(7) Kacau

1.6K 110 3
                                    

"Hubungan akan hancur jika kita
mengikuti ego masing masing
dan tak lagi saling percaya."

***

Hujan turun dengan derasnya, cuaca memang sulit untuk ditebak. Pagi hari tadi cukup cerah tapi semakin siang semakin mendung dan akhirnya hujan turun. Bintang menatap rintikan air hujan yang turun dari langit lewat ruangan khusus di kafenya. Bintang sangat menyesal, seharusnya dia pulang dan tidak pergi ke apartemen Langit.

Hari ini Bintang tidak pergi ke sekolah karena seragam sekolahnya masih di rumah dan dia masih tidak ingin pulang  ke rumah. Suasana kafe di siang hari ini cukup ramai mungkin karena hujan di luar jadi banyak orang yang ingin meneduh sambil menikmati beberapa makanan.

"Bosbin, ada yang mau ketemu nih." ucap Venus dari ambang pintu.

"Kalo bukan Angkasa, gausah diizinin masuk!" balas Bintang dengan tegas karena moodnya masih tidak jelas.

"Tapi bosbin, orangnya maksa." balasnya dan sedetik kemudian pintu terbuka dengan lebar, Langit masuk dengan memakai hoodie berwarna putih.

"GUE BILANG JANGAN MASUK! PUNYA TELINGA NGGA?" teriak Bintang.

"Bin, kafe lagi rame." ucap Langit mengingatkan Bintang untuk tidak berteriak karena akan menganggu pengunjung.

"Gue ga peduli." balas Bintang.

"Lo kenapa disini? Dan ga berangkat sekolah?" tanya Langit.

Hening

"Bin?"

Masih tidak ada jawaban.

"Bintang!" panggil Langit dengan tegas.

"Hn?"

"Lo denger kan?" tanya Langit.

"Mending lo pergi deh lang, ntar Angkasa dateng salah paham lagi. Dia marah lagi, gue males tau kalo dia marah. Susah baikinya." balas Bintang.

"Emang bener ya dari dulu, gue cuma parasit." balas Langit.

"Iya itu lo tau."

"Thanks bin, gue ga bakal ganggu kalian lagi. Gue pamit buat balik ke Barcelona." ucap Langit yang mulai kecewa juga hancur, sebenarnya dia ingin pamit pergi dengan cara baik baik.

Bintang sedikit terkejut mendengar Langit yang akan kembali secepat ini tetapi dia berusaha untuk tetap diam meskipun sangat ingin menghentikan Langit untuk pergi karena mau bagaimanapun Bintang pasti membutuhkan Langit.

Seketika suasana menjadi sangat hening, "Gue pamit." ucap Langit kemudian dia berbalik arah berjalan keluar dari ruangan itu lalu menutup pintu dengan perlahan.

"PERGI AJA SEMUA." teriak Bintang dengan kesal dan melampiaskanya ke semua berkas diatas meja didepanya.

Air matanya tidak bisa tertahan untuk tidak menetes, dia merasa hancur sekaligus kecewa. Sekarang Bintang bingung untuk bersandar ke pundak siapa, tidak ada yang mempedulikanya lagi, dia merasa apa yang dirasakan Pelangi, sekarang Bintang tau kenapa Pelangi memilih untuk pergi itu karena mungkin akan terasa lebih baik.

Seseorang masuk ke dalam ruangan, dia adalah Rain dan Alana yang sekarang terlihat sangat terkejut melihat kacaunya ruangan yang mereka masuki. "Oh My God." ucap Alana.

"Bintang kamu apa apaan? Kamu frustasi karna diusir dari rumah? Kalo kamu frustasi jangan hancurin ruangan saya." ucap Alana.

"Tante, gausah bicara omong kosong. Ini ruangan tante? Tante ngimpi?" tanya Bintang sambil berdiri.

"Ada apa Rain? Alana?" tanya suara berat dari luar sana, Bintang tau itu suara ayahnya. Tanpa pikir panjang, Bintang tidak peduli tentang rasa marahnya lagi justru dia berlari dan memeluk Arga sambil menangis.

"Pah, maafin Bintang." ucap Bintang sambil menangis dan tetap memeluk ayahnya. "Bintang ngga akan ulangin lagi, janji! Bintang waktu itu lupa." lanjut Bintang.

Arga melepas pelukan Bintang dengan perlahan tanganya terulur untuk menghapus air mata dipipi Bintang. "Maafin papah juga, papah udah tampar kamu kemarin." balas Arga.

"Papah beneran maafin Bintang?" tanya Bintang dan Arga mengangguk membuat Bintang langsung memeluk erat Arga. "Makasih pah."

Alana dan Rain yang melihatnya menunjukan ekspresi tidak suka melihat Bintang dan Arga kembali baik baik saja karena yang mereka inginkan adalah Arga tidak lagi dekat dengan Bintang.

***

Hujan tampaknya sudah mulai reda meninggalkan petrikor yang sangat menyengat. Bintang sengaja duduk didekat gerbang rumahnya menunggu Angkasa pulang dari sekolah. Setelah menunggu cukup lama akhirnya suara motor Angkasa terdengar dan Bintang langsung berdiri untuk mencegat Angkasa. Saat Angkasa sudah sampai didepan rumahnya, Bintang langsung mengikutinya sampai akhirnya Angkasa memutuskan untuk duduk dikursi yang ada didepan rumahnya memberikan kesempatan untuk Bintang.

"Eum, ada PR ngga?" tanya Bintang berbasa basi terlebih dahulu agar suasana menjadi hangat.

Angkasa masih fokus dengan layar ponselnya tidak mempedulikan pertanyaan yang Bintang lontarkan seakan akan Bintang bukanlah orang yang penting lagi. Angkasa mengetukkan kunci yang ada ditanganya ke meja menimbulkan suara suara yang memecahkan keheningan saat mereka sama sama diam.

"Kenapa?" tanya Angkasa mendongakan kepalanya dan menatap ke arah Bintang.

"Aku mau minta maaf." ucap Bintang dengan pelan. "Aku beneran ga ngapa ngapain sama Langit, serius." balas Bintang mencoba meyakinkan Angkasa.

"Hm."

"Sa, aku bener bener minta maaf." balas Bintang dengan memohon.

"Iya tau, terus?" tanya Angkasa.

"Kamu maafin aku?" tanya Bintang.

"Hm."

"Ya udah kalo ga mau maafin, aku pulang aja." balas Bintang yang menyerah dan akhirnya membiarkan Angkasa sendiri.

Bintang berdiri kemudian dia melangkahkan kakinya menjauhi Angkasa. "Hati hati." ucap Angkasa sebelum akhirnya Angkasa masuk ke dalam rumahnya.

Bintang membalikan badanya menatap Angkasa yang sudah masuk ke dalam rumah, dia menghela nafasnya kemudian melanjutkan berjalan pulang ke rumahnya tanpa kata maaf dari Angkasa, mungkin Angkasa butuh waktu untuk sendiri. Bintang juga sadar kalau dia memang salah atas semua ini, seharusnya dia meminta izin ke Angkasa terlebih dahulu atau memberi tahu Angkasa kalau dia bersama Langit.

***

Jangan lupa vomment

Retain (Sekuel of Angkasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang