Bagian 1

19 0 0
                                    

Mukhlis.. itulah nama diriku, aku sekolah di SMPN 147 Jakarta. Satu tahun sekolah disana tak ada yang berarti bagiku. Semua berjalan seperti biasa, seperti halnya orang-orang yang bersekolah.

Cerita ini bermula saat aku kelas 2 SMP. Aku sangat rajin beribadah solat zuhur sejak kelas satu SMP, karena aku sekolah dari jam 07.00 - 14.00. Hal ini yang membuat aku solat zuhur harus di sekolah, karena aku selalu solat pada awal waktu. Di sekolahku ada 2x istirahat. Jam 9.30 dan 11.45. Saat istirahat pertama aku kebanyakan menghabiskan waktu diperpustakaan.

Dihari itu, saat aku ada di perpustakaan seorang gadis manis menghampiriku. Dia sangat cantik dengan rambutnya yang lurus panjang sepinggang namun badan tak begitu tinggi. Senyumannya yang mengarahku, membuat ku terpesona dibuatnya.

"Hai Muklis, bolehkah aku duduk disebelahmu."


"Dengan perasaan kaget, takut, aku menjawab dengan sedikit tegang 'Boleh'. Kok kamu tahu namaku?"


"Iya, aku sudah memperhatikanmu sejak kelas satu kemarin, nama aku 'Sinta', bolehkan aku menjadi teman baik kamu".

Sejak hari itu Sinta dan aku sering terlihat berdua saat di perpustakaan dan bahkan kantin sekolahan. Sinta merupakan anak satu-satunya dari pengusaha terkenal di Cibubur, dia rela menjemput aku di depan rumahku. Berhubung rumahku berada tepat di depan jalan raya. di dalam mobil aku bercada, tertawa dengannya.

Bersamanya aku bagaikan mimpi, kenapa dia mau dengan ku, padahal tampangku biasa saja. banyak teman-temanku juga berkata seperti itu.


Suatu hari Sinta mengajakku mampir ke taman bunga dulu saat pulang sekolah. sambil bergandengan tangan kita berbicara tentang masa depan, kita bercerita sambil tiduran di atas rerumputan.


"Klis, nanti kalau seandainya kita menikah kamu mau punya anak berapa?".


"Ah, kamu. itu mah nanti saja kita pikirin. umur kita masih jauh."


"Kan se'andainya? bolehkan!"


"Iya deh boleh, bagiku cukup dua saja. sepasang. yang pertama anak laki-laki (seganteng aku) dan kedua Perempuan (pastinya secantik kamu). Sin, aku gak pernah bermimpi bisa dapat pacar secantik kamu. apa sih yang kamu pikirkan mengenai diriku?"


"Gak tau Klis, awal aku lihat kamu.. ada yang beda aja. Kamu rajin membaca buku diperpustakaan yang menjadikan rutinitasmu setiap hari dan kamu juga rajin beribadah."


"Tapi apakah mungkin suatu saat nanti kita akan bersatu Sin?"


"Kamu harus mengajariku tentang agama kamu, ajariku bagaimana Sholat."


"Jika harus mengajarimu agamaku aku pasti bisa, tetapi bagaimana pendapat keluargamu nanti, kamu anak satu-satunya dikeluarga mereka. Bagiku mustahil mereka mau menerimanya"


Seiring waktu Sinta banyak bertanya kepadaku mengenai islam, dia bertanya sangat antusias. Hari itu kita mampir ke mall, kita tidak berbelanja tapi hanya makan saja. Dia selalu terlihat ceria, kapanpun dan dimanapun, dia sangat energik.


Saat perpisahan sekolah datang, kami lulus dengan nilai yang sangat baik. namun ada yang membuat hati kami kecewa, karena kami tidak diterima disekolah SMA yang sama. dia ke arah bogor sedangkan saya di Jakarta.


Sejak saat itu kita jarang berjumpa, semua karena arah sekolah yang berbeda dan juga aktifitas yang sibuk antara kami berdua.


Hari itu hari Jum'at malam, dia menelpon ke rumahku, dia mau kita ketemuan dengan membawa kado besok pagi, maksudnya tukeran kado gitu kali ya. Kita janjian di jalan depan rumahku. Pagi itu Sinta tak banyak bicara..


"Klis kita sekarang sudah tidak bisa sering ketemu seperti dulu, kerena jarak dan lokasi sekolahan kita yang saling berjauhan dan tidak searah." Klis boleh tidak kamu sering main ke rumahku. terkadang aku kangen sama kamu".


"Sin, bagaimana kalo kita akhiri saja hubungan kita ini, aku tidak mau menyakiti hati kamu, semakin lama aku semakin sayang kepadamu, Sulit rasanya menghapuskan gambaran dirimu dipelupuk mataku ini." Aku rasa semakin cepat kita akhiri, walau sulit.. walau sakit.. tapi mungkin aku bisa."


"Kenapa harus seperti ini"


"Kita beda agama, beda kasta, kamu cantik, kamu baik, kamu anak satu-satunya yang selalu disayang dan dicukupkan dikeluargamu, tapi sebaliknya aku.. apa aku bisa membahagiakan kamu disuatu saat nanti." Ingin rasanya..

"Aku tak ingin kehilanganmu sayang.. tapi ini harus"

"Semoga kita bisa saling bahagia.. jangan kita saling putus hubungan ya.."

"Tetap jadi yang terbaik dan tercantik untukku.. Sayang.."

"Suatu saat nanti saat hari itu datang.. dan kesiapanku semakin tinggi.. aku akan hadir untukmu.."

"Tunggu aku.. semoga hatimu tetap menjadi milikku.."


"Kamu jahat Klis" (sinta berlari sambil menangis ke dalam mobilnya)


Sang supir memacu mobil dengan santai sambil menenangkan Sinta, sopir tahu bagaimana perasaan mereka berdua, dia banyak menasehati dan menenangkan Sinta.


Seiring waktu telpon tetap kami berdua lakukan, walau setahun kemudian kami berdua sudah tidak menelpon lagi. Rasa kangen dan keinginan bertemu harus aku tepis karena banyaknya perbedaan yang tak mungkin disatukan suatu saat nanti. Aku selalu menyimpan dan melihat kenangan terakhir yang Sinta berikan kepadaku, dengan melihat benda itu, aku selalu terbanyang saat-saat kita bersama dulu. Walau begitu aku harus tetap ceria menjalani hari-hari ku dengan teman-teman baruku di SMA.


Saat kuliah aku tidak memperhatikan pola makanku, sakit maag yang dideritaku semakin menjadi. di semester 6, kesehatanku menurun, aku harus dirawat di rumah sakit dalam waktu lama. aku banyak teringat dengan teman-teman baikku, terlebih lagi Sinta. Seminggu aku dirawat dirumah sakit dan aku tidak bisa bertahan lagi.. aku harus meninggalkan kenangan ku di dunia ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 29, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CINTA ABGWhere stories live. Discover now