Dhena mengetuk ngetuk dahinya berfikir keras tentang bagaimana dia akan menghindari Arka. Baru saja Dhena mendapat pesan masuk dari cowok itu, bahwa dia akan segera menjemput Dhena untuk pergi bersama ke kampus.
Tapi, Dhena belum sanggup hanya untuk melihat keberadaan cowok itu. Ingatan tentang kejadian semalam masih terus berkelebat dipikirannya.
"Kak Nana," Dhena menoleh menatap orang yang memanggilnya.
Papahnya ada disana sambil nyengir nyengir gak jelas.
"Kenapa pah?" tanya Dhena sambil beranjak berdiri dari duduknya.
"Ada yang manggil kamu, tuh. Cowok, ganteng lagi." jawab papanya belum juga berhenti nyengir. Dhena jadi khawatir apa yang dipikirannya terjadi.
Cewek itu meraih gorden merah jambu dekat sofa yang dia duduki, lalu mengintip keluar jendela. Dan benar saja, apa yang dia pikir benar benar terjadi saat itu juga.
Dapat dia tangkap keberadaan cowok jangkun berspesies Arka sedang duduk diantas motornya sambil sesekali melirik pintu rumah yang masih terbuka.
"Pah, Dhena minta tolong bilangin ke dia dong kalau Dhena udah pergi ke kampus." ucap Dhena sambil tersenyum manis pada papahnya.
"Emang kenapa Na?"
"Papa kepoo, deh."
"Yaudah papah bilangin, yah."
Selanjutnya, papah Dhena kembali keluar menghampiri Arka. Sesekali keduanya sedikit tertawa, sebelum akhirnya papah Dhena memasuki rumah lagi. Tapi, Arka belum juga beranjak pergi. Dhena jadi bingung sendiri.
"Papah bilang apa, sih? Kok kak Arka belum pergi juga?" tanya Dheba beruntun.
"Papah nyampein pesan kamu lah," jawab papah Dhena.
"Cara papah nyampein pesannya gimana?" Dhena menambahkan belum juga percaya bahwa papahnya menyampaikan hal yang benar.
"Papah bilang 'Dhena yang ada didalam rumah nyuruh om buat nyampein kalau dia udah pergi kekampus.' gitu." penuturan papahnya menciptakan semburat kesal diwajah Dhena. Kenapa juga, sih dia dikelilingi laki laki jail macam papa, adik, dan abanhnya.
"Papah!!" pekik Dhena.
"Lagian kamu nyuruh papah bohong, kamu tau sendiri kan, kalau papah mu ini laki laki bertanggung jawab yang gak suka bohong."
Terserah terserah Dhena gak peduli sama pujian papahnya pada diri sendiri. Dhena membulatkan tekadnya agar menghilangkan rasa malunya untuk menghampiri Arka. Bodo amatlah.
"Oh iyah Na, papa sama mama mu nanti mau pergi kerekan kerja papa yang sudah meninggal dunia. Beliau akan dikebumikan hari ini." oalah, papa Dhena memang sama uniknya dengan Dhena.
"Papa harus belajar bahasa sehari hari, supaya gak keformalan pake pengucapan kata tambahan yang benar." papar Dhena sedikit terkikik geli.
"Yaudah sana, cowok kamu sudah lama menunggu."
"Dia kakak tingkat pah." sergah Dhena.
Gadis itu beringsut menghampiri Arka yang sudah duduk manis dimotornya, sambil mengetuk ngetukkan jarinya yang dibalut sarung tangan hitam kekepala.
"Eh, katanya tadi udah kekempus," menyadari keberadaan Dhena, Arka langsung membuka percakapan menyindir gadis itu.
"Papa gue bohong itu," jawab Dhena kikuk.
"Gue taulah sekarang sifat konyol lo dari mana." Arka terkekeh.
"Emang dari mana?"
"Dari papah lo, hahaha"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Adhena (Complete√)
Teen Fiction"Seharusnya gue tau Na, kalau lo itu hanya sebatas rubik, sulit buat ditebak. Kadang, semampu apapun kita buat susunan rubik itu jadi, tak berarti apapun. Malah rubik itu bisa makin berantakan." ucap pria itu dengan nada yang terdengar sedikit lirih...