Chapter 3

1.7K 181 168
                                    

Senja terlukis pada langit diatas kedua anak adam tersebut. Siluet berjalan terlihat dari belakang mereka.

Levi masih enggan berbicara dengan Eren. Dia malu sekaligus gugup. Yang tadi itu ciuman pertamanya. Ah, kepikiran lagi! Pipi Levi merona samar ketika mengingatnya.

"Rumahmu masih jauh?" tanya Eren tiba-tiba, membuat Levi berjengit kaget.

"Eh? Eh? Apa?" jawabnya kacau.

Eren menoleh, "Rumahmu masih jauh?" ulangnya.

Levi menggeleng kaku, "Ada di depan sana," sambil menunjuk sebuah rumah besar tak jauh dari tempatnya berjalan. Eren mengangguk paham.

Sampai di depan gerbang rumah Levi yang tidak begitu tinggi, hanya sebatas pinggang Eren, mereka berhenti.

"Rumahmu dimana, Eren?" tanya Levi ingin tahu. Katanya rumah Eren searah dengan rumahnya.

Eren menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Sebenarnya, rumahku ada di dekat sekolah."

"Hah? Kau berbohong padaku?"

Eren menyatukan telapak tangannya dan menunduk, "Maafkan aku! Aku hanya ingin mengantarmu pulang. Itu saja."

Levi menghela nafas. Ia merasa sangat merepotkan lelaki di depannya, "Kau tidak perlu repot-repot mengantarku pulang. Rumahmu jadi sangat jauh dari sini, kan?"

"Tapi jika aku tidak bersamamu, orang tua itu akan melecehkanmu terus-terusan. Lagi pula, Farlan tidak bisa pulang bersamamu, kan?"

Dahi Levi berkerut dalam, "Bagaimana kau tahu itu?"

"Farlan sendiri yang bilang tadi istirahat padamu, kan?"

"Tunggu tunggu! Bagaimana kau tahu itu?"

"Aku mengikutimu."

Hening beberapa saat. Eren segera membekap mulutnya yang asal berbicara. Ia tidak sengaja membaberkan kelakuannya sendiri.

"Kau... menguntitku selama ini?" Levi tidak habis pikir. Kenapa orang satu ini sungguh terobsesi padanya?

"Maafkan aku," Eren menyesal. Menyesal telah membaberkan kelakuannya maksudnya, bukan menyesal karena telah menguntit dan membuat Levi tidak nyaman.

Angin berhembus kencang. Pintu pagar Eren buka dan mendorong Levi masuk ke dalam perkarangan rumahnya, "Masuk, lah! Sudah hampir malam. Nanti kau masuk angin," nasihatnya.

Levi menoleh Eren, lalu rumahnya, "Kau tidak mau berkunjung?"

Eren menggeleng, "Lain kali saja."

Eren mengaitkan kunci pagar. Levi melihat pergerakan tangan Eren dan melihat Eren setelah mengunci pagar.

Tangan kanan Eren terjulur mengelus pipi Levi, mendekatkan Levi kepadanya, lalu mencium lembut mukanya. Levi menikmati segala sentuhan Eren.

"Jaga dirimu baik-baik!" pesan Eren sebelum menjauhkan wajahnya dari wajah Levi.

"Hum, kau juga!" balas Levi.

"Aku mencintaimu."

Akhirnya Eren pergi dengan perasaan berbunga-bunga, meninggalkan Levi yang merona hebat di depan rumahnya.

"Yes! Ciuman dua kali," kalimat tersebut diucapkan sambil mengangkat kepalan tangannya ke langit. Levi geleng-geleng melihat kelakuannya lalu masuk ke rumah dengan perasaan bahagia yang membuncah di dalam hatinya.

Malamnya pada pukul 18.54, Levi menyadari bahwa kulkasnya sudah tidak terisi bahan makanan lagi. Hanya ada air putih, susu, jus buah, dan minyak ikan dalam bentuk kapsul saja.

Am I Your Boy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang