Suzy masih termenung memikirkan ucapan Taehyung kemarin, bagaimana bisa Taehyung berpikir ia membenci anaknya sendiri?. Hidup atau mati, Suzy akan selalu bersama dengan buah hatinya. Pada kenyataannya Suzy sangat menyayangi anaknya ini, meskipun ia sempat tidak percaya bahwa ia mengandung anak Taehyung.
Mengenai Taehyung, ia ingin mengucapkan terimakasih untuk lelaki itu. Ia sadar, seberapa merepotkannya ia bagi Taehyung selama ini. Mungkin sejuta ucapan terimakasih saja tidak cukup untuk membalas kebaikan Taehyung. Ucapan Jinyoung tempo lalu memang benar adanya, Taehyung memang lelaki baik dan bertanggung jawab. Tapi tetap saja, ia tidak bisa menggantikan posisi Jungkook. Suzy terlalu mencintai lelaki itu. Ia menghela napas, dipegangnya perut rata miliknya.
"Maafkan eomma." ucapnya pelan. Ia mengeratkan pegangannya pada tas jinjing yang ia bawa. Dengan napas berat, ia melangkahkan kakinya untuk menyebrangi jalan seorang diri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
$$$Taehyung terlihat gelisah, pagi ini ia bangun terlambat. Tepat pukul delapan. Dan ia tidak mendapati Suzy di kamarnya. Taehyung sudah mencarinya keseluruh rumah namun tidak menemukan wanita itu. Ia juga sudah melihat ke bagian belakang rumahnya, namun hasilnya tetap sama. Tidak ada Suzy disana.
Taehyung sangat khawatir, apalagi mengingat wanita itu sedang mengandung. Membuat pikiran negatif memenuhi isi kepalanya. Ia sudah mencoba menghubungi orang yang mungkin akan di temui oleh istrinya, namun jawaban yang ia dapat tidak sama seperti apa yang ia harapkan. Tidak ada Suzy disini. Membuat Taehyung semakin frusterasi, sangat jelas sekali terlihat dari raut wajahnya.
Taehyung dengan tergesa mengambil jaket dan topi, ia berniat mencari Suzy di sekitar komplek rumahnya. Tepat pada tangga terakhir, Taehyung melihat Suzy di ambang pintu, ia baru memasuki rumah. Perasaan lega luar biasa Taehyung rasakan, ia segera menghampiri wanita itu. Memeluknya erat, serta memastikan wanita itu baik-baik saja.
Suzy terkaget dengan perlakuan Taehyung, namun ia tersenyum kecil setelahnya. Disentuhnya tangan besar Taehyung, "Aku baik-baik saja. Aku baru saja mengunjungi dokter kandungan untuk memastikan ia baik-baik saja."
Hati Taehyung menghangat, matanya mulai berkaca mendengar apa yang Suzy katakan. Untuk pertama kalinya ia melihat lagi senyuman itu. Taehyung terharu, mengetahui Suzy peduli pada anaknya. Meskipun tidak melibatkan Taehyung, tapi ia senang dengan kenyataan bahwa Suzy sudah menerima keberadaan anaknya.
"Terimakasih sudah menjaganya." Taehyung tersenyum tulus. Membuat Suzy tertegun, kenapa Taehyung berbicara seperti itu?. Membuat Suzy teringat kembali ucapan Taehyung kemarin. Apakakah Taehyung masih meragukannya?. Suzy menghela napas kecil.
"Taehyung, ini anak kita. Kita yang akan menjaganya. Bukan kau dan bukan aku. Tapi kita, orangtuanya." Taehyung tertegun, senyuman ia berikan. Perasaan senang tidak bisa Taehyung gambarkan, air matanya lolos begitu saja. Dipeluknya Suzy untuk kedua kalinya. Mencium kening wanita itu, sayang. Dan mengucapkan kata terimakasih berulang kali.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
$$$"Taehyung?" Suzy berseru.
Jinyoung menoleh, membuat ia berhenti membereskan makanan yang ia bawa pagi ini. "Noona sudah bangun?." Suzy menghela napas kecil mengetahui itu adalah Jinyoung bukan suaminya.
"Apa Noona tidak tahu Taehyung ke Jepang tadi malam?" Suzy mendudukan diri di salah satu kursi makan.
"Aku tahu. Ia berjanji akan pulang hari ini."
"Tapi bukan berarti ia akan kembali sepagi ini kan?. Ia baru berangkat tadi malam Noona." Suzy mengerlingkan matanya, sebal karena ucapan Jinyoung. Sedangkan lelaki itu terkekeh kecil, senang rasanya menggoda kakaknya ini.