Pandangan pertama

1.5K 85 0
                                    

Aku telah melihat saat jiwaku akhirnya di tiupkan. Namun yang aku lihat hanyalah dinding - dinging kokoh yang hangat. Menyelimutiku dengan erat. Di saat aku dibisiki, 'inilah saatnya' aku di dorong untuk lekas pergi dari tempat ini. Saat aku merasakan udara ini untuk pertama kalinya, aku terkejut. Aku tak kuasa menahan jeritanku dan air mataku.

Aku ketakutan. Aku takut aku pergi ke tempat yang salah. Lalu sebuah lengan lembut mendekapku. Aku mendengar jantungnya dan jantungku berdetak dalam waktu yang sama. Aku ingin melihatnya, siapa dia yang memiliki dentuman jantung yang terhubung denganku? Namun mataku tak kuasa.

Lalu setelah berkali-kali merasakan tangan-tangan dan dekapan yang berbeda, akhirnya aku menemukan dekapan yang ku inginkan. Rasanya nyaman, detak jantungnya lembut dan kulitnya hangat. Sapuan jarinya pada pipiku memperlengkap segalanya. Siapa dia? Aku ingin melihatnya. Aku ingin tahu dia.. aku berusaha membuka kelopak mataku, dan aku kembali tak berdaya.

Setelah menunggu sekian lama, sang waktu akhirnya mengizinkanku. Memberi kekuatan pada kedua mataku untuk melihat dunia ini. Hal pertama yang ku cari adalah dirimu. Aku mengenali dua sosok indah lain di sebelahmu, namun engkau yang menarik perhatianku. Kau mengulurkan jarimu padaku, mengajakku untuk mengikat takdir denganmu. Dan aku menyambutnya tanpa ragu.

Aku ingin berada di dekatmu. Itu yang selalu di katakan hatiku. Aku sering melihatmu yang jauh dariku, sementara aku hanya mampu berbaring putus asa. Cepat waktu berjalan, keinginanku semakin membuncah. Ini tak tertahankan. Aku ingin berlari padamu, aku ingin berada di dekapanmu lagi dan musim panas berikutnya aku akhirnya sampai padamu.

Aku begitu lelah. Rasa sakit ketika tangan, lutut dan tubuhku menghantam bumi ini sangat mengejutkanku. Aku tak berdaya selain menjerit, dan kau datang membantuku. Aku ingin dirimu! Aku mau kamu! Dan semua usahaku lunas ketika kakiku membawaku padamu. Dekapan di lenganmu yang mungil itu menyambutku, menyembuhkan luka fisikku. Lalu sapuanmu pada kepalaku, senyum hangat di bibir dan matamu, kau berkata kau bangga padaku. Disitulah luka hatiku yang putus asa karena tubuhku yang lemah, sembuh.

Secepat itu.

Seajaib itu.

Aku semakin ingin bersamamu. Aku semakin ingin berjalan bersamamu. Kau berkata ini adalah awal bagi kita berdua.

Perfect Wounds [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang