34

1.1K 122 17
                                    

Jennie POV

Saat aku memasuki ruang rawat Hanbin, eomma Hanbin langsung melihat kearahku.

"Annyeonghaseyo, ahjumma.", sapaku dengan sedikit membungkukan tubuhku.

Lalu, aku berjalan kearahnya.

"Eo,kau wanita itu?", tanya eomma Hanbin.

Maksud eomma Hanbin adalah wanita yang dihamili oleh anaknya.

"Ne, ahjumma. Aku minta maaf jika ahjumma tak menginginkan kehadiranku, tapi aku tak bisa menahan diri untuk tak datang kesini.", kataku.

"Gwenchana, ahjumma senang kau ada disini. Sudah lama, ahjumma ingin bertemu denganmu.", kata eomma Hanbin.

"Ne?", tanyaku bingung.

"5 tahun lalu, Hanbin dipukuli oleh appanya seperti yang kau lihat saat di Pantai tadi. Itu karena dia mengaku pada appanya jika dia menghamilimu.", kata eomma Hanbin.

"Ah, jeosonghaeyo ahjumma. Karenaku, Hanbin jadi seperti ini untuk yang kedua kalinya.", sesalku.

"Aniya, dia memang pantas mendapatkannya karena perbuatannya. Tapi, appa Hanbin sangat keterlaluan. Jika dia memukuli Hanbin tanpa henti apalagi Hanbin tak melawannya seperti tadi, Hanbin benar - benar bisa mati.", kata eomma Hanbin dengan mata berkaca - kaca.

Aku pun mengusap punggunggnya untuk memberi ketenangan.

"Ne, aku mengerti. Sekali lagi, maafkan aku.", kataku.

"Aniya, kau tak salah. Bagaimanapun kau adalah korban yang sesungguhnya.", kata eomma Hanbin.

"Apa kau baik - baik saja selama ini?", tanya eomma Hanbin padaku.

"Eo, aku baik - baik saja.", kataku.

"Jangan berbohong pada ahjumma.", kata eomma Hanbin.

"Aku benar - benar baik - baik saja ,ahjumma.", kataku.

"Geurae, sepertinya kau memang baik - baik saja. Dan semoga kau memang baik - baik saja.", kata eomma Hanbin.

"Maafkan Hanbin yang lari dari tanggung jawabnya saat itu. Jika ahjumma tau, ahjumma akan menikahkan kalian detik itu juga.", kata eomma Hanbin.

"Gwenchana, ahjumma. Yang terpenting, sekarang dia mau bertanggung jawab atas anaknya.", kataku.

"Seharusnya padamu juga.", kata eomma Hanbin.

Aku tak bisa bicara apapun, jadi aku hanya tersenyum.

"Eomma.", panggil Hanbin lirih saat dia sudah sadarkan diri.

"Aniya, jangan bicara apapun. Bibirmu pasti sakit. Tetaplah diam, eomma akan selalu menemanimu.", kata eomma Hanbin.

"Kau ada disini?", tanya Hanbin padaku mengabaikan ucapan eommanya.

"Eo, aku ada disini bersama Ella.", kataku.

"Dimana Ella? Aku sangat merindukannya.", kata Hanbin.

"Dia didepan bersama Bobby dan June. Dia juga berpesan, bahwa dia ingin kau cepat sembuh. Dia sangat khawatir, bahkan dia bilang bahwa dia takut kehilanganmu.", kataku.

"Sebenarnya, itu juga isi hatiku Hanbin-a.", kataku (dalam hati).

"Seminggu tak bertemu dengan anakku, membuatku sangat merindukannya.", kata Hanbin lalu tersenyum.

"Geurae, kau akan secepatnya bertemu dengannya. Sekarang yang perlu kau lakukan hanya istirahat saja. Jangan banyak bicara, ujung bibirmu terluka hanbin-a.", nasihat eomma Hanbin.

"Nan gwenchana, eomma. Baiklah, aku akan istirahat.", kata Hanbin, lalu memejamkan matanya.

Lalu, aku menaikkan selimutnya sampai batas dada.

"Aku jadi ingat, saat aku menyelimutimu dengan selimutku saat kau sedang tidur di sofa rumahku.", kataku (dalam hati).

"Kau mencintai Hanbin?", tanya eomma Hanbin tiba - tiba.

"Ne?", aku sangat terkejut.

"5 tahun lalu, ahjumma menyuruh Hanbin untuk mencari keberadaanmu dan cucuku. Kenapa? Karena Hanbin sadar bahwa dia mencintaimu. Mungkin itu memang terlambat, tapi ahjumma sangat berharap kau bisa menerima Hanbin sekarang.", kata eomma Hanbin.

Haruskah membahas ini sekarang? Aku yakin, Hanbin belum sepenuhnya tidur.

"Ahjumma, bisakah kita bicarakan ini diluar saja?", tanyaku.

"Wae?", tanya eomma Hanbin.

"Karena Hanbin perlu istirahat.", kataku.

"Eo, geurae.", kata eomma Hanbin setuju.

Lalu, eomma Hanbin berdiri dari duduknya.

"Aniyo, eomma. Tetaplah disini. Bicarakan saja disini, aku ingin mendengarnya. Aku ingin tau apakah dia masih tetap pada perasaannya yang lama atau dia sudah berubah pikiran.", kata Hanbin sambil menahan tangan eommanya.

"Eo? Apa maksudnya?", tanya eomma Hanbin bingung.

"Aku pernah melamarnya, tapi dia menolakku eomma. Dan itu lebih dari sekali. Tapi, aku hanya mencintainya selama ini. Jadi, aku hanya ingin menikah dengannya.", kata Hanbin.

"Benarkah itu? Kenapa kau menolak Hanbin? Bukankah, kau seharusnya senang karena dia mau bertanggung jawab punuh atas dirimu dan cucuku?", tanya eomma Hanbin.

"Jeosonghaeyo ahjumma, aku terlalu trauma. Trauma itu yang membuatku membenci Hanbin.", kataku.

"Ah,karena itu? Ahjumma mengerti.", kata eomma Hanbin.

"Tapi, apakah sekarang kau masih membencinya?", tanya eomma Hanbin.

"Aniyo, aku tidak lagi membencinya karena sekarang kami adalah teman.", kataku.

"Apakah hanya sebatas teman saja?", tanya eomma Hanbin.

Lama aku terdiam, akhirnya aku memberanikan diri untuk mengungkapkannya.

"Sejujurnya, aku merasa tak rela jika Hanbin menikahi wanita lain. Seperti hari ini, rasanya aku sangat putus asa.", kataku pada akhirnya.

Sungguh aku sangat malu, aku tak malu pada eomma hanbin. Tapi, aku malu pada Hanbin.

"Itu artinya kau mencintaiku, Jen. Kau tak ingin kehilanganku.", kata Hanbin sambil tersenyum puas.

"Gomawo sudah mengakuinya, rasanya aku sudah sembuh sekarang.", lanjut Hanbin dengan ekspresi sangat bahagia.

"Bisakah aku pulang sekarang, eomma?", tanya Hanbin pada eommanya.

Jennie POV End
.
.
Tbc.

We Miss You Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang