Hari begitu cerah, seperti biasa langit biru menyapa suasana musim gugur kota busan dengan angin yang bertiup begitu pelan. Seorang gadis melajukan sepeda birunya dengan sangat bahagia, membuat daun - daun yang berada di aspal berterbangan kembali
"WOOOOOOAAHHHH," teriak gadis itu penuh kebahagiaan.
Rambutnya yang tidak diikat melambai lambai tertiup angin yang begitu segar, senyumnya merekah sangat lebar, selebar bunga sakura yang bermekaran di musim semi. Dia Kana, Jung Kana. Gadis berusia 18 tahun yang sedang menjalani masa remajanya dengan penuh tantangan. Kebahagiaan, kesedihan, kesempurnaan, kecacatan selalu menghantuinya selama masa remaja ini. Kana memiliki paras yang sangat cantik, lesung pipitnya yang tampak sempurna di pipinya bagaikan perhiasaan yang tak ternilai harganya. Senyumannya begitu manis, semanis nektar tulip.
"Annyeong Kana," sapa seorang pria yang kini mengayuh sepedenya di samping Kana.
"Minhee-ya," senyuman Kana melebar dibalas dengan senyuman hangat Minhee.
Minhee, Kang Minhee, pemuda tampan dengan senyuman yang hangatnya melebihi pancaran sinar rembulan. Freckles yang menghiasi pipinya menyempurnakan kenyataan bahwa dia memiliki wajah dengan ketampanan yang tidak biasa. Bahunya lebar, meski tidak selebar bahu orang - orang sana yang sering pergi ke pusat kebugaran. Minhee memiliki kepribadian yang begitu hangat, begitu perhatian terutama kepada orang yang berada di sampingnya saat ini, Jung Kana, sahabatnya.
Kana dan Minhee menjalin persahabatan mereka lebih dari 5 tahun, pertemuan secara tidak disengaja membuat mereka begitu dekat, berbagi keluh, kesah, hingga kasih. Bertukar pikiran tentang beratnya kehidupan, saling mendukung, dan saling menyayangi. Pertemuan di tahun pertama SMP yang begitu tiba - tiba, meneduh di depan toko roti selepas pulang sekolah, Minhee yang jatuh pingsan secara mendadak membuat Kana panik dan segera membawanya ke rumah sakit. Pertemuan yang membawa mereka menjadi sahabat sehidup semati, janji tak berbentuk yang selalu terpancar dari senyum mereka.
"Good morning Kana," sapa Minhee sambil terkekeh."Apaansi," sungut Kana, tawa Minhee lepas. "Hihhh, bikin mood gaenak."
"Hehehe,"
Mereka turun dari sepeda dan menuntunnya, sekolah mereka sudah terlihat. Boreumdal High School. Minhee berjalan menuntun sepedanya bersama dengan Kana, tidak banyak percakapan yang dikeluarkan oleh mereka berdua. Sesekali mereka saling bertatapan dan tersenyum, seperti layaknya orang kasmaran. Minhee menarik napasnya sangat dalam dan menghembuskannya. Melihat itu Kana tersenyum dan terkekeh.
"Lu ngapain?" tanya Kana gemas.
"Molla, enak banget udaranya gua suka," Minhee memejamkan matanya.
"Dasar aneh," Kana menuntun sepedanya mendahului Minhee.
"Ehhh, kok ngebut," Kana berbalik dan memeletkan lidahnya, Minhee tersenyum manis. "Ahhh padahal gua mau ngajak main arcade games nanti pulang sekolah," Kana tiba tiba menghentikan sepedanya, melihat ke belakang.
"IYAA?" tanya Kana antusias saat Minhee sudah menyusulnya, Minhee mengangguk. "ikut," jawab Kana dengan wajah imutnya yang dibuat - buat.
"Tapi..."
"Tapi apa?"
"Lu harus streaming kan hari ini, bias lu kan comeback," Minhee terkekeh melihat Kana menundukan kepalanya.
"Iya," jawab Kana lemas. Kana adalah fangirl garis keras, itu adalah hukum pasti dan tidak dapat diganggu gugat.
"Yaudah, hahahahahaha dadahh," tawa Minhee meninggalkan Kana.
YOU ARE READING
Cold Bloom [X1 FanFiction]
FanfictionSebuah perjalanan panjang bagi seorang gadis yang tumbuh di dekat seorang pria yang selalu mencintainya, mengharapkan cintanya dibalas dari seorang sahabatnya yang selama ini selalu membantunya untuk tumbuh