-Sebuah Penderitaan-

2 0 0
                                    

Dunia adalah surga bagi seseorang yang hidupnya penuh dengan kebahagiaan. Neraka, bagi orang yang hidupnya dipenuhi penderitaan.

Definisi kedua adalah makna dunia yang tepat untuk menggambarkan kehidupan Putri. Akan tetapi, sesulit apapun hidupnya, dengan tabah Putri selalu menjalaninya.

Lahir dengan nama Putri, tak lantas membuat ia merasa tersanjung, seperti halnya seorang putri. Tidak pernah sekalipun membuatnya merasa diperlakukan layaknya putri keraton. Bahkan kasih sayang dan kehormatan, jika bukan dari orang tuanya, tak pernah ia dapatkan dari siapapun.

Di hidupnya hanya ada lika-liku, itu yang ia rasa.

"Assalamu'alaikum, Pak numpang tanya, apa di sini ada lowongan kerja? barangkali Bapak butuh untuk jaga konter?" Putri bertanya dengan ramah. Menampilkan raut muka yang jauh berbeda dengan keadaan hatinya.

Sudah seminggu sejak pengumuman kelulusan di sekolahnya, ia berkeliling berbagai tempat di sekitar  daerah tempat tinggalnya, hanya demi mendapatkan pekerjaan atau setidaknya lowongan pekerjaan. Namun, keberuntungan belum berada dalam genggamannya. Hingga saat ini, ia harus menelan rasa kecewa karena usahanya tak juga mendatangkan hasil yang sesuai ekspektasi.

Semoga kali ini ia berhasil memperoleh pekerjaan, harapnya seperti itu.

"Belum ada, Neng." jawab si bapak pemilik toko aksesoris hp yang ia datangi.

Putri terdiam. Untuk ke sekian kalinya ia dipaksa untuk tetap sabar.

"Di kampung kayak kita ini jarang banget orang buka lowongan kerja. Mau cari pembeli aja susah, gimana buat bayar karyawan. Kalo emang niat mau kerja, Neng merantau aja ke kota, di kota-kota biasanya banyak lowongan kerja." saran Bapak tersebut.

Jawaban bapak tersebut menggoyahkan keyakinan Putri. Nyaris melenyapkan keoptimisannya yang tersisa.

Merantau ke kota. Bukan ia tak ingin ke sana. Tapi bagaimana ia akan pergi, sementara bekal pun ia tak punya?

"Baiklah Pak, terima kasih, kalau begitu saya permisi. Assalamualaikum.." Putri memaksakan dirinya tersenyum lalu pergi.

Kembali ia melangkah gontai. Bahunya menurun, langkahnya selambat siput. Sejak kecil ia termasuk pribadi yang lemah. Cobaan hidup yang bertubi-tubi membuatnya merasa tidak berdaya. Tapi ia tetap hidup, demi ibunya.

Ibunya tak memiliki siapapun di dunia ini selain dirinya. Bahkan saudara pun ia seperti tak punya. Tak ada kata teman ataupun saudara bagi seseorang yang hidupnya penuh kesulitan seperti hidup Putri.

💦

Tepat di ambang pintu rumahnya, Putri berhenti. Matanya menatap pada sesosok malaikat tak bersayap di depan sana. Duduk di sofa sambil sesekali menyeka pipi yang penuh air mata. Ibunya mungkin tak menyadari kehadirannya, sehingga Putri perlu sedikit membuka  suara.

"Bu.." lirihnya seraya mendekati sang ibu.

Putri bersimpuh tepat di bawah lutut sang ibunda tercinta. Ia menyandarkan kepalanya di atas pangkuan sosok yang sangat ia sayangi itu.

"Apa yang terjadi? Mengapa ibu menangis?" tanya Putri kemudian.

"Tidak, Ibu tidak apa-apa." kilah ibunya seraya langsung memasang tampang baik-baik saja ketika disadarinya anak semata wayangnya itu telah melihat air matanya.

Sambil tersenyum dan mengusap sisa-sisa air mata, Umiyah--ibu Putri-- menggelengkan kepala. Berusaha meyakinkan Putrinya itu bahwa segalanya baik-baik saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah PengorbananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang