29

938 108 2
                                    

Jennie POV

"Jen, baru saja aku melihat Ella berlari kekamarnya sambil menangis. Sebenarnya ada apa?", tanya Jisoo saat Hanbin sudah pergi.

Eo, Hanbin harus segera pergi ke kantor untuk meeting.

"Mwo? Menangis?", tanyaku bingung.

"Eo, kupikir sedari tadi dia bersamamu dan Hanbin diruang tamu.", kata Jisoo.

"Aniya. Aku tadi pergi sebentar ke taman belakang rumah untuk bicara berdua dengan Hanbin.", kataku.

"Apa mungkin, Ella mendengar pembicaraan kalian?", tanya Jisoo.

"Tak mungkin, Soo-ya. Aku yakin Ella tak mengikuti kami tadi.", kataku.

"Lalu, mengapa dia menangis?", tanya Jisoo.

"Entahlah, aku akan menanyakannya nanti.", kataku.

"Hem, matamu juga semakin membengkak. Apa kau kau baru saja menangis lagi?", tanya Jisoo.

"Eo. Hanbin bilang, sekitar seminggu lagi dia akan menikah. ", kataku lalu tersenyum paksa.

"Dan kau menangis karena itu?", tanya jisoo.

"Hem.", dehemku.

"Itu artinya kau menyesal menolaknya? Bahkan lebih dari sekali.", kata Jisoo.

"Aniya. Tadi itu adalah air mata bahagia. Aku ikut bahagia atas kabar baik dari temanku.", kataku.

"Kau bodoh! Hanbin juga bodoh!", kata Jisoo kesal.

"Mwo?", aku tak terima dikatai bodoh, karena aku tak bodoh.

"Wae? Kau tak terima? Kau memang bodoh, Jen. Kau tak mengerti perasaanmu sendiri. Sebenarnya kau mencintainya kan? Kenapa kau tak mencegahnya untuk menikahi wanita lain? Hanbin juga bodoh! Sudah jelas dia mencintaimu, mengapa dia memilih menikahi wanita lain? Mengapa dia semudah itu menyerah padamu? Cih, kalian berdua bodoh!", kata Jisoo kesal.

Aku tau, Jisoo ingin yang terbaik untukku, Hanbin dan Ella. Tapi, rasanya sulit untuk aku menerima Hanbin sebagai pasangan hidupku.

"Mianhae, Soo-ya.", kataku lirih.

"Untuk apa? Jika kau ingin minta maaf, minta maaflah pada Ella. Dialah yang sangat kecewa atas keputusan kalian berdua.", kata Jisoo.

Jennie POV End

5 Hari Kemudian

Yeri POV

"Rumah didepan itu adalah rumah yang ditempati Kim Jennie, anaknya serta sahabat Jennie.", kata orang suruhanku.

"Rumah itu atas nama siapa?", tanyaku.

"Atas nama Kim Hanbin, nona.", kata orang suruhanku.

"Cih.", decihku karena kesal.

Bisa - bisanya Hanbin mau membeli rumah sebesar itu untuk jalang sepertinya.

"Apa nona jadi menemui Kim Jennie?", tanya orang suruhanku.

"Tentu saja. Kau pikir, aku menyuruhmu mengantarkanku kesini untuk apa?", tanyaku.

"Ne, nona. Jeosonghaeyo.", kata orang suruhanku.

Lalu, dia kembali menjalankan mobil untuk pergi kerumah jalang itu.

Saat sudah sampai, aku langsung turun dari mobil.

Aku memencet bel beberapa kali sampai seorang wanita keluar dari rumah itu.

"Nuguseyo?", tanya wanita itu.

"Apakah kau yang bernama jennie?",tanyaku.

"Jeosonghaeyo, namaku Jisoo. Aku adalah sahabat Jennie.", katanya.

"Ah, kau bukan jalang itu?", tanyaku.

"Ne? Apa maksudmu? Sebenarnya kau siapa? Siapa yang kau maksud jalang?", tanyanya bertubi - tubi.

"Dasar bodoh! Siapa yang kumaksud jalang? Siapa lagi kalau bukan sahabatmu itu? Dia sengaja kan menjual dirinya pada calon suamiku agar dia mendapatkan apa yang dia inginkan? Termasuk rumah ini.", kataku.

"Yak! Tolong jaga ucapanmu. Jennie tak seperti itu. Lagi pula rumah ini bukan untuk Jennie, melainkan untuk anak dari calon suamimu itu.", katanya.

"Eo, geurae? Yah, mungkin jalang itu menghasut calon suamiku dengan alasan anaknya. Padahal itu keinginannya sendiri. Dasar licik!", kataku.

"Kau tak tau apapun tentang Jennie. Jadi, tutup mulutmu dan pergilah sekarang!", perintahnya.

"Lagi pula, kau lah yang cocok dipanggil jalang. Bukankah kau tau bahwa Ganbin sudah memiliki anak dan dia mencintai Jennie, mengapa kau tetap ingin menikah dengannya? Bukankah itu namanya merusak kebahagiaan sebuah keluarga?", lanjutnya.

"Memangnya kau siapa? Kau itu hanya menumpang dirumah calon suamiku. Kau dan jalang serta anaknya itu hanya menumpang dirumah Hanbin. Jadi, jangan macam - macam padaku atau kalian akan diusir dari rumah ini oleh calon suamiku.", kataku.

"Dan dengarkan aku baik - baik, Hanbin dan jalang itu tak memiliki ikatan apapun walau mereka memang sudah memiliki anak. Jadi, itu bukan masalah jika aku dan Hanbin menikah. Aku mencintai Hanbin, maka dari itu aku tetap menerimanya walau dia sudah memiliki anak. Setidaknya, anaknya itu tak akan tinggal bersama kami nantinya.", lanjutku.

"Aku tak peduli. Lebih baik, kau pergi dari rumah ini sekarang juga.", usirnya.

"Cih, dasar tak tau diri. Masih untung Hanbin memperbolehkan kalian menumpang dirumahnya, tapi apa ini? Kau berani mengusir calon istrinya?", tanyaku.

Tapi, dia hanya diam.

"Sebenarnya aku tak ingin bicara denganmu, aku ingin bicara dengan jalang itu. Dimana dia?", tanyaku lagi.

"Sekali lagi kutegaskan, bahwa Jennie bukan seorang jalang! Kuharap kau bisa mendengarkan dan mengingat ucapanku itu. Jennie sedang pergi. Jika ada pesan, sampaikan saja padaku. Aku akan menyampaikannya pada Jennie nanti.", kata Jisoo.

"Cih, baiklah. Bilang pada jalang itu, kalau 2 hari lagi aku dan Hanbin akan menikah. Kami akan menikah (outdoor) di Pantai Eurwangni. Jadi, kuperingatkan untuk tak mengacaukan pernikahan kami.", peringatku.

"Ais, jadi hanya itu? Tanpa kau berpesan seperti itu, sudah pasti Jennie tak akan datang untuk mengacaukan pernikahan kalian. Jadi, kau tenang saja.", katanya.

"Bagus. Kalau begitu, aku pergi.", kataku.

"Pergilah, bukankah aku sudah menyuruhmu pergi sedari tadi?", tanyanya.

"Yak! Sialan kau!", kataku, lalu masuk kemobil untuk pulang.

Yeri POV End
.
.
Tbc.

Gimana part 29nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

We Miss You Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang