Realita drama

193 5 2
                                    

Saat itu dunia ku sudah berubah, setelah masa gelap yang selama ini aku genggam telah aku lepas agar jauh dari genggamnku. Usiaku sudah menginjak 18 tahun dan akhirnya masa-masa SMA ku telah menjadi buku harian yang disimpan dan nanti saatnya rindu itu mampir akan ku buka kembali. Namun rasanya aku tidak ingin membukanya karena di diary itu ada kisah yang tidak ingin aku ulangi.

doa kalbu kecilku "Ya allah sekian lama aku telah melakukan hal yang membuatmu murka maafkan hambamu ini yang penuh dengan khilafnya, tuntun setiap langkahku , tutur setiap ucapanku, jaga setiap pandanganku. Aku butuh semua bimbingan ini darimu yaa rab, aku titip setiap doaku agar aku bisa memperbaiki setiap kesalahan kelam ku"


Setiap aku melantunkan doa itu selalu ada tetes air bening yang menjadi saksi sesal ku, semoga Tuhanku mendengar setiap tutur doaku. Tidak lama bunyi senop pintu kamarku berbunyi "klekkk terbuka" sedikit kaget namun aku berusaha untuk menetralkan jantung ku agar tidak meloncat-loncat "ehh ibu, ada apa bu??" uhhh rasanya tenang sekali saat melihat bentuk sabit yang terukir dibibir bidadriku "Makan nak, ko lama diem dikamar sih" suara lembut itu yang nanti akan ku rindukan tidak lama lagi aku pun mengiyakan apa kata ibu dan beberapa menit kemudian aku tiba ditempat makan keluarga ku dan disitu sudah terlihat gagah sosok pangeran dunia akhiratku ya itu ayah ku, ada juga sosok pangeran kecil yang selama ini aku anggap sebagai adekku sendiri, seharusnya dia hanya sodara ku yang berbeda orang tua dia adalah cucu ibu dan ayahku saking sayang nya udah kaya anak sama adek sendiri. Setelah kita udah kumpul bersama dan akhirnya rutinitas makan malam pun dimulai dan berakhir dengan seribu keheningan, memang itu yang ayah ajarkan ketika makan jangan sambil bicara. Setelah selesai makan kita semua berpindah tempat ke ruang keluarga disitu mulailah perbincangan kecil antara aku, ibu,dan ayah.
Saat itu ayah lah yang membuka perbincangan "Nak gimana udah siap belum??" aku terdiam sebentar, saatnya aku membuka mulut "Iyah yah bissmillah insya allah siap" akhirnya aku mampu mengatakan kata itu. Terurai kembali sabit indah yang terukir dibibir ibu dan ayahku.
Jadi esok adalah hari pemberangkatan ku ke kota bandung untuk mengemis ilmu di universitas yang dulu aku inginkan dan alhamdulillah atas izin allah aku bisa menginjakkan kakiku dibumi universitas islam negri sunan gunungdjati bandung, dan aku tidak hidup kos karena ayah dan ibu tidak mengijinkan ku untuk hidup kos tanpa pantauan mereka dan akhirnya aku dititipkan disebuah pondok salafiyah al-muawanah yang begitu sederhana dan alhamdulillah allah mengizinkan diri ini untuk mengabdi kepada sang penghantar ilmu atas ridho sang maha takdir.

Hari yang dinanti..

Rasanya tidak ingin ku lepaskan pelukan ini, rasanya ingin menangis tersedu-sedu saat langkah kaki dua sosok bidadari dan pangeran ku melangkah jauh pergi tapi ini hanya sementara untuk meninggalkan aku agar bisa hidup lebih mandiri dari sebelum nya, agar bisa mencari diriku yang sebenarnya tapi rasanya ini begitu berat bagiku.

Bisikan pangeran
"Nak jangan anggap ayah dan ibu membuangmu yah, ayah ingin kamu menjadi diri kamu sendiri ya nak, sudah sekian lama kamu sudah biasa jauh dari ayah dan ibu jadi saat nya kamu bisa lebih mandiri,lebih dewasa, dan ingat ayah tidak ingin memiliki putri kecil ayah yang cengeng. Kamu harus semangat agar ayah semangat untuk membantu mencari dan mewujudkan apa yang kamu cita-citakan yah nak."


Aku tidak ingin mengeluarkan air bening ku tapi apa daya penahan air bening ku tidak kuat untuk menahannya akhirnya aku menangis didepan pangeran dan bidadari ku.

Kata kalbuku
"ayah ibu aku tidak menganggap aya dan ibu membuang ku, aku paham maksud ayah dan ibu.maafkan aku yah belum bisa mengabulkan apa yang ayah dan ibu inginkan. Bantu dengan doa ayah dan ibu yahh agar aku bisa menjalani realita hidup ini atas izin dan ridho mu semoga allah pun ridho dengan langkah pilihan ku"

Setelah perbincangan singkat yang mengharukan itu selesai. Disitu ayah dan ibu mengcup lembut kening ku, dan akhirnya aku dan ayah ibu melangkah dengan langkah bertolak belakang, namun aku kembali membalikan badanku untuk melihat mereka hilang di penglihatan ku. Suatu saat nanti penglihatan indah ku akan kembali normal saat melihat mereka kembali terurai sabit indah di bibirnya. Saat aku kembali dengan diriku yang sebenatnya yang mereka nantikan.

"Hidup ini memiliki realita hidup ceritanya tersendiri, bagaimana pun kita yang berperannya menjadi pemeran utama maka alur pun akan mengikutinya,karena alur tidak seharusnya sama dengan teks drama nya"

Mateman soleh solehah alhamdulillah atas izin allah aku bisa upload lagi hehe makasih yah yang udah vote
Jangan lupa vote lagi yang etssss comenyaa jangan ketinggalan
Afwan yah mungkin sedikit ga jelas...
Jangan lupa sholat fardhu dan sunnah nya yaa 😊😊

Drama HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang