Jarak yang membuatku tahu arti dari sebuah penantian,
Bagaimana sulitnya menjaga rasa saling percaya,
Dan beratnya menahan rindu didalam dada.
•••
"Kau dimana sekarang?"
Taeyong mengambil ponsel yang sedari tadi ia jepit diantara telinga dan pundaknya. Meletakkan benda persegi itu diatas meja sebelum menekan button pembesar suara disana. "Aku dirumah, ada apa?" balasnya lalu membuka buku dan mulai menuangkan angka kedalam rumus rumus memuakkan, namun harus tetap ia kerjakan hingga membuahkan sebuah jawaban.
Ia bisa mendengar pria diseberang sana menghela nafas berat, "Kau tak ke Seoul hari ini?"
"Tidak, maaf. Tapi aku berjanji akan melihat penampilanmu melalui live streaming. Fighting King!" Taeyong bersorak menyemangati.
"Jika aku kalah lagi bagaimana?"
Taeyong menggeleng meski tak dapat dilihat oleh sosok yang menelfonnya, "Hei, lawanmu hari ini sudah pernah kau taklukkan bukan? Aku yakin kau dan timmu bisa menang, percayalah."
"Iya, tapi energiku hari ini benar benar habis Taeyong-ah. Rasanya lututku terlalu lemas untuk berlari ditengah lapangan," Balas sosok itu.
"Apa?" Taeyong memekik, "cederamu kambuh lagi?" Tanyanya khawatir.
"Tidak."
Pria mungil yang sedari tadi membagi fokusnya pada tugas dan pria yang menelfonnya mendecakkan lidah. Menghentikan pergerakan tangannya, lalu meletakkan bolpoin diatas buku. "Lalu ada apa denganmu? Kenapa energimu bisa habis? Apa semalam kau keluyuran lagi bersama teman temanmu itu?"
"Energiku habis karena tak ada kau yang menyemangatiku disini," Taeyong terbelalak lalu mengulum senyum mendengar ucapan pria itu.
"Rasanya aku tak bisa berlari ditengah lapangan karena aku hanya ingin berlari ke arahmu lalu memeluk erat tubuhmu, Sayang."
Taeyong membekap mulutnya sendiri. Takut jika ia kelepasan dan berteriak histeris didalam kamar hingga ayah dan ibunya mungkin saja mengiranya kerasukan. Ia berdeham pelan lalu mengambil ponselnya.
Meletakkan benda persegi didepan bibirnya lalu berbisik, "Berhentilah menggodaku. Satu jam lagi kau akan bertanding, Sayang." Taeyong tersenyum tipis, "Aku mencintaimu Jung Jaehyun." katanya lalu memberikan suara kecupan sebelum memutus sambungan teleponnya.
Melemparkan ponsel itu kearah ranjang yang tak tak jauh dari meja belajar. Melompat lompat dan berakhir menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur disamping benda persegi miliknya hingga terlentang lalu menatap langit langit kamar.
Semuanya terasa seperti mimpi, batinnya lalu menangkup wajahnya sendiri.
Masih tak percaya jika seorang atlit basket kebanggaan Korea Selatan itu adalah kekasihnya, Jung Jaehyun. Pipinya memanas saat mengingat masa masa dimana ia dan pria itu bertemu untuk pertama kali.
Bagaimana Jaehyun bersikap ramah padanya, memberinya fan service, lalu berakhir mengajaknya berkenalan karena sebuah kebetulan.
Ah tidak, bukan kebetulan.
Lebih tepatnya, Taeyong hanya mengagumi sosok itu hingga memutuskan untuk menjadi admin disalah satu fanpage Jaehyun dengan ribuan followers saat itu. Berbeda dengan sekarang, halaman itu sudah diikuti oleh beratus ribu penggemar sosok Jung Jaehyun dari Korea Selatan maupun luar negeri.
Namun, tanpa hujan dan badai Jaehyun tiba tiba menyorot halaman penggemar itu. Mengenali satu persatu admin didalamannya hingga berakhir seperti sekarang, ia jatuh kedalam pesona Lee Taeyong. Pria mungil yang selalu ada disaat senang maupun susahnya sebelum berakhir menjadi kekasih hatinya.
"Tae, apa kau tahu hal yang dapat membuat hubungan jarak jauh renggang?" Jaehyun bertanya dengan nada rendahnya.
Taeyong mengangguk meski tak bisa dilihat oleh kekasihnya, "Jika kau dan pasanganmu tak saling percaya? Benar kan?"
Ia mendengar pria diseberang sana bergumam, "Jadi apa kau percaya padaku?"
"Tentu, kenapa kau terus menanyakan hal itu?" Taeyong mendengus, lagi lagi kekasihnya menanyakan hal yang sama lalu berakhir bungkam seolah tak membahas apa apa sebelumnya.
"Apa kau akan terus percaya?" tanya Jaehyun lagi.
Taeyong mendesah pasrah, "Tentu Jaehyun, aku akan terus percaya padamu."
"Tapi aku tidak."
Jantung pria mungil itu seolah berhenti berdetak sesaat, "A-apa?" lirihnya. Satu tangannya yang tak memegangi ponsel mencengkeram erat ujung baju kaosnya.
"Aku tak bisa melanjutkan hubungan seperti iniㅡ" Taeyong membolakan mata.
"J-Jaehyun...tapi kenapa?"
"Karena aku tak bisa jauh darimu Taeyong-ah. Hubungan jarak jauh membuatku muak, kau harus ikut denganku dan tinggal bersamaku di Seoul."
Mendengar hal itu, seketika Taeyong menghela nafas lega. Rasa sesak yang tadi menggerogoti dadanya hilang bersamaan dengan kekehan merdu dari Jaehyun diseberang sana.
"Kau si tengik bermuka dua Jung!"
to be continued...
[republish, 19 Feb 2020]
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance | Jaeyong ✓
Fanfiction❝Sometimes it's not just distance between places that makes us feel apart❞ M/M | TEENFIC | HIGH SCHOOL AU | NC-17 Lee Taeyong tidak pernah menyangka jika ia akan berakhir menjadi kekasih dari pemain basket muda dan papan atas bernama Jung Jaehyun. P...