Kay tantang kalian semua, baca sampai part 2!
___
Tasya lagi lagi menghela napas. Sudah hampir tengah malam, dan ia baru selesai mengerjakan tugas kimia? Astaghfirullah.Angannya pas pertama masuk sekolah itu bisa ketemu cogan, terus fall in love deh sama dia. Eh, sialnya, baru pertama masuk malah keduluan kenal sama tugas anak SMA yang seabreg.
Tasya kira, ia bisa memulai kisah asmara yang baru di sekolah baru. Ah, tapi ya memang katanya kita itu tidak boleh berkhayal sampai berlebihan.
Kalau terbang terlalu tinggi, di mana jatuhnya juga pasti sakit.
"Huft.. Aku emang harus buang jauh-jauh pikiran itu."
Iseng-iseng dia buka ponselnya. Tapi tak ada satu pun notifikasi yang masuk. Tasya mendengus, lalu menyimpan kembali ponselnya di atas meja belajar.
Tring!
Tasya buru-buru meraih ponselnya.
Ada pesan.
Satu pesan.
"Kuota internet anda sudah habis. Harap isi ulang pulsa anda."
"Huuaaa!"
Gak ada yang ngechat. Sekalinya ngechat cuma satu. Dan satu itu pun dari operator, belum lagi isi pesannya berhasil membuat jiwa kemissqueenan Tasya semakin bergetar.
"Kapan aku bisa ketemu cogan ya Rabb? Senggaknya moodbooster gitu, biar lebih semangat menjalani hidup ini," celetuknya tiba-tiba dramatis.
Ia keluar dari kungkungan meja belajar, dan tidur telentang di atas dinginnya ubin kamar.
"Cewek lain kelihatannya enak banget ya cintanya gak bertepuk sebelah tangan. Belum lagi yang setiap harinya cuci mata liat yang ganteng-ganteng."
Matanya sibuk menerawang, mungkinkah ia dapat juga merasakan seperti mereka? Atau mungkin tidak akan pernah?
"Eh! Ngomong apa sih aku tuh? Ngga boleh gitu Tasya! Bersyukur! Jangan kebanyakan ngeluh deh."
Ia lalu kembali bangkit, merapikan alat tulisnya lalu menaiki kasur.
"Panas banget sih malam ini."
Ia menyibak selimut yang baru saja ia gunakan untuk menutupi tubuhnya hingga leher.
"Masih panas!"
Kemudian ia beranjak dari kasur, dan berbaring di atas lantai polos kamarnya.
"Nah enakan gini sih."
Ia tidur menyamping, menatap pintu yang tertutup. Tapi semakin lama, udara dingin merembes seakan mengulitinya hidup-hidup.
Bergegas, ia kembali bangkit hendak mengambil bantal, guling, serta selimutnya dan kembali berbaring di atas lantai.
"Gini kan enak. Tiada rotan, akar pun jadi. Gapapa lah, ketemu cogan mah bisa nanti-nanti juga. Sekarang yang terpenting aku kudu tidur. Biar besok bangunnya nggak kebablasan."
*****
"Kakak! Bangun cepetan! Mau sekolah g--"
BRAK!
DUG!
"ADOOH!"
"Ya ampun! Kamu ngapain tiduran di situ sih, kak!?" Adelina yang notabene nya Mama Tasya berkacak pinggang di bingkai pintu kamar putrinya yang baru saja ia buka. Sedangkan Tasya, ia sibuk mengelusi punggungnya yang terasa panas. Dahsyat banget pas Mamanya ngebukain pintu tadi.
"Gawat, Mama sebentar lagi bakal berubah jadi thanos ini mah," gumamnya pelan.
"Lihat jam Tasya!"
Dag dig dug
Dag dig dug.
Pelan tapi pasti, Tasya memutar kepala menengok jam dinding berada.
Pukul 06.35
Tasya membulatkan mulutnya membentuk huruf o, lantas mengangguk-anggukan kepalanya. Namun, sedetik kemudian sebuah pekikan terdengar lebih nyaring lagi dari pekikan sebelumnya.
"APA!!?"
🌙
Hai, welcome ya di proyek baru aku. Sorry banyak typo dan kalau-kalau cerita ini gak jelas. Jujur deh, aku bukan penulis perfeksional.
Btw, aku juga cukup terbuka untuk saran dan kritikan, tapi tidak untuk sebuah penghinaan(?) Aku bisa saja diam, tapi kadang juga gak bisa sabar buat tetep diam dan gak bales, hehe.
Cerita ini juga asli hasil dari imajinasiku ya. Antara khayalan dan kehidupan sehari-hari.
Well, selamat membaca!
~kay
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Future
Teen FictionBagaimana jika kehidupanmu dikelilingi oleh orang-orang yang menyebalkan? Yang setiap harinya berhasil membuatmu mencak-mencak bak orang gila? Lebih parahnya, saat kamu menyadari bahwa ternyata kamu lah sumbu menyebalkan itu. Jadi, sebenarnya bukan...