🌸 12 🌸

1.1K 128 3
                                    

-Minggu-

Aku tak bisa berhenti tersenyum hari ini. Bayangannya menelponku semalam masih terekam jelas dalam ingatanku. Aku bahkan ingat setiap detail perkacapan kami.

Dia benar-benar membuat hariku terasa berbunga hari ini.

"Sakura, bisa tolong ambilkan mawar merah?" pinta Ino, setengah berteriak.

"Berapa tangkai?"

"Lima saja!"

Aku mengambil pesanan Ino. "Oh, Terima kasih, sayang!" Ino tersenyum menerima bunga mawar dariku. Aku duduk disampingnya. memperhatikannya yang sedang menata bucket bunga pesanannya.

"Boleh aku minta satu untuk dikubawa pulang?" tanyaku sambil mengelus salah satu kelopak bunga rangkaiannya.

Ino menatapku. "Mau kubantu pilihkan?"

Aku membalas senyumnya. "Tentu saja. Kau ahlinya," jawabku sebelum kembali melanjutkan pekerjaanku.

Hari ini aku membantu Ino mengurus toko bunganya karena karyawan Ino satu-satunya sedang izin menemani ibunya yang kemarin baru saja masuk rumah sakit karena penyakitnya kambuh.

Aku mengambil gunting, kembali melanjutkan pekerjaanku. Meskipun beberapa kali terluka karena menyingkirkan duri di bunga mawar, tapi ini terasa menyenangkan bagiku. Maksudku, bahkan hidupku saja tidak selalu mulus, bukan?

Dan tepat setelah aku memikirkan itu, bel di pintu berbunyi, tanda ada yg masuk. Aku menoleh, hendak mengucapkan selamat datang.

Aku menghampiri perempuan dengan rambut indigo panjang. Cantik sekali. "Selamat datang, di toko bunga Yamanaka. Ada yang bisa kubantu?"

"Ah, aku ingin memberi bunga pada orang yang kusukai hari ini. Bisa bantu aku memilihnya?" tanya gadis itu malu. Rona merah di pipinya mempermanis penampilannya.

Aku menuntunnya pada jejeran bunga aster. "Aku menyarankan bunga aster. Bunga ini melambangkan kehalusan, kelemahlembutan, dan cinta yang tulus. Selain itu, warna ungu ini sangat cocok dengan anda, Nona."

Gadis itu berpikir sejenak. "Ah, kalau begitu aku ambil bunga ini dan ... kau punya bunga matahari?"

"Tentu. Nona mau bunga matahari juga?"

Gadis itu mengangguk. "Bisa kau bungkuskan?"

Aku tersenyum. "Bisa. Kalau begitu, tunggu sebentar ya."

Selagi aku menyiapkan pesanan, gadis itu berkeliling melihat-lihat. Sudah berapa kali melihatnya pun rasanya dia masih bisa membuatku terpesona. Kira-kira siapa lelaki yang akan diberinya bunga?

Sepuluh menit kemudian aku kembali menghampiri gadis itu, menyerahkan pesanannya. Dia tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan toko. Aku mengintip keluar jendela. Dan ternyata ia kemari bersama seseorang. Seseorang yang sangat kukenal.

Mataku melebar. Mereka terlihat sangat akrab. Atau mungkin sangat akrab. Dan mataku tak bisa lepas darinya sampai mereka pergi meninggalkan toko.

Aku berbalik. Lututku seketika lemas. Perasaan menyakitkan apa ini? Dadaku sampai berdenyut karenanya.

.

.:0o0:.

.

#Don't forget to vote and comments! It's means a lot to me!#

.

#Thank you!#

OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang