Triple update dong!!
Enjoy
°~°~°~°
"Wanita seperti anda seharusnya mati." Clara gemetar mendengarnya, ditambah sebuah pecahan kaca berada tepat di hadapannya, apalagi tak ada orang selain mereka berdua di rumah ini.
"Ja-ngan ma-cam-ma-cam," ujar Clara dengan begitu ketakutan.
Alma menaikkan satu sudut bibirnya, membuat dirinya semakin menakutkan, sangat mirip psikopat. "Saya nggak mau macam-macam, hanya satu macam."
"Tapi kalo anda mati sekarang, gimana anda menderitanya?" sambung Alma, lalu gadis itu menurunkan tangannya tanpa membuang pecahan kaca.
Clara untuk sejenak dapat bernafas lega, setidaknya hari ini dirinya tak akan mati.
"Siapa pria itu?" Clara sudah menduga, kemarahan Alma pasti karena pria itu.
"Apa hak kamu buat tau siapa dia? Itu urusan saya, saya sendiri tidak masalah jika saya pergi bersama seorang pria."
"Sedangkan kamu? Kemana kamu tidak pernah pulang? Siapa yang mengajari kamu untuk bertingkah seperti-"
"Jalang." Sela Alma. "Anda yang mengajarkan saya! Mana ada wanita seusia anda pergi bermesraan dengan orang lain, dan saya yakin dia pasti suami orang, benar kan? JAWAB! Apa namanya orang seperti anda? Pelakor? Atau jalang? Berapa banyak anda-"
PLAK
Sebuah tamparan yang cukup keras mendarat di pipi kanan Alma. Gadis itu bahkan jatuh tersungkur, untung saja kepalanya tak membentur sofa.
"Ribuan kali anda menampar saya, ribuan kali juga saya akan membenci anda," ujar Alma masih enggan untuk bangun.
"Kenapa kamu selalu membuat saya marah? Kenapa kamu selalu mengingatkan saya pada wanita brengsek itu? Kenapa kamu tidak bisa bersikap baik seperti Alina?" tanya Clara mengungkapkan semua isi hatinya. Alma yang mendengar itu tertarik, gadis itu lalu bangun dan menatap Clara bingung. Wanita siapa?
"Wanita siapa yang anda maksud? Dan menjadi seperti Alina? Anak anda yang sekarang entah kemana?"
Clara diam, mencoba mencari kebohongan di mata gadis ini. "Kamu bohong, anak saya pasti sedang belajar atau tidur di sana."
"Saya tidak berbohong, silahkan periksa sendiri, cari kemana anak anda pergi hingga larut begini?"
Clara hendak mengecek keberadaan Alina, namun Alma mencekal tangannya menatal tajam ke arah wanita itu.
"Jawab saya, siapa wanita itu?"
"Wanita apa?" tanya Clara berpura-pura tidak ingat dengan apa yang ia katakan.
"Katakan atau saya yang akan pergi mencari Alina dan melenyapkan gadis itu." Suara Alma menggelegar memenuhi seisi rumah.
"Jangan main-main dengan anak saya."
Alma menendang meja di sebelah Clara, sehingga menjatuhkan beberapa vas bunga disana. "Kalau begitu jawab saya!" Alma mendekat mengikis jarak mereka kembali.
Clara ketakutan ia akan mengatakan semuanya demi Alina. "Dia-"
"Mama!" Suara teriakan Alina menghentikan ucapan Clara, Clara kembali beruntung karena tak harus menjawab pertanyaan itu.
Alma menahan emosi, ia semakin mempererat genggaman tangannya pada pecahan kaca, padahal darahnya saja masih terus mengalir.
"Mama nggak papa? Kak Alma sama mama ngapain?" tanya Alina, dirinya yang baru saja pulang langsung berlari ke dalam karena mendengar suara benda jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Senja
Teen Fiction"Gue nutupin perasaan yang ada karena gue takut gue bakal ditolak."-Alma zevanya "Gue selama ini mencintai orang yang salah karena dia nggak pernah bicara soal perasaannya." -Bima Ragatta Published 15 Juli 2019 Story by Anggita Dwi Ristanti