Chapter 6

1.3K 145 137
                                    

Levi menatap ragu bangunan tiga tingkat berwarna putih di depannya. Tangannya saling mengusap walaupun sama-sama berkeringat. Dia tidak tahu Eren akan membawanya kesini sejak 3 hari yang lalu Eren membicarakan perihal ini. Sungguh, Levi tidak siap.

"Aku temani," tangan Eren yang mendorong punggungnya ditepis halus. Levi menggeleng tanda tak siap. Eren memberikan senyum menenangkan, "Mereka tidak akan menggigitmu. Percayalah!"

Tanpa menunggu jawaban Levi, Eren terlebih dahulu mendorong punggungnya lagi, kali ini lebih bertenaga hingga Levi terdorong ke depan. Pintu rumah dibuka cepat-cepat sebelum Levi memberontak keluar lagi.

Di ruang tamu, Eren melepaskan dorongannya dan berdiri di belakang Levi sambil melipat tangannya di depan dada.

"Eren, aku benar-benar belum siap. Bagaimana jika orang tuamu tidak merestuimu? Itu untuk kebaikanmu juga!"

"Halo?"

Protesan Levi terhentikan oleh suara lembut seorang ibu berwajah muda yang sudah tidak muda. Levi merinding. Itu pasti ibunya Eren.

"Eren? Kemari, Nak! Ah, dan kau juga, kekasihnya Eren, bukan?" suara lembut itu mengalun lagi di gendang telinga Levi. Dalam hati, ia merapalkan doa demi keselamatannya.

"Ayo kesana! Sini kudampingi," Eren menarik lembut tangan Levi dan membawanya masuk ke dalam ruang keluarga. Di ruang tersebut, ada wanita yang berperan penting dalam pembuatan Eren.

"Oh! Ini kekasihmu, Eren?" wanita itu tampak terkejut. Bayangan perempuan cantik di benaknya tergantikan oleh paras manis Levi. Ia sedikit kecewa.

"Iya, Ma. Namanya Levi Ackerman," Eren mulai memperkenalkan Levi sambil menepuk pundak Levi layaknya seorang ayah yang menenangkan anaknya yang ketakutan.

"Se- selamat siang, Bibi," Levi berusaha bersikap formal terhadap wanita ini.

"Selamat siang, juga."

Eren membawa Levi duduk berhadapan dengan ibundanya.

"Jadi, Levi, Bibi sering mendengar Eren bercerita tentangmu, kekasihnya. Awalnya Bibi kira kekasih Eren itu perempuan, jadi Bibi agak terkejut," wanita itu tersenyum ramah. Aura seorang ibu terpancar dari dalam tubuhnya, "Maaf, bukan maksud Bibi menyinggungmu, hanya saja Bibi agak kecewa. Tapi, Bibi selalu mendukung keputusan Eren asalkan Eren tidak menyesalinya. Tapi, Levi, apa kau benar-benar mencintai Eren?"

Levi membenarkan duduknya sebentar, "Bibi, walaupun Bibi -mungkin- menginginkan Eren bersama seorang perempuan pun aku-"

"Tidak, tidak. Bibi mendukung seluruh keputusan Eren, seperti yang kau dengar tadi. Bibi hanya ingin kau mencintai Eren setulus hatimu. Karena jika diteliti, Eren sangat mencintaimu. Bibi tidak ingin Eren menyesali keputusannya. Bagaimanapun, Bibi ini Mama Eren."

Levi berkedip sejenak. Entah kenapa ia merasa sedikit lega mendengar penuturan ibu Eren yang sangat tulus menurutnya. Dalam lubuk hatinya ia bertanya, seperti apakah ibunya jika Levi sudah sebesar ini. Bangga, kah? Atau kecewa setelah mengetahui anaknya ini memiliki orientasi seksual yang menyimpang?

"Aku mencintai Eren, dari hatiku yang terdalam. Aku bisa menyerahkan segala yang kumiliki untuk Eren," Levi menoleh kepada Eren yang juga menatapnya, "Aku tidak sanggup melepaskannya untuk orang lain."

Eren tersenyum lebar. Segera dipeluknya Levi sambil mengucapkan beribu kata "Terima kasih" dan "Aku mencintaimu". Ibu Eren pun senang mendengarnya. Namun, seketika senyum bahagianya luntur.

"Tapi Eren, Levi," kedua orang yang dipanggil menoleh, "Bibi memang tidak mempermasalahkannya, hanya saja," kata-katanya tergantung lagi. Pupilnya bergulir menatap Eren dan Levi sendu, "Papa Eren yang patut kalian taklukkan. Dia suka mengatur hidup anak-anaknya."

Am I Your Boy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang