bagian tujuh belas : cemburu

333 17 0
                                    


"iya gue cemburu."

Alma menatap Bima intens, mencoba menerka apa maksud cowok di sebelahnya ini.

"Gue cemburu kalo Lo jadian duluan daripada gue. Kan harusnya gue dulu sama Alina." Sambung Bima diakhiri tawa yang terdengar begitu renyah dan membuat Alma berdecak sebal karena dipermainkan.

"Dih!" umpat Alma spontan.

"Hahaha, baper ya?"

"Nggak!"

"Halah Baper aja! Tuh muka nya merah." Bima menunjuk pipi Alma, Alma langsung menepis tangan Bima.

"Dari tadi juga merah, anjing!" Sahutnya asal, mana dia bisa melihat pipinya sendiri.

"Eh anjing teriak anjing. Nggak boleh gitu."

"Daripada Lo, Anjing nyeramahin anjing!"

"Enak aja, Lo kali!"

"Lo!"

"Lo!"

"Lo!"

"Lo!"

"Lo, peak!"

"Lo, dungu!"

"Lo, anjing!"

"Lo, bapaknya anjing!"

Dan mereka terus berdebat tentang siapa yang anjing sampai adzan Maghrib berkumandang. Padahal keduanya sama saja. Hehehe.

°~°~°~°

"Alina!" Andin langsung berteriak seraya menghampiri Alina yang baru saja memasuki kelas.

"Lo udah boleh pulang? Emang udah baikkan?" Tanya Andin bertubi-tubi.

"Udah, Andin sayang," jawab Alina lembut.

"Anjir!" Teriak Andin, membuat Alina langsung menutup telinganya, begitu juga Hani yang berdiri tak jauh dari mereka.

"Apa bego?" Sarkas Hani kesal.

"Gue dipanggil sayang," kata Andin drama. Hani langsung menepuk jidatnya sedangkan Alina memutar bola matanya malas.

"Bego!"

"Dodol"

Setelah menghujat Andin, Alina dan Hani duduk di bangku mereka masing-masing, meninggalkan Andin dengan kegilaannya.

"Kok ditinggal?" tanya Alina merajuk, dengan wajah sebal gadis itu menghampiri keduanya lalu duduk di sebelah Hani.

"Kesel ih, kalian mah!" gerutu Andin.

"Makanya jangan kelamaan jomblo," cibir Hani sadis.

"Ish, enak aja. Gue mah nggak jomblo cuma single," elak Andin dengan percaya diri.

"Ma-sak?" ujar Alina penuh penekanan.

"Iya," sahut Andin mengira Alina bertanya pada dirinya.

"Di dapur, haha." Hani menjawab pertanyaan Alina lalu tertawa, Alina juga tertawa karena berhasil mengerjai Andin.

"Jahat Lo berdua, awas aja gue aduin!"

"Sama siapa? Sama Andi yang nggak peka-peka?" ejek Hani berteriak, membuat Andin langsung membekap mulut ember temannya itu.

"Anjir Lo! Diem!"

Romansa SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang