09 | 🥀 Usaha lagi ⚘

645 108 104
                                    

Pukul tigabelas lewat tigapuluh menit adalah jam pulang sekolah SMA Garuda. Siswa dan siswi tampak berbondong-bondong keluar kelas dan terlihat saling berdesak-desakan. Dari arah parkiran, banyak dari mereka yang mulai mengeluarkan motor dari mulai matic hingga ninja. Namun banyak pula dari mereka yang dengan sabar menunggu angkutan umum di depan gerbang SMA Garuda. Diantara mereka ada pula yang menunggu supir pribadi untuk menjemputnya, termasuk Ina dan juga Dara.

Sementara di dalam kelas sebelas IPA satu masih tampak Megan yang sedang menunggu Nata dengan raut tak sabaran. Di kelas itu hanya tersisa mereka berdua bersama tiga orang laki-laki yang tampak asyik bermain game di kursi belakang. Kata mereka sih wifi disini lumayan kuat. Biasa anak sekolah, mereka hanya memanfaatkan apa yang sudah ada juga sekalian untuk menghemat kuota.

"Udah belum dek? Lama banget sih?!" Megan berdecak menatap Nata yang tampak lelet memasukan buku-bukunya.

Mencangklong tasnya, Nata berjalan mendekat kearah Megan. "Udah nih! Tapi lo kayaknya pulang duluan aja deh. Gue ada ekskul PMR soalnya," ucapnya tak enak hati. Megan sudah lama menunggu, dia malah main meninggalkan. Sungguh jahat sekali dirimu Nathalia Anastasya.

Megan tampak lesu dengan wajah memberenggut. "Bukannya besok ekskulnya? Kan jadwalnya bareng ekskul kesenian gue," katanya menyanggah.

Menggaruk tengkuknya, Nata menampilkan cengiran tak enak. "Iya sih, cuman kata Kak Dinda hari ini kita disuruh kumpul dulu," jawabnya berusaha menjelaskan.

Tadi pada jam pelajaran terakhir, Nata menerima pesan dari Kak Dinda yang menyuruhnya agar berkumpul di aula sekolah setelah pelajaran usai. Sebenarnya Nata pun malas untuk mengikuti ekskul siang ini, tapi berhubung dia masih anak baru dan kemarin adalah hari pertamanya resmi menjadi anggota ekskul PMR, membuat Nata mau tak mau harus menunjukan sikap disiplin. Ingat! PMR itu harus tanggap dan gerak cepat.

"Ohh gitu, yaudah deh gue balik duluan, hati-hati lo." Megan mengangguk lalu menepuk pelan bahu Nata, kemudian melenggang keluar kelas.

"Iya, bye-bye!" Nata melambaikan tangannya, dibalas senyuman dan lambaian balik oleh Megan.

Melangkah santai menyusuri jalanan depan sekolah, Megan berniat  menaiki angkutan umum. Meskipun Megan termasuk orang berada, namun dia lebih suka berangkat dan pulang tanpa supir pribadi. Biaya menggaji supir itu cukup mahal, lebih baik uangnya Megan gunakan untuk shoping, kan? Masih santai-santainya menunggu Si sopir angkot datang, tiba-tiba suara deruman motor berhenti tepat di samping tubuh Megan. Spontan Megan langsung menghentikan langkah, rasa was-was melingkupi hatinya.

"Ayo naik! gue anter." Terdengar suara tak asing dari Si pemilik motor membuat Megan menoleh lalu melotot kaget. Bayu lagi? Kenapa harus dia, sih?! Batinnya tak suka.

Memalingkan wajahnya sambil berdecak pelan, Megan menyahut. "Gue mau naik angkot."

Bayu menyunggingkan senyum geli, mau sampai kapan Megan akan menunggu disini? Jelas-jelas angkutan umum tak ada yang lewat sedari tadi. "Yakin, nolak ajakan gue? Jadi lo lebih milih di ganggu tuh preman di seberang?" Ujar Bayu menunjuk kearah seberang jalan dengan dagunya.

Megan mengikuti arah pandang Bayu, tepat sekali! Komplotan preman dengan tampang lusuh terlihat berjalan kearahnya dan Bayu. Kalo gue terima, bisa kepedean nih cowok. Tapi kalo gue tolak, nyawa gue taruhannya. Oke terpaksa, batinnya pasrah.

"Yaudah!" Ketus Megan kemudian langsung menaiki ninja hitam Bayu tanpa berpikir dua kali. Dari kaca spion, Bayu melirik Megan yang tampak tak kesusahan duduk di boncengannya. Senyuman puas menghiasi bibir Bayu, kumpulan preman cukup membawa berkah untuk dirinya hari ini.

Megan berpegangan pada tas Bayu saat Si playboy mulai melajukan motornya, dia merasa sangat dejavu berada diboncengan Bayu seperti ini. Raut tak puas terlihat jelas di wajah Bayu ketika Megan tak melingkarkan tangan pada perutnya. Padahal harapan Bayu, minimal Megan akan menjadikan pundaknya sebagai pegangan. Tapi tak apa, dengan begini saja Bayu sudah cukup bersyukur. Ini merupakan kemajuan yang cukup besar dan Bayu lumayan senang.

Because I Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang