61

1.7K 134 5
                                    

"Saya emang kurang bisa buat kamu tenang. Tapi mungkin ini bisa sedikit membantu." Lelaki itu menggenggam tangan kecil seorang gadis yang tengah menatap gugup pada deretan para penonton yang siap menonton mereka sebentar lagi.

Zee menatap ceye dengan lekat. Gugupnya perlahan mengilang dan di gantikan oleh rasa hangatnya tangan yang tengah menggenggam tangan nya.

Zee tersenyum ia menarik dan mengeluarkan nafasnya dalam dalam.

Ia menatap pasti objek bangku yang akan ia duduki. Ingatannya melayang pada saat ia pertama kali mengikuti lomba bernyanyi, rasa yang sama dan susana yang sama,membuat ia kembali tenggelam dalam kenangan yang mungkin tak pernah ia lupakan. Dengan sang kakak yang mencoba menenangkan zee yang gugup setengah mati dengan cara menggenggam tangannya dan mengelusnya pelan. Persis sama dengan saat ini.

"Rachel. Kamu siap?" Ceye membalikan badan zee sehingga kini mereka berhadapan.

Zee menatap manik itu dalam.

Ia pun mengangguk pasti. Ceye menggelus pelan kepala zee untuk lebih menenangkannya.

Saat MC memanggil mereka berdua, mereka berjalan dengan bergandeng tangan. Mereka menunduk sebentar.

Zee menghela nafas, ia merasa sesak karan fakta yang menerjang nya begitu membuat ia sedih.

Tidak ada dari anggota keluarganya yang melihatnya lagi bernyanyi termasuk Guanlin membuat zee menghela nafas berat.

"Baiklah kita sambut Rachel Ceremona feat. Park Chanyeol dengan lagu soundtrack ter hits a whole new world." Zee sudah dalam posisi dan Ceye juga sudah dalam keadaan siap di belakang piano hitam mengkilap.

Zee menggenggam erat bucket bunga merah yang memang sedari tadi ia genggam.

###

"Papah dengar hari ini sekolah kamu ngadain pensi. Kenapa kamu gak kesana?" Pertanyaan itu membuat Guan yang tengah menatap serius berkas berkas di depannya mengalihkan pandangan nya menuju sang ayah yang berada di dekatnya.

Guan tersenyum tipis, sungguh tipis. Ia juga sungguh ingin melihat zee bernyanyi kembali setelah ia vakum lebih dari 6 tahun.

"Gak, guan males." Dusta terbesar guan, membohongi hatinya yang tengah memberonta dan juga membohongi otaknya yang nyatanya sudah lelah berkerja.

"Jangan terlalu memaksakan diri guan." Lelaki paruh baya itu mendekat dan menarik guan untuk berdiri, dan ia langsung duduk menggantikan Guan. Ini membuat guan dengan cepat menarik sang ayahnya kembali.

"Papah belum sembuh total." Ucap guan panik.

Lelaki paruh baya itu terkekeh. Ia menepuk kepala guan sama seperti ia menepuk guan saat kecil.

"Papah sudah sehat waktu lihat kamu di sini baik baik aja guan." Ucap sang Ayah guan pun hanya menatap sang ayah. Tatapannya sulit di artikan.

Guan tersenyum saat melihat semangat ayahnya yang mulai muncul.

Tring.

Ponsel yang sedari tergeletak di atas nakas berbunyi. Guan mengangambil dan menatap serentetan kata kata yang mampu dengan cepat membuat amarahnya memuncak.

"Ayah guan keluar dulu." Guan dengan cepat berlari menuju parkiran. Emosinya tak terkendali.

"Saya ingin pesawat menuju amerika sekarang."teleponnya dengan suara tegas.

Deretan pesan itu membuat ia ingin cepat cepat memberhentikan ini semua.

'Dokter Zhang kecelakaan dan keadaannya kritis.' kira kira itu lah isi dari pesan yang ia dapat. Sungguh ia tak ingin masalah keluarganya akan merambat besar dan menarik orang orang yang bahkan tidak tau permasalahannya.

 Duda ✔ PCY (Trio Bangsat) [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang