Sebelah kakinya memijak di atas lantai aula besar yang terletak di salah satu gedung tinggi Varcolac Group. Bukannya melangkah masuk, dia berhenti sejenak saat merasa sesuatu yang secara mendadak membuat ia resah.
Dhan di dalam sana juga merasakannya, sisi lain dari dirinya segera duduk tegap mengawasi dari dalam diri pria itu.
"Kau merasakannya?"
"Ya, ini sangat tidak nyaman Al, apa yang terjadi?"
"Aku juga tidak tahu, tetap waspada Dhan! Sepertinya hari ini tidak akan menjadi menjadi seperti hari biasanya."
Tepat seperti apa yang ia pikirkan, hari ini memang bukanlah hari seperti biasanya. Karena wangi semerbak cabang rumput, bunga dahlia yang bermekaran, beserta kismis merah yang bercampur menjadi satu menyusup masuk ke indra penciumannya yang lumayan tajam, memenuhi seluruh bagian otaknya, kemudian menyebar ke seluruh sel-sel sarafnya yang membuat jantungnya berdebar dua kali lebih cepat dan mengantarkan getaran hebat.
Alcander tak dapat melanjutkan pidatonya, wangi itu membuat seluruh tubuhnya menegang. Dhan di dalam sana juga sama sekali tidak membantu, ia menggeram keras, memerintah Alcan untuk mencari asal wangi tersebut.
Alcan menajamkan penglihatan dan pendengarnya, memindai setiap tamu yang hadir di acara ini. Ia yakin kalau wangi tersebut berasal dari salah satu tamu undangan yang berada di dalam aula ini. Panggilan ayah dan ibunya ia acuhkan demi menemukan pemilik wewangian tersebut. Kemudian...
"Semua aman, kan? Ganti..."
Suara kecil nan lembut itu menarik perhatiannya. Matanya langsung mengarah ke atas dan tepat saat mata birunya bertemu dengan mata si rambut pirang, Dhan berseru dengan sangat keras di dalam sana.
"Mate!"
"Mate!"
"MY MATE!!!"
Seruan itu menyadarkan Alcan bahwa penantiannya selama 30 tahun telah terbayarkan. Di atas sana... Berdiri dengan dress merah maroon dan rambut pirangnya menatap balik pada Alcan dengan tatapan polos kebingungan. Wanita itu yang akan mendampingi ia disisa hidupnya.
"Klaim dia Alcan! Jadikan ia milik kita! Bawa dia ke pack sekarang juga!" Dhan memerintahnya dengan tidak sabar.
Tapi Alcan mengabaikannya, ia sadar bahwa saat ini dirinya menjadi pusat perhatian semua orang, setidaknya ia harus menyelesaikan apa yang sebelumnya ia kerjakan. Seolah tak terjadi apapun, ia memutuskan tatapannya pada wanita itu lalu melanjutkan pidato dan mengakhirinya dengan singkat.
Suara gemuruh tepuk tangan terdengar memenuhi aula, namun ia tak ingin menunggu lebih lama lagi. Sudah cukup 30 tahun ini ia menunggu, Dhan di dalam sana juga terus mendesaknya. Ia segera turun dari atas panggung, berjalan tegap dan cepat menuju tangga yang menghubungkan ke lantai atas sayap kanan aula, mengabaikan seluruh sapaan orang-orang yang ingin mengucapkan selamat padanya.
Alcan terus berjalan naik, aroma memikat itu semakin terasa memenuhi indra penciumannya. Dia akhirnya berdiri tepat di belakang wanita itu, sudut bibirnya terangkat saat mendengar gerutuan wanitanya. Wanita berambut pirang itu berbalik dan langsung memekik kencang, handy talkie yang sedari ia pegang ikut terjatuh menimbulkan suara sedikit gaduh, kini mereka berdua menjadi pusat perhatian.
Detik berikutnya tangan kekar Alcan meraih pinggang wanita itu kemudian membawanya ke dalam dekapannya. Ia dan Dhan menyukai apa yang ia lakukan, tak peduli dengan seruan terkejut para tamu undangan. Seiring dengan makin menegangnya tubuh wanita itu, dekapan Alcan makin mengerat, ia bahkan dengan berani menyusupkan wajahnya dilekukan leher jenjang wanita yang belum ia ketahui namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of The OffSpring
WerewolfAku terjebak, tak ada jalan lain untuk mundur dan aku tak akan pernah bebas dari ikatan takdir yang telah tertulis dalam catatan hidupku. Aku penggemar kisah fantasi, tapi tak pernah menyangka bahwa kisah itu akan terasa nyata saat ini. Saat ia berg...