Hari ini kelas XI IPA-1 sedang melaksanakan ulangan fisika dadakan dan hanya pada saat ulangan lah kelas ini akan diam sehingga fokus pada soal yang ada di hadapan mereka masing-masing. Jangan samakan mereka dengan kelas IPA yang lain, bagi mereka tidak selamanya anak masuk jurusan IPA adalah anak-anak yang rapih taat peraturan atau mungkin hanya anak-anak yang kutu buku jika memasuki kelas unggulan seperti kelas IPA 1 ini, justru kelas ini berbeda dengan kelas lain jika di saat guru menerangkan kelas ini hanya akan selalu berisik bahkan pada guru yang kiler pun mereka akan berbuat yang sama, namun halnya jika sedang ujian kelas ini akan tertib hikmat pada pekerjaan masing-masing.
"baik waktu kalian tinggal lima belas menit lagi!" seru sang guru fisika
Seolah mendapat komando semuanya memandang sang guru kemudian mengangguk, hingga selang beberapa saat para murid yang berada di bariasan belakang melangkah memberikan kertas jawaban mereka pada sang guru. Bagi semua guru yang pernah mengajar di kelas ini pemandangan seperti sekarang bukan lah yang pertama dan tidak mengejutkan mereka karena sudah terbiasa dengan kemampuan murid kelas ini, meskipun terkadang mereka sering membuat jengkel namun semuanya sirna dengan segala prestasi yang di lakukan oleh kelas ini baik dalam bidang akademik maupun non akademik.
"baik...Sely tolong bantu ibu antarkan jawabannya ke ruangan guru ya, saya mau ke kelas IPA-4 dahulu!" perintah sang guru
"eh...iya baik bu!" jawab Sely dengan senyuman membuat sang guru pergi dari kelas mereka
"butuh dekengan kaga?" goda Sasa sang sahabat sekaligus teman sebangkunya
"bilang aja kamu mau ngintilin, terus cuci mata deh liat cogan impian kamu!" timpal Sely
"ah elu gel...kalo nyeblak suka bener aja! kuy ah!" seru Sasa melangkah lebih dulu
"lah yang di suruh saya kenapa embaknya semangat!" sindir Sely
"ah....lama lu gel!" timpal Sasa berbalik menggandeng lengan Sely
"aku engga bogel! cuman telat aja pertumbuhannya jadi...
"sama aja bungkus rempeyek!" potong Sasa gemasKeduanya terus bercanda entah itu kelakuan teman-teman sekelas mereka atau menceritakan tentang senior mereka yang tingkahnya menjengahkan mata, hingga tak terasa mereka sudah berada di area lapangan basket outdor yang juga jalan pintas untuk cepat menuju ruang guru. Banyak mata yang memandang mereka penuh kagum dengan persahabatan mereka dan ada juga yang menatap iri pada gadis yang berambut sebahu itu, hanya karena gadis itu lebih dekat dengan Varo sang pangeran sekolah.
"eh gel...loe pernah kaga sih mau nyatain perasaan tapi niat itu loe tunda lagi?" tanya Sasa tiba-tiba dengan pelan
"tumben kamu biasanya juga maen nyablak aja, emang siapa yang lagi kamu suka?" Sely balik menanyakan
"yaelah gue nanya malah balik nanya! ih buruan ngapa jawab gue dilema ini tuh!" kesalnya
"iya kamu engga kesambetkan hey anak generasi micin?" polos Sely
"serius ih!" kesal Sasa lagi
"yaelah....emang mau sama yang mana ini embaknya di seriusinnya?" goda Sely
"Shely Callista!" tegas Sasa
"ok! Salsa micin Saldilah! aku jawab!...
"nama gue kaga pake micin!" potong Sasa
"yayayaya.....menurut aku nih yah, kalo emang kamu pengen ngungkapin perasaan kamu sama dia ya lebih baik ungkapin aja tapi....kalo hasilnya engga sesuai expetasi kamu mending jangan kecewa yah, karena perasaan itu timbulnya dari hati bukan dari paksaan kehendak kita...
"tapi gengsi juga, tapi gue takut dia jadi beda sama gue!" potong Sasa cepat
"mungkin kamu emang harus nunggu waktu itu datang dan siapin hati kamu ngeliat dia jalan sama yang lain dulu, jika dia jodoh kamu tuhan juga pasti bakalan nunjukin jalannya dia buat pulang ke kamu, jadi berlapang lah dulu! Kali aja dia cepet pekanya!" tutur Sely menepuk pundak Sasa "ok aku masuk dulu! cari angin segar dulu lah itu di depan banyak cogan!" hibur Sely
Sasa hanya mendengus dan mengedarkan pandangannya barang kali sang pujaan hati sudah keluar dari kelasnya, namun orang yang menjadi beban dalam fikirannya tak kunjung menampakkan batang hidungnya, namun yang membuat pandangannya berhenti melainkan pandangan pada segerombolan siswi yang sedang fokus pada ponsel mereka sambal bergosip tentang sahabatnya."eh...eh...tau engga? tadi Varo berangkat bareng lagi sama si Sely itu sumpah ini gila!" seru gadis berambut panjang
"yang bener kamu? bukannya Varo udah punya cewek yah?" bingung gadis berkacamata
"loh...bukannya emang mereka berdua tinggal dalam satu atap, kenapa mesti di bingungin sih?" seru gadis berpakaian minim
"apa? jadi info mereka yang udah nikah itu bener? gila aja mentang-mentang bokapnya yang punya sekolah dia sama Sely masih bisa sekolah hebat!" timpal gadis yang mengemut lolipop
"tapi kok masih...Jika tidak memutuskan pandangan dan pendengarannya itu Sasa yakin mereka akan babak belur oleh tangannya sendiri, ia tidak habis fikir dengan Sely masih anteng dengan gosip-gosip yang tidak jelas itu. Terkadang ia bingung dengan fikiran sahabatnya, beban seberat apapun luka sesakit apapun gadis itu selalu tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada dirinya dan yang paling membuatnya tidak percaya adalah gadisnya selalu memaafkan apa yang telah orang lakukan padanya.
"kuy kantin Al udah chat nih!" seru Sely mengacungkan ponselnya bebbuyarkan lamunan Sasa
"Sel...apa loe engga risih sama gosip itu?" tanya Sasa hati-hati setelah mereka jauh dari ruang kuru
"jujur sih iya, tapi mau gimana lagi orang kenyataannya aku tinggal di keluarga Adhitama yah mau orang bilang apa juga aku engga bisa nolak, apa lagi kan kamu tau bapak aku sendiri aja engga tau di mana apa beliau masih hidup atau udah engga ada, aku engga tau tapi engga tau kalo Papa sama Bunda sih hee, lagian aku udah sempet buat minta izin ngekost malah di marahin apa lagi Al ngelarang keras!" jelas Sely
"hmm...tapi itu Kak Varo sama Kak Ven gimana?" tanya Sasa mengalihkan pembicaraan karena terdapat pandangan sedih dari pancaran mata sahabatnya
"Al engga pernah bawa Kak Ven kerumah pas udah jadian, aku engga tau sih kenapa alasannya padahal kan Bunda juga udah tau kalo Kak Ven pacarnya!"
"lah kok bisa?" kaget Sasa
"aku engga tau micin ih! tuh tanya aja sama Al langsung!" santai Sely
"gila ogah mati duluan dah!" ngeri Sasa
Kini keduanya memang sudah berada di kantin dan mencari keberadaan meja sang pentolan sekolah bersama kawan-kawannya.
"bogel!" seru Varo lantang melambaikan tanganDengan kesal Sely melangkah lebih dahulu meninggalkan Sasa, karena ia jengah jika semua orang memanggilnya bogel. Padahal tinggi dirinya adalah 160 tidak pendek dan tidak tinggi juga itulah yang ada dalam fikirannya. Berbeda dengan Sasa gadis itu terlihat salah tingkah kala melangkah menuju bangku yang di maksud oleh Sely karena disana terdapat Satria yang notabennya sahabat dari Varo si laki-laki yang overprotective pada sahabatnya. Ya laki-laki yang di maksud oleh Sasa adalah Satria.
"aku engga bogel! aku cuman tinggi yang tertunda tolong catat itu!" kesal Sely merapat duduk sebelah Dimas menyeruput jus manga milik laki-laki itu yang membuat sang pemilik geleng-geleng melihat kelakuan gadis manis itu "hey Kak Ven kenapa chat aku engga di balas? kakak marah ya sama aku?" cecear Sely namun tangannya terus meracik bumbu baksonya.
"maaf banget kakaknya ketiduran beneran deh!" seru Vendriani bersalah
"emang kamu chat apa ke Ven?" kepo Varo
"urusan wanita!" ketusnya terus memasukan sambel entah yang keberapa
"udah! itu udah yang ke 4 sendok!" peringat Varo
"dikit lagi Al!" santai Sely tersenyum manis
"nanti kamu sakit! tadi pagi cuman makan roti bukannya nasi udah dong!" geram Varo melihat adik kecilnya yang semakin membangkang akan makan pedas
"aku bukan anak kecil lagi Al yang cuman makan pedes langsung sakit!" keukeuh Sely
"aduh Dim itu tolong dong jauhin dari si bogel!" seru Varo frustasiPandangan itu tak lepas dari pandangan Vendriani yang menyandang status sebagai pacarnya Varo, namun perbedaan perhatian antara padanya dan Sely sangat lah jauh berbeda dan itu lah resiko jika berpacaran dengan seorang Alvaro karena prioritasnya hanyalah Sely buakan sang pacar. Mereka sudah hidup bersama dari Sely berumur enam bulan yang harus melewati berbagai drama kehidupannya.
****
jangan lupa tinggalin jejak terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
survivre ou oublier (hiatus)
Teen Fictionmaaf saya datang kembali dengan cerita baru moga yang ini pasti kelarnya dan moga pada suka *** Sherly Callista seorang gadis yang begitu imut dengan kedua lesung pipinya, gadis yang selalu membuat orang terpana dengan tingkah polosnya dan gadis den...