18- Senin

34 2 0
                                    

"Dari Senin ke Minggu asa jauh banget, tapi dari Minggu ke Senin? U know lah."

***

BRAKKKK!!!!

"Aji berhenti!!" Teriak salah satu siswa yang ingin menghalangi langkah Aji, namun ia justru tersungkur ke lantai yang masih basah.

Kasar memang.

Maklum, ini masih pagi. Upacara pun akan dimulai beberapa menit lagi. Namun, kelas Raina sudah ramai oleh para murid yang ingin melihat aksi seorang Aji nasesa.

Semua murid terlihat kaget dan ketakutan, termasuk Raina. Bunyi kursi di tendang dan  meja digeser membuat Raina semakin takut.

Tiada pagi yang indah bagi Raina.

Kini, Aji berjalan kearahnya dengan dasi dilonggarkan dan dua kancing teratas ikut terbuka. Kaki jenjang Raina refleks mundur, entah dorongan dari siapa hingga ia berjalan mundur dan menabrak meja di belakangnya.

Raina terkunci dan tidak bisa bergerak mundur lagi. Sementara, Aji sudah berdiri tepat di depannya.

Senyum meremehkan muncul di bibir Aji, "Selamat pagi, pembunuh." Ujarnya berbisik.

Sejujurnya Raina benar-benar takut, sekarang ia gemetar bukan main.

Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat, agar lawannya tidak mengetahui bahwa ia sedang lemah.


"Apa lagi yang Lo mau!!?" Raina menjerit tidak tahan dengan nada gemetar.

Masih dengan senyum andalannya. Aji maju selangkah dan berbisik lembut, tepat di samping telinga Raina.

"Tunggu hukuman dari gue, Kali ini Lo Selamat!"

Sorot mata mereka bertemu sangat dekat, namun menyirat. Aji mundur, dan dalam hitungan detik wajahnya berubah kembali dingin.

Aji pergi meninggalkan kelasnya, sementara tangan Raina mencari sisi kanan meja untuk pegangannya.

Nafasnya naik turun tidak wajar.

"Heh Lo! Beresin nih kelas, semua ini gara-gara Lo, Raina!" Jerit salah satu teman kelas Raina.

"Baru aja gue piket, udah berantakan lagi. Dasar!"

"Anjir, pagi-pagi gini mood gue ancur gegara nih bocah!" Umpat nya kesal.

Seisi kelas pun ikut bersorak menyalahkan Raina.

Raina hanya diam mendengarkan umpatan-umpatan yang dilontarkan untuknya.

Tetep gue yang salah.

*****

"Kak, gue bener-bener liat cewek pembunuh itu masuk ke minimarket kita!" Kekeh Aji dengan sangat yakin.

"Kakak yang ada di dalam, jelas-jelas gak ada satu orang pun yang masuk! Lagian kakak kan sudah bilang, seharusnya kamu langsung cabut gak usah nungguin kakak!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang