-----
Happy Reading
-----
—
Midam sampai di depan sebuah rumah yang terbilang cukup mewah.
Dia menghembuskan nafas dalam sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam rumah itu.
"Midam"
Langkah midam terhenti, mata nya melirik kearah seorang wanita paruh baya yang kini berdiri beberapa senti di depannya."Kamu dari mana saja baru pulang sekarang?, taeyang sudah pulang 3 jam lebih dulu dari kamu, keluyuran kemana kamu?" Tanya wanita itu, membuat midam menatapnya jengah.
Midam berjalan meninggalkan wanita itu tanpa sepatah katapun.
"Midam!, kamu dengerin mama ngomong ga sih!" Ketus wanita, yang tak lain adalah ibu dari midam.
Bukannya menjawab, midam pergi tanpa menghiraukan bentakan sang ibu.
Midam masuk kedalam kamar, lalu membaringkan tubuh diatas kasur nya.
Tangan nya kemudian meraih hp di saku celana.
Membuka sembarang aplikasi hanya sekedar untuk menghilangkan kekesalannya yang tak beralasan."Buat masalah lagi lo" midam langsung melihat ke asal suara.
Mata midam menatap sinis taeyang yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya yang terbuka lebar.
"Gue bahkan ga ngomong sepatah katapun, ngadu apa lagi tu orang sama bokap lo?" Tanya midam agak ketus.
Taeyang menggelengkan kepala nya perlahan, merasa lelah dengan sikap saudara tiri nya itu."Ga bisa ya lo ngubah sikap lo itu?, dia nyokap lo, kenapa lo bersikap seolah dia orang lain"
"Pfft" midam tersenyum miring, lalu menatap taeyang sinis.
"Nyokap?, sorry..nyokap gue udah mati sesaat setelah dia nikah sama bokap lo"
"Midam!, kata-kata lo keterlaluan!" Bentak taeyang, midam tertegun.
Baru kali ini taeyang membentaknya."Lo.., ah" kalimat midam terhenti, dia lalu kembali memperhatikan hp di genggaman nya.
Dia sadar, kalimat yang baru saja dia ucapkan memang keterlaluan, dia tidak benar-benar bermaksud mengatakan hal itu, dia hanya sedang kesal."Bisa lo keluar, gue mau sendiri" ujar midam melembut.
Taeyang tampak menghela nafas dalam."Sorry" lirihnya, lalu perlahan menutup pintu kamar midam.
"Padahal lo ga salah apa-apa" ujar midam pelan.
Midam merenung sembari menatap langit-langit kamar, bayangan (y/n) berputar di kepalanya, membuatnya tersenyum bahagia.
Sangat sulit untuk tidak memikirkan gadis itu barang sedetikpun.
iya,
Midam terlalu jatuh hati pada gadis itu.
Midam sendiri sebenarnya bingung kenapa dia bisa sampai begitu menyukai (y/n).Setelah dipikir-pikir lagi, tidak banyak kenangan diantara dia dan (y/n).
Ah, dengan memikirkan (y/n), membuat Midam kembali teringat.
Sejujurnya midam agak menyesali kalimat yang ia katakan pada (y/n) tadi sore.
Iya, dia menyesal karena mengatakan seungyoun cemburu.Karena Midam tau, sangat tau, bahwa (y/n) menyukai seungyoun, dengan mengatakan hal semacam itu pasti hanya akan membuat (y/n) berharap lebih.
Tapi tidak bisa dipungkiri, midam tak suka melihat (y/n) merenung seperti tadi, (y/n) seolah seperti kehilangan cahaya yang selalu midam lihat dari nya.
Midam juga tidak tau pasti, apa seungyoun juga menyukai (y/n) atau tidak, tapi jika dilihat dari perubahan sikap seungyoun yang tiba-tiba, bukan kah terlihat jelas.
Tapi apa pentingnya itu, midam tidak mau menyerah sekarang, dia akan berjuang dulu, terserahlah bagaimana hasilnya nanti.
—
<Love in Silence>[TO BE CONTINUED]
mau minta pendapat ni, bagusnya up seminggu sekali kaya sebelum"nya.., atau seminggu 2 kali, atau gimana?.
Btw boleh kali guys, ninggalin jejak sesekali, aku ga ngelarang pada nge-siders sih, tapi aku pengen aja gitu berinteraksi lebih sama pembaca:).
©RimaDescha
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Silence; Cho Seungyoun [PDX101 / X1]
Fanfiction[ COMPLETED ] ❝ Sampai akhir pun, lo cuma bisa memendam perasaan itu ❞. Judul sebelumnya: Hopeless Love Start: 22 Juni 2019 Finish: 07 Desember 2019