"Bahkan ketika kamu hancur kamu kian tersenyum... ah, indahnya kamu."
Svb, Senjakala 3-6.
K.
Harus saya namain Kak Gigi atau Kak
Zugi?Trsh.
Oke...
Setelah pergolakan batin yang luar biasa, akhirnya aku memutuskan untuk meminta saveback kepada Kak Gigi. Awalnya aku tidak begitu ingin, namun mengingat alasan mulianya aku jadi menguatkan batinku untuk memintanya.
Lagipula, kenapa pula Kak Gigi tiba-tiba saja ingin menghajar ayahnya? Bukankah, well, ia harusnya membenahi dirinya sendiri terlebih dahulu? Kau bisa melihatnya, maksudku gayanya! Baju tidak dikancing, baju putih yang sudah mulai menguning, celana panjang abu-abu yang sangat tidak rapih. Rambutnya panjang, yang sepertinya adalah santapan nikmat guru BK.
"Alinea, menurut Alinea sikap Kak Gigi, gimana?" Tanyaku melalui telepon. Sebentar lagi maghrib, dan aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan sembari menunggu maghrib tiba. Jadi aku memutuskan untuk bercerita kepada Alinea terlebih dahulu.
"Hmm..." Gumam Alinea santai, "Mungkin maksudnya memang semulia itu... dia mungkin, yaah... sudah sadar jika perasaan ibunya akan tersakiti seandainya ibunya melihat ayahnya mengganggu wanita muda."
"Gadis! Gadis muda..." Aku berusaha membenarkan.
"Iya iya... apa pun itu..." Alinea kembali bergumam, "Eh, dan terus... mungkin saja dia suka sama lu... lu tahu, kan? Ala-ala wattpad gitu. Badboy demen sama nerd. And, so yeah! Dia mencoba cari cara modus yang gimana gituu..."
Sebenarnya bukan berarti aku tidak memikirkan kemungkinan seperti itu, namun aku benar-benar murni tidak ingin berhubungan dengan Kak Gigi. Benar-benar deh, jangan sampai... carikan aku badboy lain saja jika tuhan benar-benar berharap agar aku mendapat kisah cinta seperti itu.
"Tidak... apapun selain itu..." Aku mengernyit kesal.
"TAPI SIAPA TAHU, KAN?" Hardik Alinea, lantas aku terkejut dan terlompat dari tempat tidurku. "Ah.. maap! Barusan gua baca kalo wattpad favorit gua mau dijadiin film... ceritanya tentang badboy sama nerd gitu, lah!"
Aku mendengus kesal, "Dengar, Senja cuman mau cowok baik-baik dan hidup tenang dengannya. Kalau bisa dia kerja di kantor dengan jabatan yang membuatnya aman, kemudian kami menyicil rumah di sebuah perumahan dan membesarkan dua orang anak dengan damai. Badboy? Model cowok seperti itu sudah lama aku buang jauh-jauh kalau kau mau tahu..."
Alinea kini yang mendengus kesal, "Bodoh.. bodoh.. begoo!" Kini ia mulai menghinaku, ya.. mulai saja menghujatku karena keinginan kliseku tapi aku benar-benar bersungguh-sungguh. "Yang namanya kisah cinta masa muda, cinta monyet masa putih biru, hanya hadir untuk dijadikan kenangan... kalau jadi pasangan hidup? Ya bonus belaka, namun kenangan seperti ini tidak buruk juga..."
"Yaaa... kenangan diperkosa mantan badboy, begitu maumu?" Dengan nada sarkas aku mencoba untuk menjawabnya, "tentu saja Senja sangat ingin diperkosa seorang badboy dan menjadikannya kenangan belaka... blablabla..."
"Aduh! Bukan begitu... ah yaudahlah! Gua mau shalat dulu, shalat gih lu!"
"Lagi enggak! Bye!" Aku segera mematikan panggilan secara satu arah. Benar-benar, pikiran Alinea sangatlah tidak mudah untuk ditebak. Bisa saja satu jan yang lalu ia menentang keras pemerkosaan atau pelecehan seksual terhadap wanita, kemudian ia bisa saja tiba-tiba menyukai fanfiction badboy dan nerd dengan label 18+.
Ada-ada saja dunia ini...
---
"Gua kaget banget, pas tahu guru IPS kita diganti jadi Bu Tati." Ujar Tina一salah satu murid kelas 3-6 yang tidak terlalu dekat denganku.
Tina menghela nafas lega, "Syukur deh, lebih bagus lagi kalo Pak Yudhoyono dipindah tugaskan aja!"
"Lebih bagus lagi pensiun!" Teriak Alinea dari meja yang bersebrangan dengan geng Tina. "Benar tuh!" Saut Tina yang setuju seratus persen dengan Alinea.
Berbeda denganku, Alinea diterima di mana pun. Alinea tidak selalu terikat dengan kelompok kami 一Amanda, Aku dan Gempi. Ia bisa bebas berkeliaran dipergaulan mana pun sesuka hatinya. Kemana pun angin membawanya ia akan diterima, sangat-sangat berbeda jauh dariku.
Kemudian, jika suatu saat Alinea yang adalah fondasi kenormalan hubungan pertemanan kami ini hendak pergi meninggalkan kami, kami benar-benar tidak punya hak untuk melarangnya. Alinea adalah sebuah kesempurnaan yang sulit untuk menjadi nyata, dan kami semua menerimanya.
Bahkan Kak Gigi pun, menerimanya.
"Eh tapi gegara Kak Gigi kemaren dateng, gua jadi keinget soal masalah Kak Gigi sama Alinea..." Ujar Amanda yang baru saja menelan sesendok telur dadar potongan besar dengan lahap. "Kalau diingat-ingat masalahnya jadi cukup besar juga, kann?" Imbuh Amanda berusaha untuk mencari topik, topik yang salah.
Alinea berdehem, berusaha untuk mengalihkan pembicaraan, "Telur yang gua buat enak, ga?" Tanya Alinea sembari menunjuk ke arah tempat bekal kami semua yang masing-masing terdapat sebuah telur dadar kuning buatan Alinea.
Gempi mengangguk pelan, "akan lebih enak lagi kalau Alinea buat tiap hari!" Kemudian Gempi kembali menyendok telur dadar buatan Alinea dan menunjukan ekspresi menikmati.
"Hey, jangan gitu dong bambang!" Ujar Amanda, "Ayo kita gibah, udah lama kan ye.. ga bahas masalah ini."
"Senja setuju," walau sebenarnya aku merasa sedikit bersalah, namun ini adalah sebuah bayaran karena kemarin Alinea telah mendorongku untuk menghampiri Kak Gigi saat aku tidak mau. Sekali-sekali aku juga ingin jadi teman yang egois, "hari itu, Alinea masih belom ngejelasin kejadiannya bener-bener lengkap."
Alinea menelan ludah, kemudian melempar pandangan ke arah lain dan menyambar sendok yang belum lama ini ia letakan di atas tempat makannya. Ia berusaha untuk menyembunyikan wajahnya, entahlah... mungkin wajah kesal, malu, marah atau bagaimana... namun sesulit apapun ia berusaha untuk menyenbunyikan hal ini suatu hari pasti akan terbongkar.
"Beritahu Sen一bukan, kasih tau kita." Imbuhku yang kini menunjuk ke arah Alinea dengan sendok, lantas ia membalikkan wajahnya kembali kepada kami dan tersenyum lebar. "Apaan, sih... ya engga, lah! Mana mungkin gua ga ngejelasin selengkap-lengkapnya..."
"Senja ga percaya... Amanda juga, kan?"
Amanda mengangguk mantap, "Gempi juga, kan?"
Kami bertiga menatap lurus ke arah Gempi. Perhatian kami bertiga fokus kepadanya, hinga tanpa disadari telah melewatkan sesuatu yang penting.
Tiba-tiba saja kelas kami kosong.
Semua orang bergegas pergi menuju balkon dan memperhatikan serius ke arah lapangan. Beberapa berteriak menyoraki 'sesuatu' yang ada di lapangan, beberapa tampak ketakutan, dan beberapa bertanya-tanya seperti orang dungu apa yang sebenarnya terjadi?
Dan kami menjadi golongan yang terakhir. Kami kian bertanya apa yang terjadi? Namun kebanyakan berkata lihat saja sendiri dan kau akan tahu. Jadi kami berusaha untuk menyelak agar bisa melihat langsung ke arah lapangan.
Dan pada saat itulah, pemandangan mengerikan yang seharusnya tidak pernah terjadi di dunia ini muncul. Dan menghantui isi pikiran kami untuk beberapa hari ke depan. Tidak, atau mungkin beberapa minggu atau bulan atau tahun ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Dimata Senja
RandomSenjakala Naisya Putri, gadis 'nerd' yang selalu merasa jika buku adalah bagian dari jiwanya. Hatinya begitu sakit melihat keadaan buku yang usang serta rusak, sama seperti ketika ia melihat Kak Gigi, lelaki baik-baik yang telah usang serta rusak. P...