[part 12]

1.3K 137 9
                                    

"Ada perlu apa memanggilku?" kehadiran tiba-tiba polisi membuat keramaian. mereka pun berbincang di luar rumah sakit. "Setelah tuan Francis menyuruh kami untuk menyelidiki kasus tabrak lari ini. Kami menemukan sedikit informasi."

"Tunggu, siapa Francis itu?!" mungkin Akutagawa akan sedikit ngotot karena mendengar kata asing dalam kecelakaan Atsushi. "Bisa dibilang ia kakak dari tuan John." jawab mereka.

"Baiklah, apa basa-basi kalian?" Akutagawa tak sabar.

Kertas putih dan sebuah kotak rekaman pun disodorkan kepada Akutagawa.

"Silahkan anda melihat dan mendengarkan laporan dari kami."

"A-AKU TIDAK SALAH! AKU HANYA SURUHAN! AKU TIDAK MENGENAL ANAK KECIL ITU! S-SUDAH KUBILANG AKU HANYA SURUHAN!1!1!1" Di dalam isi rekaman, polisi pun menanyakan beberapa pertanyaan, lagi. "Tidak, aku tidak bisa memberi tahu kalian. Aku pasti akan di bunuh dengan pelontar. Haha... AKU PASTI AKAN MATI!1"

Sang tersangka pun malah menjadi gila. Ia adalah suruhan dari seseorang untuk mencelakai Akutagawa. Mengapa iya? Karena gadis kecil yang Akutagawa selamatkan tidak ada hubungannya dengan tersangka. Mungkin saja hanya sebuah umpan.

Akutagawa terdiam menggenggam rekamannya yang habis, tanpa bukti. Kemudian ia membuka surat yang terbungkus amplop rapi.

'Hey hey Ryunosuke, ini bukan teror. Aku dan yang lain membuat ini hanya untuk mendapatkan hak kami kembali. Kami pun hanya seorang suruhan. Maka jangan salah faham jika kami berniat menerormu. Oh tidak! Kau salah! Kami hanya menginginkan masa lalu kembali. Ini semua salah siapa? Ayahmu. Ia menghancurkm segalnya.'

Akhir surat pendek tanpa tanda tangan dan bukti.

"Selidiki kasus ini lebih lanjut." Akutagawa tertunduk. Menyerahkan dua bukti itu kembali kepada polisi. "Baik!" dibayar mahal oleh Francis, polisi itu bergegas melanjutkan tugas.

Akutagawa duduk menompang dagu sambil berfikir. Siapa yang menginginkan hal seperti itu dan dendam kepada ayahnya? Ia tidak boleh memberi tahu ayahnya atau masalah malah akan semakin rumit.

Dari kejauhan muncullah sesosok manusia dengan pakaian jubah coklat muda rapi ala detektif. Ia melambai kepada Akutagawa, dimana tangan kirinya dimakan saku jubah, sedangkan tangan kanannya di angkat ke atas.

"Yo, Ryunosuke kun." panggilnya.

Akutagawa melirik kemudian membuang muka seakan ia malas menjawab.

"Apa yang kau lakukan di rumah sakit? Siapa yang sakit?" tentu dapat dikenali raut muka bodohnya itu. Dazai pun lekas duduk di bangku panjang, dekat Akutagawa.
"Hey, jawab pertanyaanku donk." Dazai mulai kesal.

" Dazai san. Apa yang Dazai san lakukan ketika sedang sedih." sejak lama, Akutagawa mengagumi Dazai. Bisa dibilang karena kepintarannya, Akutagawa ingin menjadi seperti Dazai. "Saat sedang sedih? Hmmm... Mungkin aku akan keluar jalan-jalan dengan Chuuya." jawab Dazai mengangkat bahu.

"Tapi alasan kau sedih karena kekasihmu terluka, terbaring lemah tak berdaya, dan tidak dapat kau ajak jalan-jalan."Tunggu-tunggu. Kenapa bertanya seperti itu? Ada yang terjadi pada Atsushi kun?" Dazai menatap Akutagawa. Akutagawa malah memberikan tatapan balik, nampak sedih.
"Ah... Aku mengerti. Bersabarlah, mungkin saja insiden tabrak lari tadi siang bisa ditangani secara adil oleh pihak berwenang." tanpa diberitahu, Dazai sudah tahu. Apapun yang ia ketahui dari Akutagawa memang berbeda. Ia tak akan pernah seperti ini kecuali ada sesuatu yang membuatnya benar-benar tertekan.

"Lalu apa yang Dazai san lakukan disini?" lanjut Akutagawa mengalihkan pandangan, dan kembali menunduk. "Aku? Ha! Tentu untuk jalan-jalan." jawab Dazai konyol. Apakah wajar seseorang berjalan-jalan di rumah sakit? "Begini. Jangan anggap aku gila berjalan-jaln di rumah sakit. Aku hanya ingin mengenang seseorang disini."lanjut Dazai.

"Seseorang?" tanya Akutagawa membuat pria didepannya malah semakin girang. "Ehem, baiklah aku akan mulai bercerita-- hey! Jangan pergi seenaknya seperti itu donk!" Akutagawa malas mendengarkan Dazai. Ia saja menjawab pertanyaan karena terpaksa. Apalagi ketika Dazai bercerita.

Dazai terus-terusan mengikuti Akutagawa dari belakang. Membuat beberapa pasang mata menatap mereka di lorong rumah sakit karena berisik yang ditimbulkan Dazai.

"Ah, begini. Sebenarnya dulu aku mempunyai seorang kakak/sahabat/ayah. Entahlah. Tapi aku lebih menggapnya sahabat. Ia meninggal beberapa tahun lalu di rumah sakit ini. Karena tak rela ia pergi, aku terus pergi kesini saat senggang dan selalu melihat ruangan tempat ia tersiksa dulu yang sekarang tak berpenghuni." apa yang dimaksud pasti adalah Oda.

Akutagawa melamun. Membayangkan apa yang terjadi pada Atsushi jika Atsushi pergi. Sungguh pasti menyeramkam.

"Tapi aku tak akan menyerah dan pasrah karena kehilangan dia saja. Aku pun menemukan Chuuya dimana ia menyukaiku, tulus." lanjut Dazai.

"Hachi!" di tempat lain, Chuuya bersin.

Kembali ke Akutagawa yang malah semakin sedih akan cerita Dazai.

"Wah maafkan aku. Kukira kau akan senang. Aku akan berhenti bercerita kalau begitu." Dazai merangkul adik kelasnya itu, nampak akrab.

Dari arah berlawanan arah Dari mereka, seseorang yang tak asing menurut Dazai namun asing di mata Akutagawa, berpapasan dengan mereka.

"Fyodor dan Gogol ya?" Dazai menyapa.

"Kau mengenalnya Fyodor?" tanya Gogol menunjuk Dazai. "Terima kasih, aku tidak kenal."Fyodor cuek dan melanjutkan perjalanannya keluar rumah sakit.

"Ah jahat sekali kalian!" Dazai menarik kerah belakang Fyodor dan membawanya kembali ke samping Gogol. "Hey!!" teriak Fyodor.

"Perkenalkan Ryunosuke, mereka adalah teman sejatiku, Gogol, dan Fyodor. Ngomong-ngomong mereka juga osis di sekolahnya." perkenalan rumit dan kekanak-kanakan dari Dazai. "Siapa yang mengganggapmu teman? Kenal saja tida--" Gogol menyela.

"Ah Dazai ya! Aku ingat saat di rapat antara osis lain saat merayakan hari raya kota Yokohama." jawab ramah dari Gogol. "Yup! Dan dia adalah... He?? Ryunosuke?"

Akutagawa berlari. Menghampiri telefon dari Tanizaki dan bergegas ke ruangan Atsushi.

Decit dari alat bantu pernfasan pun terdengar. Tak tersadar Atsushi kejang-kejang.

Pecahan kaca di kepala Atsushi semakin melebur dan membahayakan kepalnya. Rasa sakit yang ditimbulkan beralih ke tubuh.

Dokter dan perawatnya menenangkan Atsushi. John dan Louisa juga menangis di depan pintu lantasan tak tega melihat keadaan Atsushi yang semakin parah.

\(T_T)/

.
.
.
.
.

Jejeng, Author kehabisan ide :'v

Begenelah jadinya :'v

Khukhukhu yg penting up hehe :'>

Sampai jumpa pekan depan :'D

BURIED (Funfiction Bungou Stray Dogs ) [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang