She's not as usual

705 62 3
                                    

Tubuh Matt mematung seketika. Menatap pada sosok orang yang tengah berdiri dengan tatapan dingin dan beku, padanya. Matt mencoba mencari setitik kebohongan dalam mata orang itu, namun jelas tak terlihat olehnya kalau orang itu berdusta.

Daniel Lavince. Entah angin apa yang membawanya datang ke perusahaan Matt dan bermaksud menemui pria yang merupakan rivalnya itu.

Keduanya kini sudah berada di sebuah ruangan privasi yang biasa di pakai untuk pertemuan. Kalimat terakhir yang di ucapkan Daniel beberapa saat lalu membuat Matt penasaran sehingga bersedia menerima kedatangan si tamu di tempatnya.

"Jadi, bisa kau jelaskan apa maksud ucapanmu tadi?" Matt meminta penjelasan.

"Haruskah aku mengulangi kalimatku? Aku sudah memutuskan akan menceraikan Luna. Apakah itu belum jelas buatmu?" ulang Daniel lagi.

"Ehhhmm, ku pikir aku tidak ada hubungannya dengan urusan kalian meski jujur ku akui kalau aku senang mendengar berita ini. Karena itu berarti kesempatanku mendapatkan Claudia kembali semakin terbuka," Matt menyanggah ringan. Daniel sempat menggeram perlahan dan hampir tak dapat menahan emosinya kalau tidak ingat apa tujuannya kesana.

"Terserah apapun yang mau kau lakukan. Aku hanya ingin mengatakan satu hal padamu, tolong jangan sakiti dia lagi atau kau akan berhadapan denganku pada saat itu." Mata Daniel menyorot tajam penuh ancaman.

Matt mencondongkan tubuhnya ke depan dengan kedua tangan yang saling bertaut di atas meja.

"Kau tidak perlu memberi peringatan apapun padaku, Mr Lavince. Aku tahu apa yang harus aku lakukan pada Claudia. Dan satu hal yang perlu kamu mengerti dan camkan baik-baik, bahwa sampai kapanpun, Claude akan tetap menjadi milikku. Dan tetap mencintaiku. Apa kau paham itu?"

Mata Daniel semakin menyorot tajam. Nafas pria itu menderu kencang, menandakan ia terguncang oleh amarah. Jelas saja kalau saat ini ia sedang terpancing emosi. Dan Matt yang menyukai keadaan itu semakin ingin menghancurkan Daniel dengan menambah kalimat-kalimat panas yang membuat pria itu semakin terbakar.

"Kau tahu, kemarin malam aku dan dia menghadiri acara reuni bersama. Apa dia tidak bicara padamu kalau aku datang menjemputnya?" Di tanya demikian Daniel hanya diam. Yang bisa ia lakukan hanya mengeratkan gigi-giginya.

Merasa umpannya termakan, Matt menambah kebohongan kata-katanya. Ia tahu, kebungkaman Daniel merupakan jawaban dari ketidak tahuannya. Dalam artian, Luna pasti tak bercerita apapun tentang reuni semalam. Dan disini ia ingin membuat sandiwara bertajuk hasutan.

"Kenapa kau tidak menjawabku, Mr Lavince? Apakah benar kalau kau tidak tahu tentang reuni itu? Atau kau yang tidak tahu bahwa dia datang ke acara itu bersamaku?" tanya Matt sudah pasti dengan kepura-puraannya. Daniel hanya menatap pria itu tanpa kedip. "Oh, tidak. Jangan bilang kalau kau juga tidak tahu kalau kami semalam juga menghabiskan waktu bersama dengan berdansa. Dan kau tahu apa yang kami bicarakan di sana? Kau ingin tahu, hmmm? Semalam, kami membahas tentang--," kata-kata Matt tak berlanjut saat Daniel tiba-tiba berdiri dan memotong kalimatnya.

"Aku tidak perduli dengan apapun yang kalian bicarakan, Mr Romeli! Aku datang kesini hanya ingin memberi tahumu kalau aku dan dia akan berpisah. Dan ku ucapkan, semoga kalian bahagia. Selamat siang!" Daniel mengakhiri kalimatnya sambil menghentakkan kursi dengan keras. Dan tanpa menunggu waktu lebih lama, pria itu melejit keluar dengan membanting pintu.

Matt menarik satu sudut bibirnya penuh kemenangan. Puas. Rencana memanas-manasi Daniel rupanya berhasil. Meski ia tidak tahu kenapa tiba-tiba Daniel ingin menceraikan Luna, tapi ia yakin, saat ini hubungan Luna dan suaminya sedang tidak baik. Dan ia ingin memanfaatkan keadaan ini.

××××××

Di perusahaan "Star Company"....

Luna tengah melamun sendiri di ruangannya. Ada banyak file yang tercecer di mejanya dan belum satupun yang ia sentuh. Memeriksa satu persatu laporan sungguh membuatnya pusing. Tentu saja, bukan karena banyaknya pekerjaan yang menumpuk karena kemarin ia bolos kerja. Namun masalah pribadi yang membebaninya, membuat Luna tak bisa berkonsentrasi penuh.

You are Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang