Freezing Point [2]

45 0 0
                                    


"Sebaiknya kau pulang saja!" Mata Denia menatap lurus Yesa yang tersenyum menampakkan guratan kecil disudut matanya.Denia kembali menggeleng matanya beralih menatap meja kosong yang belum tersaji makanan."Kau tenang saja,aku tak selemah itu"

Entah bagaimana keadaan tubuh Denia naik turun,kadang sehat di siang hari dan sakit di malam hari,ini lah yang membuat Yesa seperti seorang ibu yang memaksa anaknya pula membuat kepala Denia semakin pusing karena perhatian berlebih.

"Nia sudahlah sebaiknya kau pulang!" Denia tersentak pernyataan Yesa seakan menampar fakta saat ini.

"Aku tak selemah itu Yesa.Mengertilah!" Yesa selalu menganggap Denia lemah semua yang ia lakukan seakan-akan perlu pengawasan orang dewasa,Denia merasa lelah menghadapi tingkah Yesa yang setiap saat memiliki rasa khawatir yang berlebihan.

"Aku tak bermaksud begitu Nia.Aku tau keadaanmu sedang buruk saat ini,kalau kau ada masalah bilang jangan jadi orang yang egois.Setiap manusia tak akan mampu hidup sendiri,kau bisa membagi masalahmu denganku kapanpun aku siap mendengarkannya"

Denia menghela napas matanya menatap lurus punggung Yesa yang beranjak menjauh,punggungnya kembali meremang merasakan tiupan angin yang ditup membentur belakang telinganya.

"Astaga ada apa denganku?" Ucap Denia lesu,hidupnya sekarang berubah semua yang ia lakukan seakan-akan semuanya selalu diawasi hidupnya berubah seketika,Denia tak tau kesalahan apa yang pernah ia lakukan sehingga kehidupannya menjadi rumit.

Ia merasa hidupnya selalu diawasi setiap saat bahkan saat berada di dalam kamar mandi sekalipun.Bangun ditengah malam dengan bayangan hitam yang selalu ada ketika Denia terbangun disaat semua orang menutup mata bayangan itu seakan tak mau berpisah darinya setiap malam Denia merasa selalu ditemani bayangan yang tak dapat ia lihat.

________

"Kau baik-baik saja kan?" Denia mengangkat kepalanya menatap mata menenangkan yang selalu ia rindukan,"Eemm..ya.Ada apa kau memintaku ke sini?" Denia beralih menatap asap yang mengepul keluar dari gelas mug yang ada dihadapannya.

"Kau akhir-akhir ini kulihat tak begitu baik? Apa ada masalah dipekerjaanmu?" Denia menyesap sedikit coffie late yang beberapa saat lalu ia pesan matanya mengintip menatap lawannya yang selalu tenang dalam duduknya.

"Aku baik-baik saja Neal.Pekerjaanku baik tak ada kendala yang begitu serius Yesa juga mengajariku dengan begitu baik tapi,akhir-akhir ini ia terlalu berlebihan ia selalu mengkhawatirkanku setiap saat jadi katakan pada temanmu itu untuk bersikap biasa saja".

Denia tersenyum lebar menatap mata Neal yang melengkung ia begitu antusias menceritakan kegiatannya pada Neal matanya seakan menerawang sesekali menatap Neal meminta laki-laki itu untuk menanggapi ceritanya.

Beban Denia seakan menghilang begitu saja,mata Neal bagaikan lautan lepas yang menenangkan,setiap orang pasti setuju saat menatap mata Neal yang begitu teduh dan tenang.

"Aku senang mendengarnya.Kau tau Nia,itu sifat Yesa yang tak bisa kau ubah ia akan selalu perhatian padamu jadi tenanglah ia bertingkah seperti itu karena ia sayang padamu".

Denia menghela napas matanya beralih menatap jarinya yang menyatu,jari telunjuknya saling beradu sesekali ia gerakkan membentuk sesuatu yang abstrak."Apa ada hal penting yang ingin kau bicarakan?" Matanya terangkat menatap Neal dengan intens sebelum ia membenarkan duduknya.

"Ya,ada hal penting yang harus ku sampaikan padamu".

Denia menatap tajam mata laki-laki yang tengah membenarkan posisi duduknya matanya mengarah pada Denia dan tersenyum sebelum mengatakan yang ia utarakan.

Freezing PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang