Prolog

152 27 11
                                    

Karl Marx bilang, dunia akan lebih baik jika hanya memiliki satu kelas, dan ia ingin mewujudkan masyarakat tanpa kelas.

Masyarakat tanpa kelas? Omong kosong.

Pada dasarnya, di dunia ini pasti selalu ada tingkatan. Mereka yang memiliki kuasa lebih, akan dengan mudahnya mengendalikan mereka yang tidak memiliki kuasa.

Proletar-kapitalis.

Dua kelas utama di dunia ini. Jika kamu bukan kapitalis, maka kamu adalah proletar. Dan kemudian, hanya ada proletar 'kaya' dan proletar 'miskin'.

Sepiring nasi dengan sayur sebagai lauknya berhadapan dengan sebuah wadah penuh gorengan di sebuah warung makan yang letaknya tidak jauh dari sebuah co-working space. Arjuna memberitahukan kepada pemesan nasi sayur itu tentang tawaran kerja paruh waktu dari seorang teman yang kemarin malam meneleponnya.

"Jun, kamu yakin mau seperti ini?"

Seorang gadis menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran.

"Seperti apa?" Arjuna mulai cemas.

"Menerima pekerjaan ini." jawab gadis itu.

"Maksudmu menjadi model?" Arjuna memastikan.

Gadis itu mengangguk.

"...Aku yakin." jawab Arjuna lirih. Dirinya tidak punya pilihan. Rasa iri timbul di antara rentetan bungkus minuman instan yang memiliki banyak varian dibandingkan hidupnya yang terasa serba kekurangan.

Arjuna memberikan senyumnya pada gadis itu. Berusaha membuatnya tidak khawatir. Tapi sepertinya tidak berhasil. Karena raut wajahnya tidak kunjung berubah.

"Lagipula, kenapa kamu harus khawatir begitu sih?"

Kali ini ia mencoba membelai lembut rambutnya, untuk menghilangkan kekhawatirannya.

"Aku... hanya takut... kamu di eksploitasi."

Arjuna hanya tersenyum. Kali ini sebuah senyum nanar. Bukankah memang sudah takdirnya seperti itu? Ia adalah seorang proletar. Sudah menjadi sebuah takdir baginya untuk dieksploitasi. Setidaknya, untuk mencari makan sehari-hari.

Tapi, mau bagaimana lagi?

Blue-CollarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang