Taeyong terbangun ketika cahaya mentari masih enggan terbit di ufuk timur. Jam masih menunjukkan angka empat kurang sepuluh menit. Taeyong menggeliat pelan kemudian dengan berat hati membuka sebelah matanya. Kamarnya masih sangat gelap dan tak ada yang dapat ia dengar selain bunyi jam yang berdetak ataupun suara napasnya. Taeyong akhirnya perlahan bangkit dari tidurnya, duduk dan menyisir rambutnya yang berantakan dengan jari.
Pada detik selanjutnya senyum Taeyong perlahan tumbuh. Kemarin adalah hari yang luar biasa baginya. Festival seni dan Taeyong mendapat kesempatan untuk berpartisipasi didalamnya. Akhir tahun dan seni adalah hal yang tak dapat di pisahkan dari Roma. Waktu yang tepat bagi para seniman untuk menikmati surga dunia dengan berbagai festival di setiap sudut kota.
"Aku tak tau kau pandai eum... mahir dalam melukis."
Itu adalah kalimat Jaehyun ketika pertama kali melihat hasil lukisan dari Taeyong. Ia awalnya tak ingin menunjukkan kemampuannya, hal itu dapat menarik perhatian banyak orang dan ia tak cukup mahir didalam suasana itu. Namun bagaimanapun ia berusaha, detail yang sangat halus dari seorang yang seingat Jaehyun hanyalah seorang guru tidak dapat menutupinya.
Taeyong mendapat sebuah plakat. Piagam sederhana dari sebuah kayu yang terdapat ukiran namanya. Sebuah apresiasi untuk seorang dengan sebutan 'anak Tuhan' yang menyejukkan langit gersang oleh tangannya. Itu adalah gelar dan kalimat singkat untuknya dan semua orang yang menyumbangkan karya mereka di plakat itu.
Sebagian didalam diri Taeyong begitu bahagia. Itu adalah penghargaan pertama yang ia miliki. Kini ia telah merasakan bagaiamana seseorang mengakui hasil karyanya, bahkan tidak terhitung berapa orang yang memberinya selamat ketika itu.
Namun sebagian lain didalam dirinya berteriak gusar. Taehyun mungkin tak akan senang jika melihat penghargaan itu. Ini adalah pertama kali mereka memiliki penghargaan atas nama Taeyong. Ia bahkan sangsi untuk membawa penghargaan itu kembali kerumah mereka. Karena selama ini hanya nama Taehyun atau Teeyz lah yang dianggap pantas berada di deretan buffet khusus tempat mereka menyimpan penghargaan mereka.
Taeyong akhirnya menghela napas berat. Berniat kembali tertidur karena ia ingat untuk bertemu kembali dengan Jaehyun siang nanti. Namun, ketika ia berniat kembali membaringkan tubuhnya, mata Taeyong tanpa sengaja melirik pada ponselnya di atas nakas. Ingatan tentang pembicaraannya dengan Ten tempo hari menguar. Ketika ia meraih benda persegi itu, terdapat tiga buah pesan singkat yang menarik perhatiannya. Dari Jaehyun. Lima jam yang lalu.
"Aku ada janji besok sore. Aku akan menjemputmu di hotel pagi hari, tak masalah, kan?"
"Besok kita akan sarapan di cafe tempat temanku bekerja. Btw, kau sudah tidur?"
"Kalau begitu, Selamat tidur."
Senyum Taeyong dengan malu tumbuh untuk beberapa kalimat itu. Tak ada yang istimewa. Hanya saja untuk beberapa alasan ia merasakan dadanya menghangat. Bibirnya bergetar untuk menahan senyum yang malu untuk ia tunjukkan. Taeyong terlalu naif hanya untuk mengakui bahwa dirinya tersipu.
Namun, belum puas ia membaca pesan itu, Taeyong merasakan sesuatu yang hangat merayap dari punggungnya. Dadanya bergemuruh hebat hingga ponselnya terjatuh di pangkuannya. Kepalanya mendadak berputar dan badannya perlahan terasa terbakar. Taeyong merasa begitu mual dan pandangannya memburam. Ia sangat akrab dengan keadaan ini. Lalu dengan cepat bergerak kearah toilet dan melihat pantulan dirinya di depan kaca berbentuk oval didalam sana.
Kedua tangan Taeyong mencengkram wastafel dengan erat. Tubuhnya semakin terasa panas dan vena nya berlomba timbul membentuk garis jelas di dahinya. Taeyong selalu berharap proses ini akan berlalu dengan cepat, hingga tanpa sadar ia menggigit bagian dalam bibir bawahnya dan memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL (JAEYONG)
FanficNot as simple as you think. BxB Story. Big thanks to @lovlana for a amazing cover❤