Embun pagi terisak-isak menahan kantuk pagi yang mulai menguarkan aroma sejuk tetesan dari daun yang berada di atas, Tuk! jatuhlah tergelincir pada daun yang siap menerimanya apa adanya tepat di bawahnya. Gemuruh sepeda motor mulai terdengar dari rumah warna telur asin. Tanda si pemilik rumah akan keluar bekerja. Hari ini adalah hari kamis. Kamis manis pada benak seorang perempuan yang kini merebahkan diri untuk sementara saja. Ia sedang mengambil cuti, iya cuti kuliah selama satu semester.
Harumi Kinanti Lestari, bisa dipanggil Kinan, tapi paling sebenarnya panggilan dari orang tuanya Nana!
Nanan--ti!
Perempuan berumur 21 tahun itu tersenyum rekah menjalani pagi ini. Setelah 6 bulan berlalu, kini kehidupan Kinan berangsur membaik. Wajahnya tak lusuh lagi karena goresan tipis manis tersiar dari senyum dan sorot matanya mulai menajam. Kesehariannya disibukkan dengan membaca, tidur, makan, dan hal-hal yang cukup membosankan sebagai rutinitas kesehariannya. Ia melewatkan rutinitasnya di rumah yang luasnya sekitar seperempat hektar. Kinan masih sama seperti yang dulu, gadis biasa nan sederhana, tak ingin banyak pujian apalagi cacian, tidak, mending tutup telinga; batinnya. Dum! Dum! Si perusuh kecil sekarang berubah menjadi putri malu.
Kejadian pada Hall Kampus itu tak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Kalau boleh menengok ke belakang pada kamis ini adalah sanksi baginya.
Kamis adalah hari lahir lelaki yang diidamkannya di kampus. Sangking terhipnotisnya dia. sampai-sampai jadi lupa diri, tapi bukan Kinan namanya kalau ia gampang tergoda. sebenarnya kejadiannya tak murahan seperti yang dibayangkan oleh teman-teman kampusnya.
Dari mata teman-temannya Kinan termasuk perempuan yang patut diperhitungkan karena wajah orientalnya melekat manis semanis sikapnya. Kinan terkenal sebagai gadis yang ramah tapi juga garang. Garang kalau berdekatan dengan laki-laki. Hmm... Dia sangat menjaga jarak dengan lawan jenisnya. Satu, karena dia sudah punya kekasih idaman. Dua, dia punya pengagum rahasia. Dan komplitnya, ketiga dia sedang mendambakan laki-laki di kampusnya.
Bukan maksudnya ia menghianati kekasihnya, tapi sayang waktu itu hubungannya memang tak sedang baik-baik. Begitu juga dengan kisah kedua dan ketiganya, begini ceritanya...
Diawali dengan kisah pertamanya,
Kinan sungguh susah dan sulit jatuh cinta, tapi mengapa dengan cepatnya seperti disambar geledek Oka menjatuhkan perasaan Kinan? Entahlah, mungkin Tuhan merestuinya pada bulan Mei. Mereka kompak dan bisa dibilang sangat klop dan top.
Pada tahun pertama, kedua, dan ketiga semua terasa nano-nano. Asam-manis rasanya membina hubungan yang belum jelas tujuannya. Ya! Dijalani cuma itu prinsipnya.
Perasaan Kinan tak bisa dipungkiri lagi dengan kisah yang kedua.
Suara-suara yang merdu itu selalu melekat di benaknya, seperti teman tapi tak pernah bermain bersama, hanya menganggap karena beda dua tahun dengannya. Sebut saja panggilannya Mas Iil. Sebelum bersama Oka, Kinan sudah paham dengan yang namanya Iil. Si belut katanya, bukan teman juga bukan saudara, tapi tetangga sebelah di rumah pertama Kinan. Dia yang terlalu menggemaskan, tapi Dum! Dum! sama-sama malu-malu ketika bertemu. Kini profesinya sebagai abdi negara, Peneliti.
Profesi yang paling diidamkan Kinan! Dum--