Fio meletakkan kaca mata minusnya di atas meja. Ia melepaskan penat setelah berjam-jam bekerja menahan emosi. Kursi yang terbuat dari bahan kain dan busa itu terasa empuk memijat punggungnya yang pegal-pegal. Jadi, beginilah rasanya menjadi salah satu staf customer service di perusahaan e-commerce terbesar yang bercabang di Jakarta. Walaupun lelah, ia tak sekali pun mengeluhkan kewajibannya yang tak jauh dari amukan para pelanggan."Mbak, mana pesanan saya dua hari lalu? Kok nggak dateng-dateng, lambat banget!"
"Mbak, barang saya kok nggak sesuai order? Hiih, mana tekstur kainnya kusut lagi! Nggak becus, nih!"
"Mbak, saya minta tanggung jawab! Masa cangkir pesenan saya bisa pada pecah? Rugi dong!"
Fio menghela napas selagi menekan kepalanya yang agak pening. Menjadi pihak yang selalu dipersalahkan adalah risiko pekerjaan yang harus ia tanggung. Kemampuannya menuntut ia menjadi seorang problem solver yang dapat menenangkan setiap amarah pembeli. Anehnya, Fio malah suka. Tidak peduli mendapat kata-kata sekasar apapun, baginya, dapat berinteraksi dengan banyak orang adalah nilai bonus yang membuat perasaannya terpuaskan.
Masih beruntung Fio diterima dan lolos persaingan ketat di perusahaan besar pencetus platform perdagangan elektronik ternama, MyStore, yang diluncurkan empat tahun lalu di bawah MD Group—berpusat di Brisbane, Australia. Dalam kurun waktu tersebut, MyStore terbukti sukses dalam mengejar target penjualan berkat kemajuan teknologi dan peningkatan penggunaan internet serta gadget.
Gadis bernama lengkap Fiorenza Jovita Eleora itu memang terkenal sebagai sosok yang supel, pintar berkomunikasi, dan murah senyum. Mungkin karena karakternya itu, pihak HRD tanpa ragu menerimanya sebagai seorang internship. Sebenarnya, dunia Fio jauh dari kata 'komunikasi'. Darah yang mengalir di keluarganya adalah darah pebisnis. Namun, gadis itu mendapat dukungan penuh untuk melakukan apapun yang ia suka. Dan tidak perlu berpikir lama lagi, Fio pun menekuni kuliahnya sebagai mahasiswa tingkat akhir jurusan Manajemen Komunikasi di salah satu perguruan tinggi favorit di Jakarta.
***
Acara peregangan badan yang dilakukan Fio sejak sepuluh menit lalu terganggu sebab seorang lelaki bertubuh 170-an cm itu menghampirinya. Dengan penuh percaya diri, ia menyisirkan rambut ke belakang menggunakan jari. Kemejanya yang berwarna biru muda tampak basah oleh keringat, namun aroma parfum yang menguar, mampu mengalihkan betapa buruknya bau kecut orang tersebut di waktu yang sama.
"Fi, makan siang bareng Mas, yuk?" ajaknya pada Fio yang masih terdiam di kursi.
"Maaf, Mas Andre. Saya bawa bekal dari rumah," tolak Fio halus sembari mengeluarkan kotak makan dari bawah laci mejanya. Tak lupa gadis itu memasang senyum palsu.
"Gimana kalo Mas Andre temenin makan di sini?"
Fio memutar matanya malas, bagaimana caranya agar lelaki yang sok keren itu tidak mengusiknya terus-menerus?
"Yah, saya udah janji makan siang sama Mbak Angel, tuh, Mas."
Mendengar nama Angel, mendadak Mas Andre terbatuk-batuk. Lelaki itu berdeham, membersihkan tenggorokannya. Hingga ia mengatakan, "Eh, iya. Mas baru inget. Tadi si Viko minta dianterin ke puskesmas, perutnya sakit. Duluan, ya, Fi."
Dengan wajah kecewa, seseorang yang dipanggil Mas Andre—alias senior Fio di departemen yang sama—akhirnya meninggalkan tempat berbarengan dengan teman-temannya, yang tampak menertawakannya.
Baguslah. Tidak sia-sia telinga Fio mendengar gosip rekan kerjanya tadi pagi, kalau Mas Andre punya seorang pacar bernama Angel yang ternyata sekantor dengannya. Pacar yang galak dan posesif. Bisa dibayangkan saat tiba-tiba Andre makan siang dengan Fio, sementara di sisi lain ada Angel yang menyaksikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfection ✔ #ODOCTheWWG
RomanceIan adalah lelaki tampan yang menjalani hobi melukis di tengah ketidakberdayaannya untuk melihat. Tak banyak orang yang menghargai karyanya yang terkesan abstrak. Hingga, seorang gadis muncul dan memotivasi hidupnya, membuat Ian jatuh cinta. Ketika...