Prolog

531 24 1
                                    

Don't like Don't read
.


.

Typo Everywhere
.


.

Happy reading

Someone POV

Pagi?

Bukan ini subuh,matahari saja masih belum keluar dan diluar juga masih gelap tapi aku sudah bangun. Yah...beginilah kebiasaanku. Aku harus bangun pagi untuk menyiapkan semua.

Tapi aku yakin bahwa 'ia' sudah bangun terlebih dahulu dibanding aku seperti hari-hari sebelumnya. 'Ia' pasti bangun beberapa jam sejak pergantian hari,aku yakin itu.

Setelah membereskan tempat tidur dan sedikit beres-beres kamar supaya lebih bersih dan rapi barulah aku pergi membersihkan diriku sendiri alias mandi.

Tak lama,karena aku memang bukan tipe yang berlama-lama dikamar mandi. Setelah mandi tentu saja kupakai pakaianku yaitu kemeja putih lengan panjang,celana panjang hitam,dasi,kaos kaki dan sepatu hitamku tentu saja. Kalau jas ku letakkan diatas kasurku. Karena aku tak akan memakainya sekarang. Sedikit merapikan rambutku dan memeriksa kembali bawaanku. Setelah semua beres ku tinggal semua di atas kasurku dan langsung pergi kedapur

Aku harus masak.

Kebiasaanku selalu membuat sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat dibantu oleh beberapa maid di rumah ini. Karena aku membuat bukan hanya untuk ku sendiri tapi untuk seisi rumah bukan termasuk para maid ya...aku membuat untuk yang lain. Karena 'ia' hanya mau menerima sesuatu yang aku buat atau aku yang mengawasi cara buatnya dan aku sendiri yang membelinya.

Setelah selesai aku dan yang lain menyiapkan semua sarapan di atas meja makan kecuali satu set yang sengaja aku pisahkan untuk 'ia'.

Pagi datang dan para orang rumah pun datang ke meja makan untuk sarapan bersama.

Dan aku pun beranjak untuk mengantar sarapan untuk'nya'.

"Kau mau mengantar sarapan hyunsik-sii" suara pria dewasa menghentikan langkahku yang mau menuju tangga ke lantai dua yang memang didekat situ. Membuatku membalik badanku dan menatapnya.

"Ne"

"Oh...baiklah. kau bisa pergi sekarang" kulihat ia menjadi sedikit sedih setelah mengatakan itu sambil sedikit tersenyum.

Aku pun menunduk hormat sambil tersenyum dan melanjutkan langkahku ke lantai dua menuju kamar'nya'.

Itu pintunya. Pintu berwarna putih bersih yang selalu tertutup dirumah ini. Bahkan selalu begitu sejak 10 tahun belakang ini.

Kuletakan nampan makanan tadi diatas meja disamping pintu lalu kukeluarkan handphone-ku dan mulai mengetik.

Sambil menunggu balasan kurapikan sedikit penampilanku yang menurutku agak berantakan karena memasak tadi.

Drrr drrr

Hp-ku bergetar langsung ku lihat apakah memang 'ia' yang membalas pesanku. Ternyata memang 'ia' yang membalas lalu kudengar suara kunci pintu dibuka tepat didepanku.

Kuambil nampanku dan membuka pintu didepanku lalu beranjak masuk dan tentu saja setelah menutupnya kembali.

Warna putih menyapaku.

Ruangan yang memang didominasi oleh warna putih dari dinding,lemari,laci,kursi,meja,kasur bahkan gordennya semua serba putih.

Sangat indah itu yang selalu terlintas dikepalaku kalau ku masuk kesini.

Tak pernah berubah. Dari bertahun-tahun tempat ini tak pernah berubah kecuali si pemiliknya yang tak terlihat sejak ku masuki kamar ini.

Kuedar pandangan ku untuk mencarinya.

Tak ada kemana dia?

Oo...pasti disana

Di sebalik gorden putih tipis yang sedang berkibar halus ditiup angin pagi itu...pasti disana.

Dibalkon kamar ini tepatnya.

Kulangkahkan kakiku kesana sambil masih membawa nampan makanan yang mulai mendingin ini.

Disana 'ia'

Duduk sambil menatap kain putih tebal yang sudah dibingkai sedemikian rupa sambil di sangga oleh penyangga yang membuat sang kain sejajar dengan orang yang duduk disana.

Kuletakkan makanan tadi keatas meja yang ada didekatku dan mulai mengampirinya.

Kulitnya putih bersih,rambutnya hitam dan tubuhnya yang tinggi dengan setelan baju tidur  putih berlengan panjang beserta celananya membuat ia terlihat seperti malaikat yang diturunkan tuhan ke muka bumi untuk menebarkan kebaikkan.

Wajahnya yang menggambarkan keindahan sejati yang menawarkan kedamaian yang tersirat serta mata coklatnya yang selalu menatap sayu ke lawan bicaranya.

Sempurna

Hanya itu yang ada dipikiran orang tentang nya bila mereka tak melihat hitam yang tersembunyi di tubuhnya.

'Ia' selalu tak ber-ekspresi bila bicara padaku. Pandangannya selalu kosong seperti orang buta. Bahkan ia jarang tersenyum bila didepanku.

Kulihat ia sedang memberi warna ke kain didepannya melalui satu batangan sepanjang 15-20 cm dengan sedikit rambut berlumur cat diujungnya.

'Ia' terlihat terlalu mendalami dunianya tanpa menghiraukan  aku yang ada dibelakangnya yang sedang memperhatikan apa yang ia lukis.

Indah

Tentu saja. Apa yang dihasilkan oleh tangannya selalu indah dimataku.

"Apa yang kau lakukan"

Sedikit terkejut laluku menatapnya yang tak menatapku,ia masih sibuk memberi warna ke kanvas didepannya. Ku netralkan sedikit jantungku lalu menatap lukisannya kembali yang terlihat hampir selesai.

"Tak ada,hanya melihat lukisanmu. Tadi kau bangun jam berapa?"

"Biasa"

"Sebaiknya kau sarapan sekarang. Ku yakin makananmu sudah dingin saat ini"

Kuberanjak mau masuk kedalam tapi ia tidak. Ia masih sibuk melakukan kegiatannya. Ku putar lagi badanku menghadapnya. Membuang nafas sedikit lalu menatapnya.

"Tuan muda"

Ia tak merespon

"Ayo cepat sarapan,aku harus ke sekolah sebentar lagi. Aku tak mau tarlambat jadi kalau anda sarapan sekarang aku bisa mengantar piring kotor anda kedapur untuk dicuci"

Masih tak merespon bahkan ia tak menatapku

Kuhembus lagi nafas ku dengan pelan dan masih menatapnya

"Hyungwon..."

Gerakannya terhenti

"Ayo sarapan..."

Dan ia menatapku.

TBC/END
.


.

VOTE dan COMMENT kalian adalah penyemangatku dalam menulis
.


.

Thanks for reading
.


.

See you~

The Secret Master || Hyungwon ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang