Freezing Point [3]

38 0 0
                                    

11:45 A.M

Decitan ban mobil beradu dengan jalanan yang basah karena hujan,menghentikan mobil hitam yang tengah melaju membelah dinginnya kota pemberhentiannya tertuju pada gedung pencakar langit yang menjulang tinggi dengan dinding yang dilapisi kaca putih menghiasi setiap sudutnya.

Pintu kanan mobil terbuka menampakkan sepasang sepatu hitam yang mengkilat di tengah rintikan hujan yang menyapa bumi.

"Selamat datang Mr.Malik"

Senyuman pria dengan badan yang masih terlihat tegab menyambut manis laki-laki yang kini menjabat tangannya."Saya harap perjalanan anda ke mari baik-baik saja" Tangan kirinya merentang memberi petunjuk untuk jalan yang akan mereka tuju."Perjalanannya baik"

Seru laki-laki disampingnya,"Syukurlah kalau begitu,bagaimana dengan kabar anda tuan? Saya dengar ada berita tidak mengenakkan tentang anda beberapa hari terakhir"

Matanya beralih menatap laki-laki yang masih tenang di sampingnya tak ada guratan keterkejutan di wajahnya hanya ketenangan,ubin yang sekarang mereka pijak seakan kalah tenang dengannya."Saya baik-baik saja,itu hanya berita burung"

"Ini ruangan anda tuan,kalau tuan membutuhkan sesuatu bisa menghubungi saya",sekali lagi matanya beralih menatap guratan laki-laki di depannya.Ia hanya mengangguk membuatnya menghela napas untuk mengundurkan diri menjauh darinya."Saya permisi tuan"

"Kau sudah menyiapkan semuanya?" Laki-laki jangkung yang sedari tadi mengikutinya mengangguk mendekatkan diri pada kursi kulit yang tengah diduduki sang pemilik.

"Sudah tuan"

Bunyi ketukan jari yang menyatu dengan meja kaca di depan kursi seakan menjadi penghitung waktu untuk sekarang,ketukan demi ketukan seakan menyeru menghitung nasib seseorang."Lakukan sekarang" senyum miring tercetak jelas pada laki-laki yang tengah duduk tenang di kursi kebesarannya.

___√•^•√___

"Terimakasih Neal,ku harap kalian tidak bertengkar lagi saat di jalan nanti" Denia menajamkan matanya menatap bergantian dua makhluk yang memasang ekspresi muka berbanding terbalik.

"Kau tak perlu khawatir Nia,aku tidak akan bertengkar dengannya.Sekarang kau masuklah ini sudah malam"

Denia terkekeh kecil, laki-laki di depannya sungguh berbeda,ketenangan yang selalu menjadi ciri khas nya,matanya yang selalu teduh penuh akan ketenangan yang menampakkan keindahan.Denia bisa gila jika terus menatap matanya sepanjang hari,lihat saja sekarang mata Neal seakan membawanya hanyut ke lautan paling tenang.

"Ku pegang ucapanmu Neal.Hati-hatilah di jalan Neal jangan terburu-buru saat berkendara jalanan sedang basah dan kau tau bukan ini sudah jam berapa?"

Denia kembali menajamkan matanya memaksa masuk ke arah penglihatan laki-laki yang selalu tersenyum manis untuknya,"Astaga Denia! Sudahlah kau ini seperti orang yang ingin melepas anaknya pergi jauh saja,aku akan berhati-hati kau tenang saja.Sekarang masuklah,aku akan pergi setelah kau masuk"

Kata-kata Neal seperti tidak ingin dibantah,nadanya sarat akan tekanan yang tegas tak terbantahkan.Denia sampai terkejut mendengarnya tapi,ia paham maksud semua perkataan Neal,Denia sudah membuang waktu untuk mengingatkan Neal,pasti laki-laki itu menggeram dalam hati karena ulahnya.

"Baiklah,aku masuk sekarang.Sampai bertemu besok Yesa jaga dirimu dari laki-laki ini.Dan kau jangan berulah lagi" Denia mengacungkan jari telunjuknya pada Neal,ia melangkah menjauh setelah menerima tatapan tajam menenangkan dari Neal.

Langit-langit kamar menjadi pemandangan yang lebih menarik mata Denia untuk terus menatap ke atas sana,mencari sedikit pemandangan yang dapat memfokuskan matanya.

Freezing PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang