Levi tiduran di atas kasur yang spreinya tidak rapi lagi. Dalam hati, ia menyumpahi Eren dengan beragam kalimat penuh sensor. Berkat Eren, Levi harus tiduran di kamar karena pantatnya nyeri luar biasa.
"Iya, Ma. Ini lagi Eren manjakan karena dia sakit. Biasa, orang ini kalau sakit manjanya keluar. Eren 'kan jadi makin cinta."
Levi mual seketika. Eren membeli makanan pesan antar lewat aplikasi. Mungkin sudah datang dan dia membawanya ke kamar Levi sambil menelfon Mamanya.
Pintu dibuka. Eren datang dengan bungkusan plastik, dua buah sendok makan, dan air putih dalam botol di atas nampan. Ponselnya dijepit dengan bahu dan telinganya.
"Ma, nanti Eren hubungi lagi, ya? Orangnya sudah bangun. Surat izinnya sudah dibuatkan? Tadi namanya sudah Eren kirim lewat pesan. Oke, terima kasih, Ma!"
Eren meletakkan nampan makanan di atas kasur dan mengambil ponselnya dari bahunya, lalu mematikannya dan meletakkannya di atas meja kecil samping tempat tidur Levi.
"Selamat pagi, Tuan Putri," ucap Eren diselingi tawa renyah yang malah membuat Levi bertambah mual.
"Surat izinmu sudah dibuatkan Mamaku tadi, jadi daftar hadirmu tidak ditulis A."
"Aku tidak bertanya," balas Levi cuek.
"Imut sekali. Padahal semalam kau memintaku lebih, lho!" Eren mulai mengungkit yang terjadi tadi malam, "Lain kali kita lakukan dimana?"
"Tidak ada kesempatan kedua untukmu."
"Lucu sekali kekasihku ini!" seru Eren sambil menerjang Levi. Levi meringis kesakitan ketika pantatnya semakin tertekan oleh kasur tempatnya berbaring.
Tadi pagi, setelah Eren selesai menyetubuhi Levi, dia mengumumkan bahwa Levi kekasihnya sekarang. Levi hanya pasrah menerima keadaan.
"Ini dimakan!" Eren menyodorkan sebuah kotak bento dengan logo restoran Jepang terkenal pada tutupnya.
Levi membuka tutup bentonya dan mengambil sumpitnya, bersiap untuk makan. Eren tersenyum lebar ketika Levi hendak memakan bentonya. Levi risih dipandangi seperti itu.
"Kenapa?"
"Bukankah kewajiban seorang istri untuk melayani suaminya? Suapi aku juga!"
"Aku bukan istrimu. Makan sendiri sana!"
"Hee? Suatu saat nanti kau juga akan menjadi istriku."
Levi sungguh malas meladeni bayi besar di depannya. Jika tidak dituruti juga masalah ini tidak akan selesai. Akhirnya Levi menyuapi Eren perlahan. Eren pun sesekali menyuapi Levi dan mengecup pipinya ketika Levi melotot padanya karena makanan yang di mulutnya terlalu banyak.
.
.
.
.
"Aku pulang dulu, ya? Belanjaannya sudah ada di kulkas."
Malam setelah kejadian "Olahraga Malam" mereka, Eren bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Levi setia mengikuti dari belakang.
"Setelah kau membuatku tidak bisa berjalan, sekarang kau mau pergi? Tidak bertanggung jawab," gerutu Levi dengan wajah menekuk, yang mana malah membuat Eren gemas ingin menidurinya lagi.
"Kalau kau ingin aku tinggal disini, aku mau. Sangat mau malahan. Tapi, ya itu, besok kau tidak bisa sekolah lagi," jawab Eren sambil menaik-turunkan alis tebalnya. Levi bergetar ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Your Boy?
FanfictionSebuah kecelakaan kecil membuat mereka perlahan menyadari perasaan sesama.