1

1.6K 93 13
                                    

Three point!

"Yess!!" seru Gaza.

Cowok itu sedang asik memainkan sebuah game di hpnya sambil sesekali menyeruput jus jeruk yang sangat menyegarkan. Tak lupa juga dengan posisi kakinya yang berada di atas meja. Sampai-sampai seorang wanita yang sedari tadi memperhatikan anak itu menggelengkan kepalanya pelan. Ia pun menghampirinya dan duduk di samping Gaza.

"Hobi banget main kayak gituan? Emang ya anak jaman sekarang itu yang diprioritasin malah game bukannya pelajaran. Gak bermanfaat banget." sindirnya.

"Eh tante. Yaealah Tan, orang cuma bentar doang juga." Gaza yang merasa tersindir pun hanya menjawab seadanya.

"Sekalian aja pacarin tuh mainan. Ngomong-ngomong ini udah malem dan kamu masih pake seragam sekolah, emang papa kamu nggak nyariin?" Risa bertanya, meskipun ia sendiri tahu jawabannya.

Gaza tersenyum kecut, "Hah, papa? Jam segini dia mana belum pulang. Biasanya dia pulang ke rumah jam 11 malam. Sibuk ngurusin pacar barunya kalik."

"Terus adik kamu di rumah sama siapa? Pembantu?"

"Ya gitulah." jawab Gaza.

Risa mangguk-mangguk. Ia sangat memahami bagaimana kehidupan anak yang bernama Gaza ini. Mereka sudah lama kenal, bahkan Gaza sering datang ke rumah Risa yang merupakan tempat pelariannya disaat ia sedang dalam kondisi kacau atau mungkin untuk sekedar mencari hiburan dan ketenangan saja. Sedangkan Risa, ia sudah menganggap Gaza ini seperti anaknya sendiri walaupun ia tidak punya anak dan belum pernah menikah sebelumnya. Ia juga mengetahui seluk beluk tentang Gaza, bahkan Gaza juga selalu curhat kepadanya saat ia sedang dalam masalah.

"Btw, gimana ceritanya tante bisa temenan sama papa?" tanya Gaza.

Risa menoleh, "Papa kamu ya? Jadi gini.. dulu itu tante temen SMA-nya papa kamu. Dan kita pernah bikin geng kelas gitu, dalam satu geng itu kita cukup dekat hampir semacam sahabatlah intinya. Tapi entahlah sama papa kamu apa dia masih inget sama tante atau enggak" jelasnya.

"Ohh.." gumam Gaza.

"Eh bocah, turunin kaki kamu sekarang juga. Kotor nanti itu mejanya." seru Risa seraya memukul pelan kaki Gaza. Anak itu kebiasaan sekali.

"Aduh.. iya-iya Tan." ucapnya pasrah.

Risa tersenyum lebar lalu berkata, "Gaza, kayaknya mulai besok kamu bakalan betah deh di rumah tante"

Gaza mengernyit, "Maksud tante?"

"Iya.. soalnya mulai besok ponakan tante bakal tinggal disini. Dan tante mau minta tolong sama kamu buat jemput dia di bandara besok sore. Sepulang sekolah kamu bisa kan ke bandara?"

"Ponakan? cewek Tan? cakep kaga?"

"Huh giliran cewek aja gercep kamu. Dasar semua cowok sama aja."

"Hehe, normal lah Tan.. namanya juga cowok."

"Jadi besok sore kamu bisa kan bantuin tante buat jemput ponakan tante? Soalnya tante ada acara." tanyanya memastikan.

"Beres dah. Namanya siapa, Tan?"

"Nava. Navalia Azhahra." jawab Risa.

"Beres, Tan!" ia mengacungkan jempolnya.

"Eitss.. tapi jangan jahilin dia ngerti? Pokoknya bawa kesini dengan selamat, nggak boleh lecet sedikit pun."

"Yaelah Tan kayak barang ae. Kalo gitu mending dipaketin aja sekalian. Cari yang gratis ongkir, hahaa"

"Huss kamu ini!" tegur Risa. Gaza pun semakin tertawa. Terbukti kan kalau hanya disinilah Gaza bisa merasakan kebahagiaan, berkat Risa ia merasa seperti mendapat kasih sayang dari seorang ibu lagi.

Nava & Gaza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang