"Ayo cepat, aku sudah tidak tahan."
Ketika pintu kamar mandi terbuka, Daniel menarik tangan Jihoon agar lebih cepat keluar, membuat yang bersangkutan tertawa renyah sambil menyempatkan diri menusuk sisi pinggang Daniel dengan tangannya yang lain.
"Aw, geli! Kalau aku tidak sengaja pipis di celana bagaimana?"
Jihoon malah semakin terbahak dan Daniel cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi, kemudian menutup pintunya dari dalam.
Jihoon melangkah hendak menjauh dari sana, tapi kemudian teringat sesuatu sehingga ia kembali lagi.
"Hyung, mau sarapan apa?" tanya pria itu.
"Aku mau yukgaejang, boleh?" Daniel menjawab dari dalam setelah terdengar sibuk sendiri dulu.
Kedua mata Jihoon membulat menatap pintu kamar mandi seolah pandangannya bisa menembus ke dalam sana, "Sepagi ini? Mau bunuh diri, ya?"
"Ya tidak usah dibuat pedas, Chef. Jahat sekali pertanyaannya. Masa baru seminggu kau sudah jadi duda?"
Jihoon tidak bisa tidak tertawa, "Baiklah, aku akan buat telur gulung juga, kalau begitu."
"Eung. Aku mau langsung mandi, jadi santai saja memasaknya ya, Suamiku. Jangan sampai terluka. Kalau kau terluka tidak akan ada gantinya."
Jihoon mendengus pelan dan mengetuk pintu kamar mandi dengan punggung tangannya, "Mandi saja, Daepyo-nim. Jangan membuatku muntah pagi-pagi."
Setelah berkata seperti itu, Jihoon bergerak menjauh dengan senyum tertahan di bibirnya.
"....jahat." hanya tersisa suara memelas Daniel yang terdengar dari dalam kamar mandi.
+++
Setelah selesai sarapan, Daniel bertugas mencuci piring sementara Jihoon membuat jus buah. Karena pantry dan wastafel ada di sisi ruangan yang sama, beberapa kali keduanya saling lirik lalu saling tersenyum tanpa mengatakan apa-apa.
Benar-benar bukan adegan yang cocok ditayangkan di depan para single.
Daniel selesai lebih dulu dan memutuskan untuk duduk di meja makan, menunggu Jihoon selesai sambil membuka ponsel.
"Hyung." baru beberapa detik membuka kunci layar, Jihoon memanggilnya dengan nada serius.
Sebagai suami siaga yang baik dan perhatian, Daniel cepat-cepat menoleh, tapi ternyata Jihoon tidak sedang melihatnya. Pria 'Kang' itu masih sibuk memasukkan potongan-potongan buah ke dalam blender dan Daniel hanya bisa melihat punggungnya yang lebar, "Hm?"
"Kesampingkan bulan madu kemarin, lalu coba jawab pertanyaanku ini."
"Hm." Daniel menunggu.
"Apa yang berbeda dari kita, sebelum dan setelah menikah?"
Daniel bahkan tidak berpikir dulu. Dengan cepat ia menjawab sambil nyengir lebar, "Kau jadi Kang Jihoon."
Jihoon masih belum percaya ia sudah bisa memakai nama depan Daniel di namanya sendiri, sehingga setiap diingatkan seperti ini, pasti tubuhnya langsung bereaksi karena serotonin. Dadanya menghangat, membuat wajahnya juga matang dengan cepat.
"Selain itu." katanya malu, membuat Daniel meledek dengan siulan menyebalkan.
"Hentikan, ayo cepat jawab!"
"Sebentar, aku perlu tahu dulu kenapa kau bertanya seperti itu."
Jihoon menyalakan blender dan akhirnya berbalik menatap Daniel intens.
Ditatap begitu, yang bersangkutan tiba-tiba tampak menyadari sesuatu. Mata sipitnya melebar waswas, "Apa aku melakukan kesalahan?" tanyanya.
Hhh, minta dicium.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Gestures [NielWink]
FanfictionDitulis kalau ada ide saja, jadi tidak ada tamatnya. [Alternate Universe] Drabbles and oneshots about sweet gestures in Kang Daniel and Park Jihoon relationship. So, well... it's mostly fluff. WARNING: 📍 Shounen-ai/Yaoi/Boys love 📍 Pairing: NielWi...