Hi guys, author balik lagi nih.. maaf baru update sekarang setelah sekian lama, kuy silahkan dibaca guys!^^
Akhirnya author memutuskan untuk tetap Publish ceritanya, tapi part selanjutnya udah author save di laptop, Jangan sungkan untuk vote dan commentnya yaa..
Btw ada yang tau gak kenapa kalau masih disimpan didraft bisa dibaca orang? yang tau boleh dm atau komen ya, thanks.
\(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/(^.^)/\(^.^)/\(^.^)/
Author POV
Fedi dan Enzy sudah berada di apartemen cukup ternama di kota ini, ia sengaja memilih yang tak begitu luas cukup untuk mereka yang hanya tinggal berdua.Terdapat 2 kamar tidur dan 3 kamar mandi, serta dapur, ruang tamu dan ruang kerjanya.
"Katanya kaya banget, kok apartemennya gini sih" keluh Enzy saat ia memasuki ruang tamu sembari menggeret salah satu kopernya.
"Kan kita cuma berdua" sahut Fedi yang kini sudah berada dibelakangnya membawakan dua koper Enzy yang tak kalah besarnya.
"Yah berdua sih, tapi ini tuh setengah dari rumahku" sunggutnya lalu duduk disalah satu sofa. Nyaman. Pikirnya.
Akhirnya Enzy terbebas dari sandiwara yang dari tadi ia lakoni. Kini ia bisa sesuka hatinya tanpa harus berpura-pura bahagia.
Setelah resepsi Fedi langsung memboyong istrinya itu pulang ke apartemen yang baru saja ia beli 2 minggu yang lalu, begitu juga dengan semua furnitur dirumahnya ini.
"Boleh juga nih sofanya, lumayan juga seleramu" gumam Enzy saat merebahkan tubuhnya yang terasa akan remuk. Sejenak ia memejamkan matanya. Kilatan kejadian yang ia alami setahun ini muncul dikepalanya, mulai dari ayahnya yang ingin ia menikah dengan Fedi, lalu untuk pertama kalinya Fedi ke rumah meminangnya, kemudian perkelahiannya dengan Satria.
"Satria" desisnya membuka kembali matanya."Anda dimana?" Sengaja ia menguatkan suaranya agar Fedi mendengar. Tak ada sahutan dari yang dicari.
Mau tak mau ia bangkit kemudian menelusuri setiap lorong untuk mencari Fedi."Halloooowww" teriaknya lagi. Kakinya terhenti disalah satu kamar yang sudah ada di depannya. Dengan perlahan ia membuka pintu bersamaan dengan Fedi yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Bisa gak sih, kamu gak usah teriak-teriak" Fedi keluar dengan hanya dilapisi handuk.
"Eh.. so.. sorry" Enzy langsung bergegas keluar dari kamar tersebut dengan degupan jantung yang sudah lama ia tak rasakan bersama Satria.Dia terdiam bersender pada pintu kamar, menetralkan detak jantungnya yang seperti ingin mencuat keluar. Ia menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya perlahan.
"Calm down Zy!" gumamnya.
Suara langkah kaki Fedi mendekat, Enzy sudah menyiapkan diri untuk meluncurkan serangannya.
"Kenapa nyariin?" Tanya Fedi setelah mengganti handuknya dengan kaos oblong dan celana selutut, terlihat santai.
"Lagian anda tuh kalau mandi, pintu kamar dikunci dong!" omelnya dengan satu nafas.
"Santai aja, lagian kamu kan istri saya" serunya lalu berjalan menuju dapur meninggalkan Enzy yang terdiam membeku.DEG! Lagi-lagi jantungnya berdegup kencang.
"Yah gak bisa gitu dong, lagian anda kan bisa ganti baju di dalam kamar mandi!" Enzy sudah menyusul Fedi yang kini duduk menyantap cheese burgernya.
"Iya, lain kali aku lakukan" tak mau berdebat lama ia hanya mengiyakan apapun kemauan Enzy, begitu juga pilihan makan malamnya sekarang. Enzy yang keras kepala memintanya singgah ke salah satu restoran cepat saji. Melalui drive thru mereka memesan 4 cheese burger, 2 french fries large, dan 2 Iced coffee."Makan dulu, dari tadi kamu gak ada makan" Fedi menyodorkan bungkusan makanan berisi burger pada Enzy.
Sebenarnya Enzy terlalu gengsi menerimanya tapi karena ia juga lapar maka perutnya lebih utama saat ini.
"Aku pikir kita harus berbicara mengenai pernikahan ini" setelah menelan kunyahan burgernya yang terakhir, akhirnya Enzy memberanikan diri untuk membahas pernikahannya yang terpaksa.
"Aku butuh waktu istirahat, lihat jam berapa sekarang!" Fedi mengarahkan tangannya pada jam gantung di sudut ruangan yang menunjukkan pukul 01.00 dini hari.
"Kalau gitu aku mau anda pikirkan beberapa hal yang harus kita sepakati bersama" Enzy mengakhiri sesi makannya bergegas kembali ke kamar.Tunggu dulu! Barang-barangku ada dimana? Pikirnya. Ia kembali menuju ke ruang tamu, tapi barang-barangnya tak dapat ia temukan.
Tok.. tok.. tok..
Enzy kembali ke kamar Fedi. Ia menunggu sampai Fedi membuka pintu untuknya."Apalagi sekarang?" Gerutu Fedi namun tetap berjalan menuju pintu.
"Dimana barangku?" Tanya Enzy to the point. Ia malas untuk berlama-lama menatap Fedi.
"Hmm" Fedi tak menjawab, ia malah melirik ke arah koper-koper Enzy yang sudah ia letakkan di sudut kamar, tepatnya di samping lemari Enzy. Ia sengaja memisahkan lemarinya dari milik Enzy karena ia tak mau barang-barang Enzy akan menguasai seluruh lemarinya.
"Lalu, kamar ku dimana?" Enzy sudah siap mengangkut semua kopernya walau itu harus dilakukannya berulang kali karena tubuhnya yang kurus akan kesulitan membawa ketiga kopernya sekaligus.
"Disini" Fedi tak banyak berbicara. Ia menutup pintu lalu kembali ke tempat tidur.
"Mana mungkin aku tidur dengan anda di kamar yang sama!" Bentak Enzy tak percaya. "Aku tidur di kamar sebelah!" tambahnya dengan suara yang semakin keras, menumpahkan kekesalan yang ia hadapi hari ini.
"Awas ada seseorang yang selalu berdiri di sana" Sebenarnya Fedi tak ingin menakuti Enzy, ia tahu Enzy sangat ketakutan dengan hantu- hal itu ia ketahui dari ibunya Enzy saat ia datang berkunjung pada sore hari sebelum acara pertunangannya- tapi ini harus ia lakukan agar Enzy tetap berada dalam satu kamar dengannya. Lagi pula kamar itu disediakan jika ada tamu menginap.
"Anda bercanda kan? Tidak lucu!" Tak bisa dibohongin, walaupun terlihat tak takut tapi nada suara Enzy sedikit berubah. Ia menurunkan volume suaranya yang dari tadi memekakkan telinga.
"Kalau tidak percaya, silahkan dicoba" Fedi sengaja menantang Enzy hanya ingin lihat seberapa besar keberanian Enzy serta membuktikan omongan ibu mertuanya.
"Dari awal aku masuk rumah ini, aku tahu pasti akan ada yang seperti itu" gerutunya kesal.
Fedi sengaja membalikkan badan mengarah ke pintu kamar, lalu memejamkan matanya. mulai sekarang ia akan tidur disisi kanan, sementara Enzy tidur disisi kiri. Ia akan coba membiasakan diri.
"Segar sekali!" Ucap Enzy setelah keluar dari kamar mandi, ia sudah mengenakan piyama tidur berwarna pink kesukaannya.
"Sekarang aku harus tidur dimana?" Pikirnya. Enzy mengedarkan pandangannya, memperhatikan isi ruangan yang sudah sejam tadi ia tempati.
Ia tak melihat ada sofa disini. Dan tempat yang tersisa hanya salah satu sisi tempat tidur. Itu artinya ia harus tidur di samping Fedi.
Enzy sengaja meletakkan gulingnya sebagai pembatas antara Fedi dengan dirinya.Masuk ke dalam selimut yang sama dengan Fedi. Tanpa harus menunggu lama ia sudah tertidur pulas. Sementara Fedi, ia masih harus menetralkan detak jantungnya yang berdebar kencang sejak Enzy hadir dalam hidupnya.
YOU ARE READING
MENYESAL AWAL DARI SEGALANYA KAH??
Cerita PendekDari dulu author selalu nulis cerita yang genrenya romance terus nikah-nikahan, EIITTTTTTTSSSSS! bukan karena author ngebet mau nikah ya! wkwkwk tapi emang idenya disitu-situ mulu.. yang penasaran cuss silahkan dibaca karena author malas buat intron...