Aulia menggengam ponselnya dengan erat. Dia terlihat bingung. Otaknya di paksa untuk berpikir keras. Lalu ia menatap koper yang sudah siap bawa oleh suaminya.Aulia akhirnya keluar dari kamar dan menuruni anak tangga. Tawa canda antara cucu dan Kakek Nenek terdengar apalagi saat ini sudah dua Minggu Aulia berada di rumah mertuanya.
"Aulia! Hati-hati sama kandunganmu nak Ya Allah.." Aisyah bergidik ngeri melihat menantunya berjalan cepat menuruni anak tangga. "Kehamilan 3 Minggu itu masih rawan."
Aulia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa malu karena di tegur oleh Aisyah. "Em maafin aku Ma. Mas Fay dimana ya?"
"Diruang kerja Papa." sambung Farhan lagi yang kini mengajak bicara burung didalam sangkarnya.
"Ada apa? Wajahmu terlihat panik?" tanya Aisyah.
Aulia menggeleng. "Tidak Ma. Baiklah, aku izin menemui Mas Fay dulu."
Aulia sempat memperhatikan ketiga putranya yang sedang akur dalam bermain mobil-mobilan baru beserta arena permainannya yang baru saja di belikan kakeknya. Karena itu Aulia segera menuju ruang kerja dan disanalah Fay berdiri yang kini sedang sibuk memasang dasi.
Fay menoleh ke arah pintu. Aulia langsung masuk dan mengambil alih ikatan dasi suaminya.
"Mas."
"Hm?"
"Mas jadi ke Dubai?"
"Jadi. Bukankah semalam kamu sudah menyiapkan beberapa pakaian Mas?"
Aulia mengangguk. Wajahnya terlihat gelisah. Mengetahui hal itu Fay memegang pergelangan tangan istrinya. Menatapnya serius.
"Ada apa? Apakah terjadi sesuatu?"
Aulia terlihat diam. Keduanya sama-sama menatap tanpa berbicara. Fay berlalih memasang sendiri ikatan dasinya.
"Bicaralah Aulia. Aku tidak bisa pergi dalam keadaan kamu seperti ini. Kamu sedang hamil. Anak ke 4 kita. Oke? Jadi jangan banyak pikiran."
"Kalau gitu apakah aku boleh ikut?"
Fay menatap Aulia lagi setelah menyelesaikan ikatan dasinya. "Ikut?"
Aulia mengangguk. "Jika boleh aku ingin ke dokter kandungan sebentar meminta surat izin penerbangan."
"Kenapa kamu mau ikut? Ini terlalu dadakan. Apakah terjadi sesuatu?"
Bukannya menjawab, Aulia malah memunggungi Fay. Ia menggigit ujung kukunya karena sedang bingung sekaligus gelisah. Bingung harus menjelaskannya dari mana. Karena ini terlalu rahasia.
"Sayang?"
Fay mendekati istrinya. Membawanya ke dalam pelukannya. "Semuanya akan baik-baik saja oke?"
Fay memegang kedua pipi istrinya. "Jangan khawatirkan apapun dan jangan pikirkan sesuatu yang memberatkanmu."
Lalu Fay mencium bibir Aulia dengan lembut. Hal yang selalu ia lakukan jika istrinya sedang gelisah.
"Aku pergi." bisik Fay. "Kamu disini saja ya. Sama Papa dan Mama."
Lalu Fay memeluk istrinya sekali lagi, merengkuh pundaknya dan keluar ruangan. Sampai akhirnya Aulia mengantarkan Fay ke teras rumah 15 menit kemudian.
Aulia berusaha untuk tidak menangis. Aulia berusaha untuk tenang. Tapi tidak bisa. Aulia berusaha untuk semuanya baik-baik saja. Tapi rasanya mustahil karena ia memikirkan Aifa di belahan negara lain.
🦋🦋🦋🦋
Semilir angin dan suasana indah membuat Aifa tak bisa berhenti tersenyum sejak tadi. Dihadapannya, ada Ray yang kini terkekeh geli melihat ekspresi Aifa yang duduk sambil memakan cemilan turkist delight dalam kemasan. Sebuah cemilan manis dan begitu dingin di lidah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
RomanceAifa selalu menjunjung tinggi kehormatan yang selalu ia jaga demi calon masa depan yang akan menikah dengannya. Tak hanya itu, paras yang cantik, kekayaan yang di miliki, bahkan di ratukan oleh orang-orang di sekitarnya membuat hidup Aifa terlihat s...