1. The First Time?

204 38 15
                                    

"Kau yang tiba-tiba datang membuat aku menyadari bahwa masih ada satu tempat kosong dalam diriku."

Halo readers!
Jangan lupa jejaknya, ya
Happy Reading and enjoy the story
***

Palembang, Juni 2015

"Hei! Lepasin aku! Kamu siapa? Beraninya narik-narik tangan orang seenaknya!"

Aku berusaha melepaskan genggaman tangan seorang laki-laki yang sama sekali tidak kukenal, tetapi dia tak acuh dengan ucapanku.

"Kamu nggak dengar aku, ya? Aku bilang lepasin aku!"

Aku berusaha semampuku, tetapi tetap saja genggaman laki-laki itu begitu kuat dan kurasa pergelangan tanganku mulai terasa perih. Meskipun aku sudah berteriak kepadanya, tetapi laki-laki aneh itu tetap saja tidak peduli.

"Dasar cowok aneh! Orang gila! Lepasin nggak!"

Akhirnya, kata-kata kasar itu keluar begitu saja dari bibirku dan membuat laki-laki itu melepaskan genggaman tangannya. Dia berbalik menghadap ke arahku dan kini aku baru tahu seperti apa wajah laki-laki misterius yang sedari tadi menarik tanganku dan membawaku secara paksa.

Dalam sekejap, aku tercengang. Dia, laki-laki yang sedari tadi menarikku seenaknya ternyata begitu tampan. Kulitnya putih walau cenderung pucat, hidungnya mancung, matanya sipit, alis yang tegas, semua itu terpahat begitu sempurna.

Dia menatapku dengan tatapan yang sulit untuk kuartikan. Dia melangkah mendekat ke arahku yang tidak terlalu jauh darinya. Aku melangkah mundur, tetapi dia menahanku. Dia semakin dekat dan tidak tahu kenapa jantung ini mulai berdetak begitu kencang seakan ingin melompat dari tempatnya.

Dia mau ngapain, sih? pikirku dalam hati.

Dalam hitungan detik, jarak antara aku dan dia kurang lebih sejengkal. Walau sudah sedekat itu, dia tetap saja mencoba mendekat lagi. Aku refleks melangkah mundur lagi, tetapi dia menahanku. Tatapannya begitu menusuk ke manik mataku.

"Ka-kamu mau ngapain?" tanyaku susah payah dan dia malah tersenyum aneh.

"Anna-ya ... nan neol joahae."

Dia berkata dengan bahasa yang tidak asing lagi di telingaku—bahasa Korea.

"Kamu gi–"

Baru saja aku mau mengatakan sesuatu kepadanya, tetapi tiba-tiba saja terdengar sebuah lagu yang muncul entah dari mana.

Aku membuka mata dan menyadari bahwa lagu yang sempat aku dengar tadi berasal dari suara alarm ponselku. Dengan mata yang setengah terpejam, kuraih ponsel itu dan segera mematikan alarmnya.

Alhamdulillah, ternyata cuma mimpi, batinku.

"Udah jam empat ya, Na?" tanya seorang perempuan yang berada di sebelahku. Sepertinya dia terbangun karena suara alarmku tadi.

Nama lengkapnya Mey Devira. Dia sahabat, sekaligus teman kosku. Dia orang Jawa, orangnya manis, baik, walau terkadang suka membuat aku jengkel dengan sikapnya yang sedikit ganjen dan terlalu kepo.

"Iya," jawabku sedikit lesu.

"Kamu kenapa, Na? Kok, kayak syok gitu?" tanyanya heran.

"Tadi, aku mimpi aneh. Aneh banget," jawabku mulai bercerita dan sepertinya Mey tertarik dengan ceritaku.

Biasanya kalau salah satu di antara kami bermimpi aneh atau apa saja, pasti kami langsung berbagi cerita.

"Mimpi aneh gimana, Na?"

Tentang Alvin (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang