:Twenty - Nine:

59K 3K 131
                                    

Deva yakin egonya sedikit terguncang akibat perdebatan barusan dengan Adara. Amarah seolah mengumpul dibalik kepalanya yang sekarang terasa penat. Tak habis pikir ia akan beradu mulut dengan Adara karena persoalan yang tak pernah terpikirkan olehnya.

Benar. Mungkin rasa bosan akan muncul suatu saat dan hubungan yang mereka jalani hanya akan menjadi sebatas tanggung jawab karena waktu dan ikatan. Namun bukankah harusnya sepasang sejoli sama-sama tahu bagaimana cara membuat dirinya selalu jatuh cinta pada pasangannya?

Deva membelokkan mobilnya ke sebuah lahan parkir. Club. Sudah lama dia tidak ke sana dan saat ini ia membutuhkan asupan lebih dari sebotol vodka.

"Kenapa keadaan nggak pernah berpihak sama gue?" gumamnya ditengah riuh musik khas club malam.

Untuk saat ini cukup tequila dan vodka yang mengisi rongga-rongga penat dibenaknya. Deva biarkan malam ini ia larut dalam minuman keras tersebut.

"Siapa sih?"

Deva meraih ponsel disaku kemejanya. Terlihat nama seseorang yang selalu saja membuatnya jengkel dimana pun dan kapan pun.

"Apa?" sambar Deva.

"Cieee yang lagi minum sendirian. Butuh ditemenin nggak, bos?"

Tak perlu dijelaskan siapa orang tersebut. Deva pun tak perlu susah bertanya mengapa orang itu bisa tahu dirinya berada di sini. Dia mengelilingi sekitar dan menemukan seorang pria tengah melempar seringai jahil kepadanya.

Deva menekan tombol merah dilayar ponselnya dan kembali meletakkan di meja bar.

Satu.

Dua.

Tiga.

Jika dalam lima detik tak ada yang berubah maka malam ini akan damai. Setidaknya itu yang Deva harapkan.

Empat.

Lima.

En——

"Gue temenin aja deh. Lo pasti butuh tumpangan kasur nih nanti."

Deva berdecak dalam hati. "Kenapa sih hidup gue itu ketemunya lo lagi, lo lagi?! Heran gue."

Bukannya tersinggung, Xavier malah terkekeh.

"Mungkin karena takdir," jawab Xavier, asal.

"Jijik!"

Xavier tergelak.

"Namanya wanita mah memang begitu, bos. Susah ditebak pikirannya," cetus Xavier, tiba-tiba. Padahal Deva belum cerita apa-apa tetapi pria itu sudah mengetahui isi kepalanya.

"Kok lo bisa tahu masalah gue?"

"Ck! Yaelah, tadi ada teman gue katanya hamilin anak orang, ehhh ceweknya nggak mau dinikahin. Bingung gue! Apa sih isi otak para wanita di dunia ini?" ujar Xavier, dramatis.

Deva terkekeh. Haruskah dia mengucapkan syukur karena masalahnya tidak seberat ini? Namun semua orang punya porsi masing-masing dalam masalah yang tengah dihadapinya. Jadi tetap saja baginya berat dan tidak mudah.

"Gue beneran nggak paham dengan Adara." Deva memutuskan untuk memberi tahu Xavier.

Pria berusia 28 tahun itu mengangguk setuju. Dia pun mempersilakan Deva mengeluarkan unek-uneknya hingga tak tersisa dengan begitu tequila dan vodka sedikit terlupakan karena fokusnya terbagi dengan bercerita.

Xavier tahu seorang Deva yang sering ia elu-elukan sebagai senior terbaik sekali pun ada saatnya dimana pria itu lepas kontrol dan menggila dengan menegak minuman keras tersebut. Hangover terparah Deva adalah saat ia telah ditipu seorang klien yang menyebabkan karirnya hampir hancur dua tahun lalu, bersamaan dengan menghilangnya para manusia yang sempat mengaku sebagai temannya dan pada akhirnya hanya Xavier dan Putra yang setia menemani hingga karirnya bangkit kembali.

Because Of You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang