara award membuatnya penasaran, hingga beberapa kali muncul mimpi-mimpi gila, hingga akhirnya Wooseok punya kesempatan emas ini.
Jinhyuk meremat sweter biru metalik aktornya saat ia melepaskan tautan mereka.
"Apa kau gila!?"
"Kenapa? PD-nim yang menciumku lebih dulu." Wooseok memiringkan kepalanya dan mengerjap tak berdosa, jelas-jelas ia yang lebih dulu menggoda Jinhyuk.
Jinhyuk menatap tajam pria yang lebih mungil darinya, netranya semakin menggelap setiap kali Wooseok berkedip.
"Kau yang memulainya––––" Ia menarik jemari mungil itu dan membawanya meninggalkan restoran.
Menyebrang paksa hingga mereka masuk ke dalam gedung apartemen sang sutradara.
Selama di dalam lift Wooseok terus memainkan bibir bawahnya dan Jinhyuk lihat itu. Meski ia belum mengerti kenapa, tapi itu tidak penting saat ini.
Setelah pintu apartemennya tertutup, Jinhyuk menggendong tubuh mungil Wooseok dan melanjutkan keinginannya.
Membiarkan lengan kurus itu memeluk tengkung dan meremas keras rambut hitamnya, hingga keduanya terhempas jatuh di atas ranjang.
Suara dering ponsel yang entah ada dimana membangunkan Wooseok dari tidur nyenyaknya dalam pelukan sang sutradara.
Ia merasakan dada bidang polos dan nafas teratur pria itu di belakang tubuhnya.
Wooseok menggeliat lalu tersenyum melihat tangan Jinhyuk melingkari pinggangnya.
Saat suara nyaring itu tidak berhenti akhirnya ia bangung dan mencari dimana letaknya.
Ia tidak sempat menghitung karena saking banyaknya pesan dan panggilan tak terjawab. Lalu muncul panggilan masuk lagi dari managernya.
"Halo?"
"YAK!! KAU INGIN AKU MATI MUDA ATAU BAGAIMANA HAH?" wooseok menjaukan ponsel dari telinganya.
"Eurrghh, ada apa?" Jinhyuk meletakkan kepalanya di bahu sempit itu dan melingkarkan tangannya di sekeliling Wooseok, matanya masih belum terbuka.
"Ada apa?"
"Kau masih bertanya ada apa? Wajahmu sekarang ada di setiap berita gossip, di mana kau sekarang? Apa hubunganmu dengan sutradara itu sebenarnya?"
Jinhyuk mendengus geli mendengar omelan beserta pertanyaan beruntun dari manager aktornya.
"Bagaimana ini?" Awalnya ia tidak mau khawatir, tapi skandal yang muncul lebih parah dari yang ia duga.
"Yaa, mau bagaimana lagi." Jinhyuk mengecup pipi halus itu dan menarik Wooseok kembali tidur di ranjangnya.
Ia akan urus skandal itu nanti, sekarang tidur dulu.
Hellow
Semoga sukak hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Prompt X Produce
FanfictionKumpulan oneshoot Kapal Produce x 101 Other coming soon BXB Baku kasar Don't like just leave