Brak
"Aaaaaa"
Alma tersenyum miring. Ia berhasil membuat sebuah gertakan hebat. Mobilnya mengerem dadakan. Ia melihat dari spion bagaiman orang-orang menolong kedua orang itu. Belanjaan mereka jatuh kemana-mana, bahkan ada yang sempat terbawa mobil Alma sebelum akhirnya jatuh.
Alma tak berniat membunuh, hanya sedikit bermain-main. Melihat cewek itu ketakutan sama saja dengan melihat penderitaan wanita itu. Alina, adalah sasaran pertamanya.
Ya, Alina dan Rafly dua orang yang hampir saja tertabrak oleh Alma.
Bukan pertama kalinya bagi Alma melakukan semua ini. Niatnya hanya ingin menakuti, namun ia tak pernah tahu bahwa permainan yang ia lakukan tahun lalu hampir atau... mungkin telah merenggut nyawa seseorang. Seseorang yang selalu menjadi tameng pelindung bagi Alma.
Kerumunan massa mulai mengejar mobil Alma, jelas Alma masih waras, ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi saat masa mengejar mobilnya yang berhenti.
Setelah cukup jauh, ia menepikan mobilnya dan menelpon seseorang.
"Hay bro."
"Tumben Lo, ada angin apa nelpon gue?" Tanya orang di seberang telpon.
"Angin mobil baru. Gue mau tuker tambah, gue mau mobil baru."
"Dengan senang hati babe, datang aja ke star kapan Lo bisa. Banyak jagoan nunggu Lo disini." Star adalah sebutan yang diberikan pria itu untuk tempat jual beli mobilnya. Dan jagoan adalah sebutan untuk Mobilnya yang didesain khusus untuk para pembalap dengan harga fantastis, karena mobil yang mereka beli adalah mobil modifikasi untuk balapan dengan kualitas yang tak perlu diragukan lagi.
"Oke, secepatnya gue ke star." Alma mematikan telpon sepihak.
"Gue anggap tangisan kalian hadiah buat gue."
°~°~°~°
Bima memarkirkan mobilnya tepat di gedung senja. Apa yang sudah dilihat Bima tak mengurungkan niatnya untuk pergi ke acara itu. Ya, Bima yang sudah membuat kekacauan di mall tadi.
Bima melangkahkan kakinya masuk. Bima melihat Nadia, lalu mendudukkan dirinya di sebelah cewek itu.
"Mana Alma?" tanya Bima langsung tanpa basa-basi terlebih dulu.
"Nggak tau," jawab Nadia ketus, matanya masih fokus memainkan ponselnya.
"Udah jam lima, kemana Alma?" tanya Bima hampir membentak. Moodnya yang sudah buruk ditambah buruh dengan kepergian Alma. Entahlah.
"Abis Lo pergi, dia langsung pulang," jelas Nadia, namun tak membuat Bima puas dengan jawaban itu.
"Kemana?" tanya Bima lagi.
Nadia berdecak kesal. Ia meletakkan ponselnya lalu menatap Bima sinis. "Lo nggak bisa pergi sendiri? Lo bergantung banget sama Alma? Awas suka."
"Nggak bakal."
"Mana dia?" tanya Bima lagi.
"Bukan urusan Lo kali, Lo cuma minta bantuan dia buat bikin kue, bukan pergi bareng. Tugasnya udah selesai kali."
"Gue-"
Benar! Bima hanya meminta untuk membuat kue, bukan pergi bersama.
"Oke, gue ambil kue sama bunganya." Bima mengambil keduanya lalu pergi meninggalkan Nadia. Sudah cukup mempermalukan dirinya sendiri hari ini, dia akan pergi tanpa atau dengan Alma. Masa bodo dengan janjinya pada Alina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Senja
Teen Fiction"Gue nutupin perasaan yang ada karena gue takut gue bakal ditolak."-Alma zevanya "Gue selama ini mencintai orang yang salah karena dia nggak pernah bicara soal perasaannya." -Bima Ragatta Published 15 Juli 2019 Story by Anggita Dwi Ristanti