23. Pesan Misterius

1.1K 38 7
                                    

"Ken! Ken! Lo liat, deh! Nih, liat!" Heboh Aldy yang tiba-tiba duduk di sebelah Kenzo sambil mengguncang bahunya.

Kenzo yang tengah iseng memetik satu persatu senar gitar mendongak melihat ke arah Aldy. "Apaan?"

"Nih, liat! Pacar gue update status." Celoteh Aldy sambil menunjuk-nunjuk layar ponselnya.

"Hah? Pacar?" Tanya Kenzo mengerutkan kening.

"Iya. Selena Gomez." Sahut Aldy sembari mengetikkan sesuatu pada ponselnya.

"Kampret! Gue kira lo punya pacar beneran." Celetuk Randy menempeleng kepala Aldy dengan telunjuknya.

"Halu terusss. Dasar jomblo!" Timpal Vano yang dari tadi hanya menyimak.

Ketiganya yang mendengar itu langsung menolehkan kepalanya masing-masing kepada Vano dengan tatapan tajam. Yang ditatap hanya bersiul-siul tak jelas pura-pura tidak tahu.

"Gue yang jomblo merasa tersungging," ucap Kenzo.

"Tau, nih! Mentang-mentang udah punya pacar, seenaknya hina jomblo." Sewot Aldy tak terima.

"Liat aja nanti gue bakal punya pacar bule. Awas lo iri!" sahut Randy.

"Dih! Sok-sokan mau punya pacar bule, dapetin hatinya si Intan aja gak bisa." Sindir Vano nyelekit.

"Aduh! Tertusuk sampe empedu." Celetuk Kenzo sambil meringis.

"Dalem banget, ye." Ucap Aldy sambil menepuk-nepuk dadanya dramatis.

"Gini, ya, Bapak Vano yang terhormat." Ucap Randy menghampiri Vano dan duduk di ujung kursi. "Gue, tuh, bukannya gak bisa dapetin hatinya Intan. Cuma, ya, lo tau sendiri dia ikut paskibra. Dan anak-anak paskibra dilarang pacaran."

"Alasan lo aja kali," ucap Vano.

"Enggak, anjir! Emang bener!" Sembur Aldy tak santai.

"Aduh! Hujan lokal." Kata Vano mengelap pipinya.

Kenzo dan Aldy yang melihat itu hanya tertawa cekikikan. Randy dengan tak tahu dirinya pindah tempat duduk yang tadinya di pinggir menjadi di tengah-tengah Vano dan Kenzo, membuat Vano mau tak mau menggeser duduknya di posisi Randy tadi sambil mendumel.

Randy yang tak peduli dengan ocehan Vano menyenggol lengan Kenzo sambil mengarahkan dagunya ke serong kiri. Dari arah sana terlihat Sisca yang baru saja keluar dari ruang bimbingan konseling berjalan ke arah mereka. Lebih tepatnya menuju tangga yang letaknya tak jauh dari mereka duduk.

"Hai, Sayang." Sapa Kenzo dengan alis yang terangkat.

Sisca yang mendengar itu mendelik jijik dan mengangkat bahunya acuh. Ketika hampir saja melewati mereka, Kenzo dengan sengaja menghalangi langkahnya dengan mengacungkan gitar.

"Apaan, sih?" cetus Sisca.

"Galak amat mbaknya," jawab Kenzo.

Baru saja ingin melangkah, Kenzo sudah keburu menarik lengan baju Sisca. Membuat Sisca sedikit terhuyung ke belakang.

"Please, deh, ya. Gue lagi gak mau ribut sama lo. Masih pagi, jangan bikin gue kesel." Cerca Sisca sambil menggerakkan lengannya agar tangan Kenzo terlepas.

"Santai, santai. Jangan ngegas." Ucap Kenzo dengan kekehan di ujung kalimat. "Btw, lo ngapain dari ruang BK? Abis ribut ya lo?" Tuduh Kenzo sambil menunjuk wajah Sisca.

"Apa, sih?! Sok tau banget." Elak Sisca sambil menepis telunjuk Kenzo.

"Ya terus ngapain?"

"Kepo amat biawak." Sembur Sisca kemudian berlalu begitu saja.

The Real of Ice Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang