Udara panas yang mengelilingi ruang tengah membuat Gun merasa kegerahan, ia bisa merasakan tatapan intense dari ibunya dan ayah tirinya yang menatap ke arahnya dan juga ke arah Off, Gun bahkan tidak berani menaikan kepalanya.
Ayahnya seharusnya pulang dua hari lagi, ia seharusnya masih berada di rumah sakit dan karenanya Gun berani melakukan hal terlarang itu. Ia sama sekali tidak menyangka ayahnya akan kembali pagi ini.
Ia bukan hanya malu tapi juga perasaannya kacau balau karena ia tidak tahu harus menjelaskan apa pada ibunya. Ia sudah menyakiti ibunya dan mematahkan janjinya kepada ayahnya untuk membuat ibunya selalu tersenyum.
Off merasakan ketakutan Gun dari tangannya yang bergetar, ia kemudian memberanikan dirinya untuk menggerakan tangannya dan menggenggam tangan Gun namun pria kecil itu menarik tangannya dan menggelengkan kepalanya.
Off menghembuskan nafasnya dan menatap orang tuanya, "Uh, pa...Of---"
"Diam, ini bukan waktunya kamu yang bicara. Tapi papa, dan mama." Ucap ayahnya, Off pun berakhir menutup mulutnya.
"Off, apa kamu mencintai Gun?" Ibunya Gun bertanya, dan Gun memejamkan matanya. Ia merapatkan bibirnya, berulang kali mengucap dalam hatinya agar Off tidak memberitahu mereka.
Off melirik ke samping kirinya, Gun sama sekali tidak berniat untuk menatapnya, seolah-olah karpet bulu di ruang tengah mereka lebih menarik ketimbang wajahnya.
Ya, dia mencintai Gun.
Tampaknya cinta menyerangnya begitu keras, itu adalah emosi yang tak terhindarkan, lebih erotis dan manis dan membingungkan daripada opium mentah. Lebih meresap daripada oksigen dari udara. Dia sangat lelah mencoba melawannya.
Da selama menghabiskan waktu berpikir di London, perasaannya semakin jelas.Ia tidak akan pernah bisa memprediksi apa yang akan terjadi. Yang bisa ia lakukan saat hanyalah mencintai Gun.
Setelah menatap Gun begitu lama, ia pun menjawab ayahnya.
"Benar, aku mencintai Gun," akunya, menatap ibu tirinya. "Aku menyukai setiap bagian darinya, setiap pikiran dan kata yang keluar dari mulutnya, seluruh ikatan yang kompleks dan menarik darinya. Aku menyukai kepribadian anehnya yang seperti musim; beberapa menit ia marah tapi detik setelahnya ia akan tersenyum dan bahkan menangis. Aku menyukai dirinya apa adanya, aku terkadang memikirkan ia akan menjadi lebih cantik sepuluh tahun mendatang. Aku mencintainya karena ia adalah jawaban untuk setiap pertanyaan yang diajukan oleh hatiku."
"Dan itu berat, berada di dekatnya tapi tidak bisa bersamanya." Off melanjutkan, ia kemudian memandang ayahnya dengan tatapan penuh penyesalan.
Ayahnya membuka kacamata yang bertengger di batang hidungnya, meletakannya di atas meja.
"Papa sudah membuat keputusan." Ucap ayahnya Off, ia melirik kepada anaknya. "Papa akan menghapus namamu dari kartu keluarga dan memindahkannya ke kartu keluarga mamamu."
Mata Off terbelalak terbuka, ia berdiri dan memandang ayahnya, "Pa, papa sungguh ingin mengusir aku lagi ke London?"
"Duduk," perintah ayahnya, ia mendengus kecil dan menuruti ayahnya. Tangannya terlipat dan bergerak tidak tenang, "Papa tidak mengatakan akan mengusirmu ke London."
"Lalu maksud perkataan papa apa?"
"Dengar, Off. Jika kamu mencintai Gun dan ingin memiliki hubungan yang serius dengannya, kamu tidak bisa berada dalam satu kartu keluarga yang sama dengan papa. Tapi kamu bisa jika namamu dipindahkan ke kartu keluarga mamamu." Ayahnya Off menjelaskan.
"Kami sudah mengetahui hubungan kalian sejak lama." Ibunya Gun menambahkan.
"Mama sudah tahu?!" Gun yang sedari tadi menunduk pun akhirnya menaikan kepalanya, ia menatap ibunya dengan tatapan tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Step Brother
Фанфик[COMPLETED] Apa jadinya jika pria yang meniduri Gun di malam ulang tahunnya adalah calon kakak tirinya? Dan bagaimana jadinya jika mereka harus tinggal satu atap dan bertingkah seperti seorang kakak beradik saat jelas-jelas ada sexual tension yang b...