Setelah kejadian tadi, aku, Clara, dan Heri memutuskan untuk pergi masuk ke dalam hutan meninggalkan jurug untuk mencari Caca dan yang lain. Beruntung, senterku tidak mati serta baterai ponselku masih hidup meski tidak ada satu pun sinyal yang mau mampir.
Kami berjalan berdampingan dengan aku yang memimpin mencari jalan.
"Sial!! Malam tetap saja tak pernah pergi, mengapa?" ,desis Heri dengan kesal.
"Udah Her, kita berdoa dulu semoga kita baik-baik saja" ucap Clara kemudian terdiam dan memilih melanjutkan perjalanannya.
Grrr!!
Grrrr..
Aku berhenti seketika, sehingga Clara tak sengaja menubruk tubuhku.
"Kenapa?" ,tanyanya sedikit keras.
Aku berbalik sambil mendekatkan telunjukku di bibir. "Sssst.. gue dengar sesuatu" ucapku menoleh pada mereka berdua.
Heri tak mau kalah, ia menggandeng pergelangan tangan Clara. "Aku juga. Kurasa itu yang kutemui tadi" bisiknya.
Aku tak tau harus kemana, tubuhku terasa berat untuk melangkahkan kaki. Dan..
GRAAA...!!
Dia muncul dengan lorengnya, taring tajam yang hampir menyentuh tanah, serta tubuh mirip dengan manusia. Berjalan merangkak perlahan di depan kami.
"Aaaaaaaaa...!!" ,kami bertiga berteriak bersamaan.
Entah gaya reflek karena apa, aku menarik tangan Clara berlari menembus semak meninggalkan Heri yang berlari entah kemana. Iya, kami terpisah.
Aku berlari tak tau arah, menembus semak belukar, ranting pohon. Hingga seberapa banyak goresan luka yang tertoreh di wajah dan tubuhku.
"Graaaa!!" Suara itu semakin dekat. Bahkan aku semakin jelas mendengar langkah kakinya yang mengejar kami.
Duk..duk..duk..
Monster sialan!! Batinku sambil meraih rantingqq
Sungguh aku merasa takut, bahkan kakiku semakin berat untuk berlari terus. Kuputuskan berbelok kiri, menarik lengan Clara.
"Kak.. sung..guh aku.. ga kuat lari la..gi" ucap Clara membuatku emosi.
Iya. Tak seharusnya kita mati semengenaskan ini. Dimakan siluman itu hidup-hidup karena menyerah tanpa perlawanan.
"Lo ingin matiii!!" Teriakku kesal. Dengan emosi kutarik lengan Clara dengan langkah kaki yang semakin kupercepat.
"Sakit kaaak..!!" ,teriaknya.
Aku tak perduli dengan rengekan Clara. Namun ia seperti tak ingin aku menolongnya, sehingga karena sedikit penolakan darinya, aku tak tau jika di sebelah kananku adalah jurang.
Sreeekk..!!
"AAAAAA..!!!"
Aku tergelincir sambil mendekap Clara. Berguling-guling di jurang yang terjal dan tercebur di sungai. Aku hanyut dengan berbagai luka. Kepala, hidung, dan tanganku berdarah. Bahkan saking parahnya lukaku, aku tak bisa bergerak untuk menepi. Dan aku hanya bisa telentang dengan kepalaku sedikit kuangkat, agar bisa bernapas. Namun, tak kusadari kesadaranku hilang.
.
Suara air. Iya, kurasa. Suara gemericik air yang begitu deras. Ah.. kenapa aku lupa dengan keberadaan Clara? Dimana dia?
Sial. Tubuhku lemah. Aku baru tahu jika tadi aku terperosok hingga tercebur ke sungai.
Aku semakin mendengar jelas suara gemericik air yang deras. Apa itu air terjun? Bagaimana bisa aku berjalan menaiki gunung jika tadi saja mengelilingi hutan dengan keadaan datar. Maksudku, hutan ini tadinya datar. Lalu jika datar, aku terguling di tebing mana?
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR JINGGA
Teen Fiction[Book2] [SEQUEL FAMOUS] [PROSES REVISI] (Ini hanyalah kumpulan petualangan Rio, Sam, dan juga Clara yang menumpaskan teror) Teror kemarin bukanlah akhir kebahagiaan kami, sekali lagi bukan. Cerita kami berlanjut ketika satu per satu teror bermuncula...