Sekarang jeha hanya memiliki 2 pilihan
Pertama; menerima berbagai pernyataan di tangannya
Kedua; membuang kertas tergulung rapi di tangannya kalau perlu bakar saja.
Tapi sepertinya ia tak mampu jika harus membuang gulungan kertas di depannya ah lebih tepatnya surat wasiat di depannya.
Hidupnya sudah cukup susah belakangan ini , ia harus bekerja part time demi untuk bertahan hidup di salah satu restoran ayam, disamping ia harus tetap mengejar pendidikan nya di universitas pilihannya .
Sekarang apa ia harus menyusahkan orang lain juga? Jelas - jelas di surat pernyataan ini tertulis ia harus tinggal dengan pria asing bernama Kim taehyung." Ahjussi jika aku tak menuruti semua yang tertulis disini apa yang akan terjadi?" akhirnya bibirnya mengeluarkan suara meski hanya terdengar seperti seruan lirih
" Kau tak akan mendapatkan apapun dari persentase semua harta keluarga mu " pria yang mungkin seumuran appa nya ini menjawab tenang.
Bukannya jeha tak mau, tapi jeha termasuk dalam golongan orang yang mudah sekali merasa bersalah.
Apalagi terhadap orang yang tak dikenalnya. " Jadi kau tak mau melakukan nya?" Tanya ahjussi itu lagi
" Ani bukan begitu maksud ku" jeha kembali memikirkan keputusan nya ini . " Ahjussi aku akan melakukannya !" Ucap nya mantap.
Bukan tanpa alasan jeha menerima nya ,setelah dipikirkan sekarang kondisi nya sedang krisis. Hampir setengah semester ia belum membayar uang kuliah . Kali ini ia akan mencoba untuk menjadi orang yang tak peduli terhadap sekitarnya,biar saja ia dibenci oleh ahjussi yang nanti tinggal bersama nya ,lagi pula ia tinggal bilang ' aku hanya mengikuti surat wasiat itu ahjussi' mudah bukan? Semoga saja." Baiklah dimulai dari bulan depan akan ada sejumlah uang yang masuk ke rekening mu , seperti nya cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanan mu. "
" Tapi , setelah kau lulus kuliah , surat wasiat terakhir akan datang, saat itulah permintaan sebenarnya dari orang tuamu "
Lanjut pria yg disebut ahjussi oleh jeha seraya tangannya membereskan semua berkas yang berserakan di atas meja. "Surat wasiat sebenarnya?" Lirikan tak mengerti jeha berikan pada presepsi pria di depannya.
"Iya, permintaan sebenarnya, penyebab mengapa kau harus tinggal dengan pria asing bernama Kim taehyung itu" ahjussi itu sudah selesai lalu bersiap akan pergi "ahjussi pergi, jaga dirimu baik baik jeha- ssi" hanya anggukan tanpa ucapan yang bisa diberikan jeha, seperti nya suara nya sudah cukup terkuras menghadapi berbagai fakta di hidupnya yang selama ini ia anggap baik- baik saja.Jeha melipat kertas yang ada di tangannya ,berjalan menuju lemari di samping televisi kecil lalu menaruhnya disana. Sudah cukup drama yang baru saja dialaminya sekarang perutnya lapar ,mungkin semangkuk ramyeon cukup untuk mengganjalnya. " Astaga hanya ada yang pedas , aku bisa langganan toilet kalau begini caranya" jeha memegang pinggiran meja ,sedang berpikir, uangnya tidak banyak apa ia harus ke minimarket untuk membeli sedikit persediaan makanan? Atau mengumpulkan uangnya untuk membeli novel impiannya yang sebulan lagi rilis . Masa bodoh yang terpenting sekarang perutnya terisi. Ia bisa mengurusi tentang novel itu nanti , daripada sekarang kelaparan lalu tak bisa bekerja.
Jeha memang hanya hidup sendiri ,setelah kematian ayahnya ibunya pergi menikah dengan pria lain karena tak kuasa menahan kerasnya kehidupan dengan putrinya seorang diri. Meninggalkan jeha sendiri. Dan sekarang kenyataan mengejutkan datang menghampiri nya . Ia kira ayahnya sudah tak punya kuasa apapun setelah perusahaan ayahnya mengalami kebangkrutan. Tapi sepertinya ayahnya memang sengaja menutupi semua harta berharga untuk putri semata wayangnya. Seakan semuanya adalah sebuah skenario yang telah disusun sedemikian rupa agar tak ada yang menyadari. Buktinya ayahnya punya sebuah resort di pulau Jeju ,pulau impiannya. Dari sekian banyak aset berharga yang tertulis disana hanya itu yang ia ingat karna terdapat tulisan Jeju island. Jeha menghela napas berat saat tangannya menyentuh gagang pintu geser sebuah minimarket kecil. Kakinya melangkah menuju stand berbagai macam mie. Matanya fokus mencari merk ramyeon favorit nya. Saat melihatnya , bibir jeha mengerut ke bawah , tempatnya terlalu tinggi tak sampai oleh tumbuh pendeknya. Matanya kembali memutar ke segala arah mencari objek yang mungkin bisa ia mintai tolong. Tepat setelah mengucapkan help dalam hatinya, presepsi seorang pria dewasa muncul dari balik stand snack . " Ahjussi!!" Reflek jeha berteriak sedikit kencang menyebabkan pria di sampingnya menoleh bingung. Membalik badan ke belakang hanya untuk memastikan bahwa hanya ada mereka di lorong ramyeon ini.
"Aku?" Tanya sang pria sambil menunjuk dirinya sendiri.
" Iya ,kau !!" Sahut jeha dengan mata berbinar
" Aku bukan ahjussi !!" mata sang pria mendelik tak suka
"Tetap saja ahjussi kan lebih tua dariku jadi kupanggil ahjussi! " jeha menyahut tak merasa bersalah sama sekali.
" Aku belum tua asal kau tahu" tak lelah berdebat dengan mahluk kecil di depannya ini sang pria masih menjawab
" Ah sudahlah, aku lelah ahjussi, aku mau minta tolong, ambilkan cup ramyeon yang warna merah itu!" Telunjuk jeha terangkat menunjuk ramyeon incarannya sejak tadi yang tak kunjung ia dapatkan.
"Tak akan ku ambilkan"sang pria berucap sambil membalik badan menuju kasir
" Ahjussiii!" Jeha berjalan cepat menarik kaos belakang pria yang ia sebut ahjussi ituDecakan terdengar "apa lagi?" mahluk kecil berkaki dua didepan nya ini sungguh menguras emosi dalam diri nya. " Tolong ambilkan ituuu , kumohon ahjussi." mata gadis di depannya ini berbinar bagai bulan purnama. Cukup. Ia lelah.
"Ck baiklah, minggir"
Saat ramyeon itu sudah di tangannya,jeha melompat kecil ,lalu menatap pria di depannya lalu mengucapkan kamsahamida sampai lima kali. Saat ia mengangkat kepala ,pria itu sudah tak ada di depannya. Tak ambil pusing, jeha menuju stand selanjutnya. Jelly , benda kenyal yang tak terlalu manis itu selalu menjadi pelarian pertama dari segala kebosanan yang melanda nya. Setelah mengambil lebih dari lima bungkus jelly berbagai rasa jeha menuju kasir.15 menit ia sampai kembali ke kediaman nya, bukan sebuah apartemen hanya rumah kecil beratap yang mampu membuat nya nyaman. Rumah yang dimiliki keluarga nya memang cukup besar namun banyak kenangan tak menyenangkan yang tak perlu diingatnya ,maka dari itu ia memutuskan menjualnya lalu menggunakan hasilnya untuk membayar uang pendaftaran kuliahnya satu tahun yang lalu. Tak terlalu memikirkan masa lalu ia memilih mengambil ponselnya nya mencari kontak yg ingin dihubungi nya sejak perjalan pulang tadi.
Panggilan pertama belum diangkat.
Kedua, menunggu lebih dari 35 detik akhirnya suara yang ingin didengar nya mengucapkan salam pembuka.
" Ahjussi aku ingin bertemu dengan pria bernama Kim taehyung itu, berikan aku nomor ponselnya" ucap jeha mantap.°°°°°
" Kim dengarkan eomma!"
Jika ibunya sudah memanggil nya dengan marga keluarga nya itu berarti level kemarahan wanita di depannya ini sudah naik tingkat.
" Aku tidak bisa eomma , berapa kali harus kujelaskan ?"
"Tae" suara nyonya Hyo melembut, ia tahu cara keras seperti berteriak tak akan meruntuhkan keras kepala anak sulung nya ini
"kau tak bisa begini, kau tahu bukan? Jika perusahaan peninggalan kakekmu masih atas nama appa mu, itu berarti kau harus menuruti perintah appa mu sampai pemindah kekuasaan itu terjadi" nyonya Hyo menarik napas sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya
"lagi pula hanya mengurus seorang gadis, kami tidak menjodohkan mu apalagi ingin kau menikahi gadis itu. Tidak. Kami hanya mau kau mengurus nya , karna ia sebatang kara."
Taehyung menghela nafas berat jika bukan karena perusahaan nya ia tak akan mau. Sungguh. Berada dalam satu atap dengan seorang gadis pasti akan sangat menyebalkan.
" Aku akan bertemu dengannya besok. Aku akan memberi tahu eomma besok,setelah menemuinya."
Nyonya Hyo tersenyum kecil,baginya ini sudah cukup. Menghadapi keras kepala seorang Kim taehyung memang cukup menguras energi,apalagi jika harus berdebat dengannya. " Baiklah eomma pulang dulu,eomma harap kau akan menyukainya " nyonya Hyo beranjak dari duduknya mengecup singkat dahi putranya lalu berjalan keluar melewati pintu.
Taehyung lelah mungkin sebotol Vodka cukup untuk menemani malam panjang yang akan ia lalui.
Tak menunggu waktu ia berjalan menuju mini bar di sudut ruangan mengambil sebotol Vodka dengan merk terkenal. Meneguk dengan cepat seakan ia baru saja menemukan oasis di gurun pasir. Tubuhnya lelah ah bukan hanya tubuhnya tapi juga pikirannya , sore tadi ia tak berhasil memenangkan tender. Tak seperti biasanya. Sekarang ditambah lagi soal urusan gadis yang satu ini. Sialan. Kita lihat saja besok, apa ia akan tertarik pada gadis yg eomma nya sodorkan. Banyak yang berpikir mungkin saja taehyung ini gay karna ia jarang terlihat bersama wanita. Tidak. Tentu saja dirinya bukan gay ia memang tak terlalu suka menjalin hubungan serius. Mungkin dari sana lah orang orang berpikir dirinya penyuka sesama jenis. Belum saja mereka lihat berapa wanita yg telah ia bawa ke atas ranjang hotel.
Sekarang kita lihat apa pria semacam Kim Taehyung ini bisa bertahan dengan gadis bernama Jung jeha.My first story hope u like itu •°•