Josua mendelik menatap Dhena tajam dari atas kebawah. Pria tampan itu mendesah berat, sembari melipat tangannya didepan dada.
"Mau kemana pake rok pendek gitu?" tanya Josua sarkas.
Dhena yang ditanya hanya mampu menggigit bibir dalamnya keras, mencari alasan yang tepat untuk menjawab abangnya.
"Mau keperkumpulan penyiar." ucap Dhena sekenanya, menjawab dengan jujur.
"Ngapain harus pake rok pendek?" kali ini Gatama yang menanyai, membuat Dhena menghembuskan nafasnya kasar, melihat kedua cowok posesif dihadapannya.
"Terus gue harus pake baju bikini? Piama?" sela Dhena mencibir.
"Ganti rok lo, baru bisa pergi." tandas Josua penuh perintah.
"Gaakk mauu bang, kemarin terakhir kali gue datang kesana pake celana jeans dibilang mirip asisten rumah tangga sama seseorang." Dhena berucap merajuk pada abangnya yang malah tertawa kecil. Sedangkan, adiknya sudah terpingkal pingkal tertawa mengejek kakaknya tersebut.
"Gak bohong, sih dia. Soalnya mau pake baju bagus atau enggak lo tetap kayak asisten rumah tangga, Hahahaha" Gatama terus meledeki Dhena yang mulai jengkel.
"Tama!" tegas Dhena kesal.
"Siapa yang bilang lo mirip asisten rumah tangga? Sini bawa ke gue." gurat wajah Josua berubah serius berkata dengan penekanan.
Dhena tersenyun senang merasakan pembelaan dari abangnya. Bahkan, gadis itu sudah menjukurkan lidahnya pada Gatama, mengejek adiknya karena tak mendapat respon dari sang abang.
"Gak papa bang, orangnya sedikit baik, kok." terang Dhena tersenyum lima jari.
"Gue mau jumpa sama orangnya juga mau ngucap makasih, kok. Makasih karena udah nyadari adik gue dimana tempatnya selain dapur."
Gelak tawa memecah dari Gatama dan Josua yang bertos ria mengejek semburat kesal, marah dari Dhena. Kedua cowok itu menatap Dhena geli, sedangkan Dhena menatap mereka nyalang.
"Nanti gue kasih tau sama papa!" sentak Dhena marah.
"Tukang ngadu emang gitu." Gatama mengerlingkan matanya malas.
"Namanya juga anak papah." Josua menimpali.
"Tama!!! Bang Jos!!" pekik Dhena.
Lagi lagi Josua dan Gatama tertawa terpingkal pingkal.
"Gue gak jadi ganti celana, gue mau pake rok. Jangan ada yang bersungut!" tandas Dhena mengakhiri.
Cewek itu bergerak, berniat pergi dari ruang tamu, meninggalkan Josua dan Gatama yang terus saling pandang tertawa layaknya orang bodoh.
.
.
.
Arka memijat pangkal hidungnya lembut, sementara tangannya bertopang diatas meja caffe. Pikirannya berkelana, terbang enah kemana. Bahkan, cowok manis itu selalu mengabaikan pertanyaan pertanyaan kedua temannya yang tak berhenti mengoceh disampingnya."Lo dengar gak, sih Ar?!" Bargan membentak, kesal karena Arka mengabaikannya.
Tapi, Arka masih tetap tak berniat untuk menjawab.
"Eh, eh Bar liat, deh si Dhena cantik banget gak, sih." Cassha menarik perhatian Bargan yang masih tampak kelihatan kesal dengan Arka, beringsut melihat orang yang Cassha tunjuk.
"Gue udah nyadar, sih kalau si Dhena itu cantik. Apalagi, kalau dia bergaya simpel kayak sekarang." saut Bargan masih tetap menatap keberadaan Dhena dengan temannya yang dia tahu bernama Dara.
"Kita ajak join sini, yuk."
"DEN!!" Cassha berseru keras, mengintrupsi kedua orang cewek yang langsung berkalih menoleh meja Cassha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Adhena (Complete√)
Fiksi Remaja"Seharusnya gue tau Na, kalau lo itu hanya sebatas rubik, sulit buat ditebak. Kadang, semampu apapun kita buat susunan rubik itu jadi, tak berarti apapun. Malah rubik itu bisa makin berantakan." ucap pria itu dengan nada yang terdengar sedikit lirih...