“Keluarga adalah segalanya. Sayangilah mereka meskipun terkadang lidah mereka menyakitimu.”
~~~~
Jingga sang cakrawala diramaikan kepakan sayap sekelompok burung menemani Ozy di setiap kayuhan sepedanya menuju jalan pulang. Peluh di dahinya sangat kentara membuat rambut hitamnya sedikit lepek di bagian depan. Ozy terus mengayuh sepedanya meskipun energinya sudah terkuras karena ia gunakan untuk membersihkan seluruh toilet siswa yang ia bagi bersama Dimas.
Guru kesiswaan sudah mengambil keputusan untuk memberikan hukuman bagi Ozy dan Dimas yaitu membersihkan seluruh toilet yang dipakai para murid lelaki selama tiga hari setelah pulang sekolah. Tidak hanya diberi hukuman, Ozy juga menambahkan daftar hitam pelanggaran tata tertib sekolah karena tidak memakai dasi. Entah sudah berapa banyak pelanggaran yang tercatat di sana, Ozy enggan sekedar untuk mengingat apalagi menghitungnya.
Hari ini Ozy libur kerja lagi. Sepertinya sampai hukuman yang ia jalani selesai. Ozy terhitung sudah dua kali izin tidak bekerja. Semoga saja ditambah tiga hari berturut-turut, Pak Haza tidak memotong gajinya.
Ozy sudah sampai di rumahnya, rumah sederhana yang kini hanya dihuni oleh seorang kepala keluarga dan dua orang anak. Ibunya? Wanita itu dua tahun lalu meninggalkan mereka bertiga dan lebih memilih membangun rumah tangga baru dengan seorang pengusaha ternama. Wanita itu tidak pernah sedikitpun menanyakan kabar tentang kedua anaknya. Dia sudah lepas tangan, tak mau ada hubungan lagi dengan mereka bertiga.
Ozy membuka pintu rumahnya, ia mengucap salam, "Assalamu'alaikum, kakak pulang. El? Ayah?"
Tak ada yang menjawab sampai Ozy memutuskan untuk ke ruang makan mengambil segelas air untuk menghilangkan rasa haus yang ia rasakan sedari pulang sekolah. Ozy duduk di kursi makan sambil meminum segelas air dan di sanalah ia mendengar suara air yang jatuh dengan keras dari arah kamar mandi.
Ozy menoleh sejenak sembari menyimpan gelas di atas meja, pemuda itu memandang pintu kamar mandi yang tertutup lalu tersenyum. Tak lama keluarlah seorang gadis dengan balutan handuk di kepalanya. Jadi adiknya yang cantik dan tomboi itu sedang mandi rupanya, pantas saja tidak ada yang menjawab salamnya tadi.
Ellora berjalan mendekatinya, sebenarnya hanya ingin mengambil ponsel yang ia letakkan di atas meja makan tadi sebelum ia mandi namun sang kakak beranggapan adiknya itu menyambut kepulangannya dari sekolah. Ozy sudah menunjukkan punggung tangan kanannya pada Ellora.
El melepas handuk di kepalanya lalu ia sampirkan di pundaknya. "Kak, aku itu mau ambil handphone, nih." El memperlihatkan ponselnya yang ia ambil dari meja makan tepat didepan wajah sang kakak.
Ozy merespon dengan mulut yang membulat lalu tiba-tiba Ozy tersenyum diikuti tangan yang belum ia turunkan tadi semakin maju dan ada sedikit kode di sana.
El memutar bola matanya lalu mencium punggung tangan kakaknya, senyum Ozy semakin merekah.
Beberapa detik setelahnya terdengar suara perut yang meronta ingin diberi makan. Ozy menatap adiknya yang tengah memegang perut ratanya.
Ozy berucap, "Lapar perutnya? Mau dibuatin makanan, hm?" Ozy berdiri mengusak rambut lepek adiknya. Ellora tersenyum lalu diakhiri kekehan.
Perut Ozy juga lapar, jadi ya sekalian saja membuat makanan dengan porsi besar. Sebagian untuk ayahnya saat pulang nanti karena sepertinya lelaki 40 tahun itu masih ada diluar sana. Ozy juga tak perlu bertanya pada adiknya karena jawabannya akan tetap sama, Ayah pasti mabuk lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bestie [On Going]
Novela JuvenilFauzi Adlan Dhamala dan Tiara Ana Diwata adalah dua insan yang tidak sengaja bertemu saat mereka kanak-kanak. Pertemuan mereka berlanjut hingga Sekolah Dasar. Itulah yang membuat hubungan mereka menjadi sahabat. Ozy- nama keren katanya, berjanji sel...